"..aku membencimu, kau tahu itu 'kan? Aku sangat membencimu."

Setidaknya hanya mulutnya yang bergumam seperti itu, berbeda dengan hatinya yang menjerit pilu menginginkan sang ayah kembali. Menemaninya di masa sulit, menemaninya dikala ia merasa sendiri dan tak memiliki teman. Selama ini, hanya dunia malam yang menemani Yohan, alkohol dan wanita jalang sudah menjadi sahabatnya dalam suka maupun duka. Namun kini, Yohan menyesali segalanya.

Isakan itu mulai terdengar, bersahutan dengan derasnya air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya. Yohan berlutut, bersimpuh di depan makam Dongwook, memohon maaf akan kesalahan yang pernah ia lakukan dulu bahkan sampai kemarin dimana ia masih sempat bermain-main disaat sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya.

Hingga, tubuh Yohan sedikit menyentak ke depan ketika ia merasa sesuatu yang panas sekaligus perih menancab di punggungnya sampai menembus dada kanannya. Ia menunduk dengan tangan kanan yang terangkat lemas, memegangi lubang di dadanya yang kini mengeluarkan banyak darah.

Uhuk!

Yohan terbatuk, darah segar itu kini mulai keluar dari mulutnya sampai kedua matanya mengerjap, kepalanya ditolehkan sedikit bersama senyum tipis yang terurai. Lalu detik selanjutnya lelaki itu kehilangan kesadarannya dengan perlahan.

"Kim Yohan menyusul ayahnya, hahaha, aku bilang apa? Mudah sekali menyingkirkannya."

"Cih, dia terlalu lemah, ayo kita pergi. Sebentar lagi ayah akan naik jabatan, dan kita harus membuat pesta meriah untuk merayakan itu,"

"Tentu saja, Yunseong. Ayo kita pergi."

Yohan tersenyum tipis, keluarga Hwang. Sudah pasti mereka dalang dibalik kenapa ayahnya bisa mati dengan cepat. Yohan tidak selemah itu, suatu saat ia akan bangkit dan membalas semuanya. Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Yohan kini sudah berhasil berdiri. Bukankah aktingnya tadi cukup mengesankan? Kini Yohan tahu, kepada siapa ia harus melampiaskan amarahnya.

Hwang Jang Lee, dia dalang dibalik kematian ayahnya.

 
•••

 
Hyeongjun menggigit bibir dengan cemas,  ketika pada seharusnya hari ini ia senang karena perpustakaannya penuh akan pengunjung. Namun Hyeongjun justru terlihat resah, kalimat Yohan tiga hari yang lalu terngiang di telinganya. Kalian tahu? Yohan benar-benar membuktikan ucapannya, lelaki itu, entah sejak kapan sudah mengganti semua meja di perpustakaannya lengkap dengan buku-bukunya yang ditaruh satu tumpuk di atas mejanya.

Hyeongjun resah memikirkan ucapan lelaki itu kemarin, bagaimana jika Yohan benar-benar menjadikan dirinya sebagai kekasihnya? Itu gila.  Mana mau Hyeongjun menjadi kekasih lelaki berandal yang terlilit utang itu?! Meskipun faktanya ia seorang anak perdana menteri, bagaimana jika ayahnya bangkrut dan Yohanー

Pikiran buruk Hyeongjun terhenti ketika ujung matanya menangkap seseorang yang tengah memperhatikannya. Hyeongjun lantas mendongak, dan ia sungguh terkejut melihat Yohan dengan setengah wajahnya yang kotor penuh tanah dan, oh! Darah! Tangan lelaki itu penuh dengan darah. Yohan nampak menahan sakit, Hyeongjun tidak tahu apa yang terjadi namun lelaki manis itu berdiri dan menekan bel memberitahukan pengunjung bahwa ia akan menutup perpustakaan lebih cepat. Sampai akhirnya para pengunjung mendesah kecewa dan mau tak mau semua orang disana pergi satu persatu.

"Kenapa kau disiー oh! Yah!"

Hyeongjun terkejut ketika tubuh Yohan limbung tiba-tiba menubruk tubuh kecilnya. Ia menahan dengan sekuat tenaga seraya menyeret tuhuh besar itu ke dalam perpustakaan. Dengan susah payah Hyeongjun mencoba membawa Yohan ke kamar kecil yang berdampingan dengan gudang, kamar itu bersih karena Hyeongjun juga sering menginap disini. Maka dari itu Hyeongjun pastikan Yohan bisa memakainya.

The Master : [Hanlem] OngoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang