Chapter 15

211 28 11
                                    

Vote before read!
.
.
.
.
.
"Phi Tor?" Captain mempercepat langkahnya saat melihat Tor berdiri di depan pintu kamarnya.

"Hai, Sayang."

"Kau, kapan pulang? Kenapa tidak mengabariku?"

"Kejutan!" Tor merentangkan tangannya. Namun, Captain hanya meliriknya sekilas sambil membuka pintu.

"Ayo masuk. Tidak enak mengobrol seperti ini."

"Ah iya. Aku tahu. Kau sangat merindukanku bukan?" Tor menaik turunkan alisnya sambil merangkul bahu Captain.

"Tidak ada!" jawab Captain ketus.

"Hey." Tor menusuk pipi Captain dengan telunjuknya.

"Kapan Phi Tor pulang?" tanya Captain pelan.

"Tadi pagi. Tapi aku terlalu lelah untuk berangkat ke kampus. Jadi, aku memutuskan untuk tidur saja." Tor memberikan penjelasan sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang milik Captain.

"Hey, apa ini?"

"Cotton candy darimu," jawab Captain yang duduk di samping Tor.

"Kau tidak memakannya?"

Captain menggeleng. Ia menyimpannya dan memandanginya setiap malam seakan Tor ada di sana. Walaupun, cotton candy itu sudah hampir tidak terlihat.

"Tidak suka?"

"Bukan, Phi. Aku menyimpannya karena kalau aku melihatnya, itu seperti ada dirimu di sini."

Jawaban Captain membuat Tor mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.

"Astaga. Really? Kau begitu merindukanku ha?" tanya Tor yang memeluk Captain dari samping dan meletakan dagunya di bahu Captain sambil menciumi pipi halus milik kekasihnya itu.

"Iya, aku mengaku," cicit Captain.

Tor menarik dagu Captain agar berhadapan dengannya dan mempertemukan bibir mereka. Captain memejamkan matanya saat Tor mulai melumat bibirnya lembut. Jujur saja, ia merindukan Phi-nya ini. Phi kesayangannya. Guardian Angelnya.

Ini seperti membawanya terbang. Ciuman Tor sangat lembut. Seperti melepaskan semua kerinduan dari hatinya. Mereka sama-sama menikmatinya sampai oksigen yang menipis membuat mereka melepaskan ciumannya.

"Sayangku." Tor mengelus pipi Captain sebelum menarik lelaki itu ke dalam pelukannya.

"Haish, aku membawakanmu makanan. Aku tahu kau pasti kelelahan dan sangat lapar. Ayo makan."

"Sebentar, Phi. Aku sangat lelah," jawab Captain manja sambil mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di dada Tor.

"Baiklah." Tor mengusap puncak kepala Captain dan mengecupnya beberapa kali.

Padahal, hanya tiga hari. Itupun mereka selalu saling mengabari. Tetapi, tetap saja, tidak bertemu selalu saja menimbulkan rindu.

"Ayo kita makan." Captain melepaskan pelukannya dari Tor dan berjalan menuju meja makan untuk menata makanan yang dibawa Tor.

"Curang! Aku sedang nyaman-nyamannya. Tapi kau malah meninggalkanku begitu saja!" protes Tor.

"Oh ayolah, Phi. Tadi siapa yang menyuruhku makan? Lagipula, nanti kalau sudah dingin tidak enak."

Tor membuang napasnya berat dan menghampiri Captain. Ia duduk besebrangan dengan Captain yang tengah menata makanan dan menatapnya intens.

"Phi. Jangan melihatku seperti itu!"

"Apa salahnya aku menatap Istriku sendiri?" Tor mengedipkan sebelah matanya.

Captain hanya menggelengkan kepalanya dan menyodorkan piring ke arah Tor.

"Aku sudah makan, Sayang."

"Jadi, Phi tidak mau makan bersamaku?"

Tor langsung mengubah pikirannya dan menarik piring berisi makanan itu ke hadapannya. Bisa bahaya kalau Captain merajuk.

"Phi, setelah ini kau ada acara?" tanya Captain di sela-sela makannya.

"Tidak."

"Em..." Captain tampak ragu-ragu.

"Aku mau menginap di sini."

Jawaban Tor membuat Captain membalikan wajahnya karena tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

Sebenarnya, yang ingin Captain katakan tadi adalah meminta Tor menemaninya. Tapi, Guardian Angelnya ini lebih peka dari yang ia kira.

"Sudah, jangan menyembunyikan senyummu begitu, Sayang. Aku tahu kau senang, bukan?"

Captain tidak menjawab dan malah menyuapkan makanan ke mulutnya dengan cepat dan hal itu membuat Tor semakin gemas. Ditambah makanan yang tercecer di sekitar mulut Captain membuatnya semakin terlihat lucu.

"Aw, lihat, betapa lucunya dirimu," ujar Tor sambil membersihkan sekitar mulut Captain dengan tangannya.

Tentu saja, hal tersebut membuat lelaki imut itu semakin grogi dibuatnya.

"Terimakasih, Phi Tor."

"Untuk?"

"Karena sudah mencintaiku," cicit Captain.

"Hey, bukankah sudah kubilang? Siapapun pasti menyukaimu. Tapi, hanya aku yang boleh mencintaimu dan kau hanya boleh mencintaiku. Paham?"

Captain mengangguk pelan dan tersenyum lebih lebar. Tidak ada yang harus ia takutkan kali ini. Tidak, seharusnya, sudah sejak lama ia tidak khawatir pada perasaan Tor.

"Jangan tersenyum seperti itu. Kau bisa membunuhku." Tor memegangi dadanya seakan terjadi sesuatu pada jantungnya.

"Berhenti membual, Phi Tor!"

"Apa kau malu? Hmm?" Tor menggenggam jemari tangan Captain dan mengecupnya beberapa kali. "Aku mencintaimu. Jangan ragukan aku, na?"

"Iya, Phi."

"Iya apa?"

"Aku juga mencintaimu."

Captain mendorong bahu Tor yang hampir saja menciumnya kembali.

"Cukup, Phi. Aku sangat berantakan dan kotor. Aku ingin pergi mandi dulu."

"Ide bagus. Ayo!" Tor berdiri terlebih dahulu dengan semangat.

"Apa maksudnya? Aku ingin mandi dan Phi yang bersemangat?"

"Semacam mandi bersama," goda Tor.

"Tidak, tidak! Aku akan mandi sekarang!"

Captain hampir saja berlari, tapi gerakan Tor lebih cepat menarik lengannya.

"Aku hanya mandi tadi pagi. Izinkan aku mandi bersamamu, na." Tor mengucapkannya selembut mungkin agar Captain mau menuruti permintaannya.

"Tapi, Phi."

"Ayolah, Sayang," rengek Tor.

"Aku dulu baru Phi Tor ya."

"Na, na, na," rengek Tor sambil menenggelamkan kepalanya ke leher Captain.

"Baiklah. Tapi jangan macam-macam!" ancam Captain.

Ia mengambil handuk dan melemparkannya ke arah Tor.

"Anak perawan," kikik Tor yang mengekori Captain menuju kamar mandi.

Tidak usah dijelaskan apa yang terjadi selanjutnya. Karena, tidak cukup sedikit waktu untuk mereka saling melepas kerinduan.

Di waktu yang sama, ponsel Captain tidak berhenti berbunyi dan menampilkan nama yang akan membuat Tor marah besar jika mengetahuinya. Namun, sekarang siapa yang peduli dengan bunyi ponsel saat ini? Bahkan, bunyi itu seakan hilang tertelan oleh guyuran shower yang bersahutan dengan desahan.










Astaga makin pendek aja 😭
Etapi aku kasih yang manis-manis nih ya karena dah lama banget gak up. Ehehe

With Love (TorTain)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang