halaman baru

8 1 0
                                    

         Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, ketika kita telah membuka halaman baru pastikan kalian tidak pernah membuka halaman sebelumnya. Aku tidak akan menyebut nama Aya lagi didalam bagian ini, tapi barusan aku terlanjur menulisnya dan kalian terlanjur membacanya, yasudah namanya juga terlanjur. 

         Semua terasa seperti aku baru di lahirkan dibumi, bukan berarti aku semakin kecil, bahkan aku merasa lebih santai dalam memahami sebuah persoalan bukan berarti aku menganggap itu mudah.

         Satu tahunku sudah berlalu di bangku SMK, aku masih memiliki waktu dua tahun jika itu aku mau dan tuhan mengizinkan, doakan semoga tuhan mengizinkanya agar cerita ini masih bisa kutulis, selamanya? tentu tidak sampai aku benar benar menemukan sosok pendamping hidup suatu saat nanti.

" Cal!, kamu bisa bantu aku gak? " tanya Zaki sambil melihat kearah pekerjaanku.

" kesulitan? atau gimana? coba tanya eyang " jawabku sambil sedikit nyeleneh.

" ah eyang mah kalo ngejelasin sulit di pahami " jawabnya sambil sedikit tertawa.

" yaudah nanti sore atau besok ke rumahku aja, kan kamu belom pernah kerumahku, nah! tanya eyang aja jalan menuju rumahku hahahaha... " 

" nanti di sesatin lagi sama eyang google hahahaha... " sahut Zaki sambil tertawa sampai pak Dandi meluncurkan tatapan tajam kearah kita berdua.

         Hari itu cukup melelahkan, bukan karena mendapat suatu hal yang mengganggu pikiranku, tapi terlalu fokus pada sebuah pekerjaan sekolah. Sampai kamar langsung melemparkan tas yang sebetulnya hanya berisi headset dan kertas kosong ditemani lagu Give Me One Reason dari Tracy Chapman terasa seperti semua lelah perlahan turun dan kembali ke inti bumi, bukan berarti lelah itu berasal dari inti bumi, aku cuma mengarangnya jangan dibawa serius.

         Aku hampir lupa kalau Zaki akan datang kerumah, untung aku punya air putih di rumah kalau tidak bunda pasti menyuruhku membeli sirup atau minuman berasa, kan keenakkan Zaki bisa minum minuman berasa dirumahku. Tidak lama aku mendengar suara motor tapi seperti motor beroda banyak.

" hai cal! " kata Zaki sambil melepas helm yang dia pakai

" oh hai!  masuk masuk, diluar panas nanti bisa meleleh kalian  " jawabku sambil terheran, bagaimana tidak ternyata Zaki bersama Mayang dan Airin atau biasa aku panggil Rara.

" ini rumahmu ya cal? " tanya Rara sambil menaruh tas di sofa ruang tamu.

" bukan, ini sebetulnya rumah menteri keuangan negaraku " jawabku sambil mengenakan jaket. entah hari itu sepertinya sangat dingin.

" eh ada temenya faizhal, sudah lama tiba? " tanya bundaku kepada Zaki, Mayang dan Rara.

" nah ini nih menteri keuangan negaraku hehe... " teriakkanku sambil membawa toples biskuit. 

         Seperti mengingatkanku kepada seseorang ketika aku memandang wajah Rara, bukan, aku sudah berjanji tak akan menyebutkan namanya lagi pada bagian ini, sungguh itu terasa berbeda. Semakin malam suasana semakin hangat, yang awalnya serius memperhatikan aku mengajari mereka kemudian menjadi sebuah percakapan yang cukup aneh untuk di ingat, yang kita lakukan hanya bisa tertawa pada saat itu.

         Sejak malam itu kami berempat semakin akrab semakin sering bertemu dan semakin sering tertawa bersama. Pernah suatu waktu kita jalan ke salah satu mall di jogja untuk sekedar menghilangkan rasa lelah memikirkan sekolah, pergi menonton, bahkan hanya sekedar untuk bermain petak umpet di mall. Rasanya aku ingin mengulangi itu setiap hari tapi itu tidak mungkin, kuharap kalian membaca ini sampai akhir agar kalian tahu seperti apa rasa ini sekarang.

            Kita melalui itu semua sekitar satu setengah tahun, tanpa ada hal hal yang mengganjal dipikiranku dengan senang hati bahkan aku melakukanya, kalau bisa sampai semua iri melihat pertemanan kita.

           Ketika aku sedang pergi bersama Ucok, dia adalah teman satu kampung tapi tidak sebaya kira kira umur duapuluhan lah,  kalau tidak salah kita pergi ke daerah Candi Prambanan untuk menikmati matahari sore. Entah tak ada angin tak ada hujan, tiba tiba mayang menelponku, aku tidak tahu tujuanya apa.

" hallo cal? "

" iya ada apa may? jam segini nelpon " jawabku sambil menikmati teh hangat dan ikan bakar kesukaanku disalah satu rumah makan dekat Candi Prambanan.

" kamu tau gak sebetulnya ada yang suka sama kamu? "

" hah ? Bu sri ? atau Bu suci ? atau mungkin batu?  "

" batu apaan Cal ? "

" iya, ini batu candi yang ada di depanku "

" serius, pokoknya ada aja Cal "

" Lah gimana sih may ?, yasudah sampaikan terimakasih karena sudah menyukaiku " kataku sambil sedikit tertawa.

" iya, pasti ! " jawab mayang 

           Sejak saat itu aku masih berpikir, untuk apa aku berpikir sedalam ini. Sampai suatu saat Mayang dan Rara mengajakku dan Zaki untuk pergi ke pasar malam. kebetulan Zaki lagi halangan jadi tidak bisa ikut. Awalnya aku juga ingin tidak ikut tapi entah mereka berdua memaksaku untuk pergi bersamanya, dan pada saat itu aku ikuti kemauan mereka.

           Saat aku ingin pergi ke kantin tiba tiba Zaki melarangku untuk pergi ke kantin saat itu, entah apa maksudnya, yang kuinginkan saat itu hanyalah gorengan dari Bu Sri seorang Chef wanita terbaik kedua setelah bundaku.

" kenapa Zak? kamu gak punya uang ya? santai kan ada aku " kataku tanpa mengetahui sebenarnya apa yang terjadi.

" benar kata kamu waktu kita di caffe dekat sekolah Cal, kita hanya dapat percaya pada semua yang telah kita lakukan, bagaimanapun hasilnya simpan dan anggap sebagai kenangan " kata Zaki sambil menunduk dan bersandar di dinding lorong kelas.

" iya kita memang harus menerima sebuah kenyataan, jika kita ingin mengubahnya juga gak bisa, tapi Zak! kamu kenapa sih? " tanyaku sambil memegang pundaknya dan mengarahkanya padaku.

" kita hanya dijadikan pelampiasan oleh seorang sahabat cal! " jawab Zaki dengan nada sedikit kesal dan seperti ingin teriak.

" hahaha, ingat kita pernah foto berempat lalu mencetaknya menjadi sebuah polaroid ? lalu mayang dan Rara menuliskan Best Friends For Ever di balik kertas ? "

" iya aku tau cal, memangnya kenapa? " tanya Zaki sambil melihat kearahku.

" aku yakin kita berdua salah baca, yang mereka tuliskan itu sebenarnya Best Friends For Never hahahaha... " jawabku sambil menahan semua pertanyaan dan menahan diri untuk berlari mencari Rara dan Mayang.

          Sebenarnya aku ingin bercerita banyak di bagian ini, tapi mungkin akan ku jadikan halaman sendiri, karena begitu rumitnya permasalahan ini.

" Terimakasih untuk satu tahun lebih ini, kamu telah datang dan membuat cerita pada bagian halaman buku ini dan bagian lain nantinya "



Aku cuma manusia dan tidak lebihWhere stories live. Discover now