Gun Atthapan.

2.3K 91 4
                                    

Gun gugup sore ini. Dari tadi pagi ia sudah repot sendiri. Berlatih, merapikan kamarnya, merawat dirinya, bahkan dia membantu ibu dapur menyikat pantat panci.

Hari ini Gun benar benar mengagetkan seluruh asrama. Yang biasanya Gun sama sekali tidak menampakan wajah bahagia. Ralat ---- wajah dengan semangat hidup yang kuat.

Seharian ini Gun lebih banyak menyapa, bukan membalas sapaan. Hari ini Gun lebih banyak di luar kamar ketimbang mengurung dirinya.

Bahkan beberapa anak gadis di asrama sebelah gempar melihat wajah yang biasanya murung, tiba tiba se segar itu. Percaya, Wajah Gun terlalu manis untuk seorang anak laki laki berusia 13 tahun.

Kenapa ?





Sejak surat dengan hiasan pita warna emas dan Maroon sampai di kamarnya, tepatnya kemarin malam.

Gun yang tiba tiba detag jantungnya berhenti kesekian detik. Kepalanya yang pusing dan tiba tiba rasanya dunianya di guncang.

Itu surat dari yayasan kesenian terbesar di seluruh negara. Nama Gun tercantum disana sebagai talent yang akan di seleksi dan di nilai. Gun tidak paham, dia tidak pernah mengirim formulir untuk mengikuti ajang tersebut.

Dan setaunya seleksi secara online harus melalui vidio. Tolong, bahkan Gun tidak paham cara menggunakan kamera.

Cobaan apalagi ini.

" Gun dari kelas 7 Sastra 2 ! Di mohon segera ke Auditorium ! "

Kakak kelasnya berteriak nyaring, padahal Gun baru saja selesai membantu temanya merapikan beberapa buku.

Jantungnya berdegup kencang.

" Aku pamit dulu ya ! " Pamit Gun pada semua orang di Perpustakaan. Percaya, mereka semua tertegun. Gun memberikan senyum pertamanya.

Ia berlari kecil di lorong sekolah. Sekali lagi ia membuat semua orang terkejut. Gun menyapa semua orang di lorong sekolah.

Oh, Gun sendiri juga tidak percaya dengan apa yang di lakukan seharian ini.

Tepat di depan pintu Auditorium. Detag jantungnya semburat tidak jelas, bahkan rasanya Gun susah bernavas. Gun jelas tau di dalam ruangan di depanya ini terdapat orang orang penting.

Sialan. Kenapa jadi seperti ini. Padahal dirinya suda mempersiapkan mentalnya sejak semalam.

Serius, Gun memang harusnya tidak menanggapi hal ini. Toh dia bukan satu satunya. Oke, dia bisa kabur dan bersikap seperti biasa.


" Hey ! Apakah kamu Gun atthapan ? "

Dan lebih sialnya lagi. Rencana kaburnya barusan di gagalkan oleh seorang pria yang terlebih dahulu membuka pintu auditorium.

Senyumnya menawan, dengan mata sipit dan badan yang cukup tinggi. Sehingga cukup membuat Gun mendongak menatapnya.

Bagaimana bisa Gun masi memikirkan itu.

" Mungkin kamu salah orang P' " cicit Gun pelan.

" Ah, aku tidak mungkin salah orang. Aku mengingat mata lucu mu yang bulat di vidio itu "

Pria ini sedikit tertawa, mungkin pikiranya ada di vidio yang dimaksud.

" Maaf P' Maksutnya Vidio apa ? Aku bahkan tidak perna membuat vidio apapun "

" Oh, ayolah jangan bercanda ! Semua orang mencarimu, ayo masuk bersamaku Gun Atthapan ! "

Hell, Gun tidak habis pikir kenapa pria satu ini sangat bersemangat. Bahkan sampai berani merangkul Gun.

Yang notabenenya Gun jarang mau di sentuh ataupun berinteraksi dengan orang asing.

Serius, Gun benar benar gugup waktu hawa dingin dari pendingin ruangan menyentuh permukaaan kulitnya. Semua orang memperhatikan dirinya. Atau mungkin pria di sebelahnya.

Ruangan auditorium tidak di tata seperti biasanya dengan formasi rapat. Entah kenapa lampunya di redupkan dan remang remang berwarna kuning. Di tengah tengahnya terdapat sedikit dataran yang lebih tinggi.

Jika Gun bisa tebak itu adalah panggung sederhana. Dimana di belakangnya terdapat kain hitam sebagai dekorasi sederhana. Apa apaan ini ?

Para penonton di tata sedemikiran rupa, Gun mengenali beberapa wajah termasuk teman satu ekskulnya. New. Gun memang bahkan tidak punya teman yang bisa dibilang dekat.

Tanganya seketika di tarik oleh pria yang sama yang Gun belum ketahui namanya. Gun benar benar tidak paham.

" Kurasa kamu memang semenarik itu ya ? "

Pria itu berbisik bisik, takut menganggu penampilan acara di depan. Meskipun mereka memilih tempat yang sedikit sudut. Tetap saja mereka berisik.

" Maaf, aku tidak paham "

" Sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Mu Gun, kamu memang semenarik itu sampai seluruh orang membicarakan mu "

Gun mengernyit. Apa tadi katanya ? Jatuh cinta ? Memangnya itu benar benar nyata. Dan apalagi tadi ? Seluruh orang membicarakanya ? Gun bahkan tidak merasa.

" Sepertinya kamu benar benar  gugup ya ? Aku punya cara untuk menghilangkan gugupnya Gun. Kamu mau tau ? "

Gun mengangguk meskipun ragu.

" Ceritakan bagaimana bisa kamu mempengaruhi seluruh orang dengan sekadar sajak dan bait milikmu "

Gun terdiam. Bagaimana bisa pria di hadapanya ini tau jika Gun suka menulis sajak sajak yang menurutnya sangat menjijikan ? Apakah semua orang sudah tau ?

Tuhan. Gun minta maaf.

" Aku orang yang sarkas. Kata kataku pedas, aku sedikit tidak percaya jika semua orang terpengaruhi. Ku pikir mereka akan muak " Gun menjawab sekenanya.

" Tapi semua yang kamu katakan memang fakta tanpa ada yang di perhalus. Tidak ada rekayasa yang aku rasakan waktu kamu membacakan sajakmu yang sangat implusif "

" Aku bukan orang yang suka mengada ngada, makanya mereka menjauhi ku "

" Kamu ngga bercanda kan ? Mereka menjauhimu ? Ah, mereka saja yang tidak sanggup menyeimbangan gaya bergaulnya dengan mu "

Manusia di depanya tersenyum lembut. Senyumnya menular pada Gun. Kemudian dengan tanpa permisi, menggenggam tangan Gun perlahan.

" Aku tau kamu hanya berpura pura kuat Gun. Jadi aku minta saat ini, beri aku alasan agar aku bisa membawa mu pergi dari asrama menyedihkan ini. Sihir semua orang yang ada di sini, buatlah kepala sekolahmu yang amat sangat menyebalkan itu tidak bisa berkata kata.

Izinkan aku membawa mu pergi dan membuat seluruh dunia tau tentang dirimu. Izinkan aku membuat ibumu bangga Gun. Izinkan aku menaruh harapan padamu "

Waktunya Gun seketika berhenti. Orang asing ini, berkata sedemikian rupa. Dada Gun terasa bolong, sejuk. Bahkan secara tidak sadar air matanya jatuh.

Seluruh bayangan tentang rasa sakitnya, ibunya yang sudah tiada, ayahnya yang sebenarnya Gun sudah tidak mau memikirkanya.

" Baiklah Gun sekarang giliran mu ! Buktikan Gun ! "










Bagi kalian mungkin ini terlalu cepat. Mungkin pria ini terlalu sok dekat. Terlalu mencampuri urusan Gun, bahkan berani sekali menyentuh Gun.

Namu siapa yang tau apa yang sudah di rencanakan ?













- Artha








Enough you. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang