"Terima kasih Ya Ren." ia kembali memelukku erat. Kehangatan sekaligus sesak berkombinasi di bagian ulu hati.
Perempuan ini begitu dekat sekarang, tapi aku tak pernah bisa memilikinya. Ia perempuan yang membuatku menemukan titik akhir pencarian. Sekaligus jalan buntu yang membuatku tersesat dan tak bisa kembali. Celakanya, ia tak lebih menganggapku sebagai seorang sahabat. Sungguh kisah bertepuk tangan yang tragis.
Suaranya menyadarkanku dari lamunan.
"Ren.. Anterin pulang." Ucapnya
"Kamu tidur di sini aja Ya. Udah jam 11 malam loh ini. Besok pagi aja ya aku antar pulang." Tawarku
"Mau pulang....." Pintanya lagi
"Siniin HPnya."
"Buat apa?" sambil memberikan hp-nya.
"Nelpon Ibu sama bapak kamu dong Nay. Ngasih tau, anaknya lagi patah hati. Nangis-nangis."
"Ishhhh, gak lucu ahh. Kembaliin sini Hpku.."Ia mencoba merebut kembali hpnya dari tanganku. Ia menggelitik ketiakku, memukul-mukul bahuku.
"Sakit aww, sakitt.. Iyaa iyaa. Gak bilang gitu Aku tu Nay." Tuturku akhirnya menyerah.
"Kembaliin...." Pintanya lagi dengan nada sebal.
"Iyaa, bentar. Nah ini." kuserahkan Hp itu setelah menyalin nomer papanya Nayna."
"Tuuttttt..tuuutttt." suara telpon belum terangkat.
"Halo selamat malam, siapa yaa..?"
"Ini Rendra Om. Cuma mau ngasih tau kalau Nay sekarang di rumah saya. Tadinya habis antar alat-alat band ke rumah, saya mau anterin pulang. Tapi dia malah kenyenyakan tidur di sofa. kecapean gara-gara seharian ngurusin acara kampus."
"Dasar anak itu. Bener-bener. Untung di rumah kamu. Yaudah gak apa-apa. Om percaya sama Rendra."
"Terima kasih Om."
"Tuuttttttttt." Suara telpon mati.
"Dasar.... Bisa aja cari alasannya kamu mahh.." Sembari menabuk kepalaku.
"Auu.. Sakit...."
"Lihat itu muka udah kayak panda gak tidur 3 malam. Dari pada nanti kamu di introgasi sama bokap kan?" ucapku." Ucapku lagi.
"Yaudah tidur sana di kamarku. Biar aku tidur di sofa aja."
***
Pagi itu aku mengantar Nayna kembali kerumahnya.
"Gak mau mampir dulu Ren." Tawar papa Nayna.
"Nggak Om, saya duluan aja. Ada janjian sama temen."
"Yaudah kalau gitu. Sekali lagi makasih yaa udah jagain anak om. Maaf ngerepotin. Dasar anak ini memang..." Sambil merangkul gemas perempuan di sampingnya.
"Auu,,, papa... Sakit ahh." Jawab perempuan itu sebal.
"Iyaa Om sama-sama. Yaudah, saya pamit ya Om. Bye Nay...." Ucapku kemudian.
Selepas itu, aku beranjak dan menyalakan motorku. Sebenernya gak ada janjian sama temen hari ini. Tapi aku memang berencana ingin pergi ke suatu tempat. Namun, ketika melewati sebuah taman yang tak jauh dari komplek rumah Nayna, aku melihat seorang laki-laki sedang duduk termangu di sana. Pakaiannya lusuh, rambutnya berantakan.
All I Ask
Start from the beginning
