Day 1 : Desa yang Sangat Sunyi

1.2K 18 0
                                    

Selamat datang di desa Watthem. Desa ini selalu sepi dari pengunjung karena terletak di pinggiran ibukota NGKWI. Maka dari itu suasana pedestrian yang kental masih terasa di sana. Udara yang segar, pagi yang berkabut, sinar matahari yang hangat, kanan dan kiri dipeluk perbukitan hijau dengan hutan cendana dan danau yang tenang menghanyutkan.

Seorang pria lusuh dengan debu dan kotoran di sekujur tubuhnya menyeret kedua kakinya untuk menghampiri sebuah tempat di ujung jalan. Aroma khas makanan yang keluar dari sebuah restoran menggoda perutnya yang lapar, memaksa langkahnya untuk menghampiri tempat tersebut.

Pagi ?... Entah... Zee tidak bisa mengingat waktu... Bahkan Zee tak ingat kapan terakhir makan... Tapi perut Zee lapar... Itu yang Zee tau... Dan ketika perut Zee lapar... Hanya 1 tempat yang Zee tau... Tempat bau di ujung jalan sana yang penuh dengan makanan... Hanya untuk Zee... Zee merangkak... Zee hampir lupa cara berjalan... Zee ingin makan... Namun suara-suara mengagetkan Zee... Orang-orang kampung ?, mereka berteriak, mereka marah. Zee tidak suka... Zee benci orang-orang kampung... Mereka jahat...

Zee merangkak... Pergi... Sembunyi...

Seorang ibu-ibu yang baru saja keluar dari kafe mini tersebut melihat orang gila itu dan menjerit ketakutan. Dengan payung di tangannya, ibu-ibu itu menyerang Zee, si orang gila dan mengusirnya pergi. Zee, si orang gila merasa terancam dan membelalakkan kedua matanya besar-besar, tubuhnya terpaku mengamati si ibu. Hingga akhirnya orang-orang kampung berdatangan untuk mendukung ibu tersebut dan melempari Zee dengan batu dan kaleng-kaleng sampah. Zee segera melindungi kepalanya dengan lengan kemudian berlari pergi menjauhi keramaian untuk bersembunyi.

***

Tampaknya penduduk Watthem memiliki rasa empati yang buruk terhadap kaum malang. Namun tampaknya seorang nona penyihir berkepribadian ganda, Acacia, adalah manusia yang berbeda dari lainnya.

Acacia memicingkan mata menghalau sinar matahari yang menerjang wajahnya. Gadis itu melihat pada sekeliling daerah ini, jelas sekali terlihat daerah ini masih kental dengan suasana pedesaan yang damai. Gadis itu menaikkan ranselnya, dia agak terkejut dengan suara orang-orang yang terdengar riuh dari pusat desa. Mereka seperti mengejar seseorang di sana. Dengan rasa penasaran, gadis itu mencari tahu sebabnya, dan menemukan sosok seseorang meringkuk di balik tong sampah suatu penginapan. Wajahnya terlihat takut. 

"Ada apa denganmu?" Tanya Acacia padanya. Dia yang dikejar penduduk kampung itu mendongak, ketakutan jelas terlihat di wajahnya.

***

Sementara itu di tempat lain, Xarks, Mantan Sersan sedang mengisi waktu luangnya yang santai di sore hari.....

"Aaah capeeeek.."

Dengan santai, aku duduk di kursi santai, istirahat dari medan perang, sepertinya itu sangat menyenangkan. tinggal dari tempat yang jauh dari mesiu dan jauh dari darah..

"Tidak.. tidak jauh dari darah..." aku menghela nafas, mendapatkan misi untuk mencari tahu dalang dibalik pembunuhan berantai sebgai mantan sersan bohongan memang menyebalkan.

"Mungkin ada baiknya aku membuat susu hangat sore ini"

Ujarku sambil tersenyum... mungkin Mustaq akan menyukainya. Apa mungkin dia mau aku undang untuk minum susu?

***

Menikmati minuman di sore hari tampaknya memang menjadi kebiasaan warga Watthem yang sulit untuk dihindarkan. Lain dengan ex-sersan Xarks, sang penjaga portal antara dunia manusia dengan dunia hantu, Tylba, sedang menyamankan sore harinya dengan secangkir kopi....

Ah, aroma kopi panas dan cacing goreng yang kusediakan untuk menemani sore ini begitu menggoda. Sayang, uap yang melayang-layang di atasnya menandakan belum waktunya mereka kunikmati. Aku masih harus menunggu sampai asapnya pergi demi keselamatan paruhku. Aku ingat, dulu menikmati secangkir kopi dan sepiring cacing goreng tepung adalah waktu yang sangat tenang. Namun, semua itu sudah berubah. Sekarang saja, dari kejauhan bisa kudengar keramaian penduduk desa. Ah, demi para iblis yang akan menyeberang ke dunia ini, aku tak mau peduli. Oh, cacing gorengku sudah siap. 

Kriuk kriuk kriuk…. Cacing goreng tepung yang asin dan gurih. Satu sudah terlahap, masih banyak lagi yang menumpuk di piring. Nikmat. Kriuk kriuk kriuk…. Sungguh lezat. Inilah namanya surga dunia.

 ***

Demikianlah keseharian di desa Wattham selama puluhan tahun. Sungguh desa yang tenang dan damai. Nyaris seluruh warga tertidur dalam rutinitas sehari-hari. Beberapa bersembunyi di dalam rumah. Hanya ada seorang detektif yang mengendus aroma kejahatan, instingnya mengatakan bahwa buronan itu telah lama bersembunyi di desa ini.

Sementara para warga menikmati kesehariannya yang normal, sang detektif mengikuti salah seorang warga lekat-lekat. Pada akhirnya, ia tahu bahwa Tylba sang burung hantu, hanyalah warga biasa tak berdosa yang harus ia lindungi dari penjahat yang sesungguhnya.

 

[GAME]Misteri Pembunuhan Berantai di Desa WatthemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang