"Kau milikku. Aku akan datang lagi di waktu luang, sampai nanti, sayang."

Lalu Yohan pergi begitu saja dari hadapan Hyeongjun, meninggalkan simanis yang kini mengerjapkan kedua mata bulatnya beserta mulut yang menganga. Sampai pada detik ketiga ia tersadar, nafasnya memburu dengan kedua tangan yang mengepal erat.

"SAYANG PANTATMU! SUDAH KUBILANG AKU BUKAN KEKASIHMU APALAGI MILIKMU! DASAR GILA!"

Yang sayangnya hanya Yohan balas teriakan itu dengan kekehan kecil.

"Wakil Perdana Menteri Hwang Jang Lee, telah di putuskan untuk naik jabatan menjadi Perdana Menteri Korea Selatan dan menggantikan mendiang Kim Dongwook yang telah meninggalkan kita semua empat hari  yang lalu. Saat ini, Presiden Korea-"

"Matikan TV-nya."

Jinhyuk dan Tony menoleh, mendapati Yohan yang datang dengan handuk kecil yang ia usap di kepalanya. Keduanya mengerjap dan saling menatap sampai tersadar saat Yohan berdecak ke arah mereka.

"Ah okey, matikan!"

Tony meraih remote dan lantas menekan tombol merah disana. Lalu atensi mereka kembali terfokus pada Yohan.

"Lukamu sudah membaik?" Tanya Tony pada Yohan.

Yohan melirik perutnya sekilas, "membaik dengan cepat untuk ukuran anak urakan sepertiku"

Jinhyuk mendengus, "aku tidak lupa bahwa kau jago beladiri. Tapi ngomong-ngomong, luka itu, luka tembak bukan? Siapa yang menembakmu?"

Yohan menghela nafas, ia menatap Jinhyuk kemudian. "Kumpulkan semua orang, kita rapat 20 menit lagi." Katanya tanpa menjawab pertanyaan dari segala rasa penasaran yang Jinhyuk kumpulkan.

"Dan kau." Yohan menunjuk Tony, "beritahu kakakku dan kedua adikku, jangan memaksa mereka, biarkan mereka datang tanpa paksaan."

Jinhyuk dan Tony hanya mengangguk patuh, keduanya segera berdiri bertepatan dengan Yohan yang kini melangkah memasuki kamarnya.




Yohan memang bandel, title anak nakal yang tidak berguna sudah melekat padanya sejak ia menginjakkan kaki di sekolah menengah pertama. Ketika mendapat umpatan dari kedua adiknya, itu bukanlah pertama kali baginya, Hangyul dan Junho memang sudah melayangkan kebencian sejak dulu. Sejak mereka tahu bahwa katanya ibu Yohan adalah menyebab ibu Hangyul dan Junho meninggal. Benar, Yohan beserta kedua adiknya adalah saudara tiri berbeda ibu.

Pada kenyataannya, bukanlah seperti itu. Meski Yohan belum tahu alasan kematian istri kedua ayahnya, Yohan yakin, bukan ibunya yang melakukan hal jahat itu. Kwon BoA adalah sosok ibu yang baik, ia memiliki senyum malaikat yang masih Yohan ingat kapan terakhir kali ia tersenyum pada Yohan. Pertemuan terakhir mereka menjadi titik dimana segalanya mampu berubah dalam sekejap.

Yohan mengalihkan tatapannya pada figura foto dimana ia yang berusia 10 tahun dipeluk sayang oleh ibu dan ayahnya, beserta Wooseok, sosok malaikat kedua yang kini menggantikan BoA, sosok kakak yang meskipun ia berasal dari panti asuhan, tetapi Yohan begitu menyayanginya layak Wooseok kakak kandungnya sendiri.

"Kau merindukannya?"

Yohan tersentak, ia menoleh ke arah pintu kamarnya yang entah sejak kapan sudah terbuka, pula entah sejak kapan Wooseok sudah berdiri disana dengan senyuman tipis yang melekat di sudut bibirnya. Yohan mendesah panjang, tubuh telanjangnya bergerak mendekati lemari untuk mengambil pakaian disana.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Master : [Hanlem] OngoingWhere stories live. Discover now