Chapter 1

1K 155 53
                                    

Sudah pukul 6.30 matahari belum menunjukkan kehadirannya. Hanya sinar sekejap dari kilat menerangi jalanan yang sudah cukup ramai di kota besar itu. Awan mendung mengiringi perjalanan Hangyul ke sekolah seolah-olah mengikuti bis yang nampaknya sepi penumpang. Orang-orang di kota lebih suka menaiki kendaraan pribadi mereka daripada harus bersusah payah menunggu di halte. Apalagi saat akan hujan seperti ini, duduk di kursi mobil pribadi akan jauh lebih nyaman.

Tidak lama gerimis turun, air hujan mulai menabrakan tetesnya ke kaca bis menciptakan embun-embun karena cuaca semakin dingin. Hangyul suka embun. Meskipun sudah kelas sebelas tapi ia suka menggambar sesuatu di kaca bis dengan jarinya seperti bentuk kartun lucu. Ia menggambar Tata, salah satu karakter line friends kemudian mengusap-usap kepala Tata yang berbentuk hati itu, tujuannya agar bentuknya semakin jelas tapi malah membuat Tata kehilangan wajahnya. Meninggalkan bentuk hati yang mungkin bisa terlihat dari luar bis. Hangyul merasa jijik sendiri.

Saat bis berhenti di lampu merah, Hangyul melihat seseorang yang sudah ia sukai cukup lama, menaiki vespa dan lengkap dengan helm tanpa kaca khas anak vespa. Karena hati yang tergambar di kaca jendela bis tidak berembun ia dapat melihat jelas ketika wajah Seungyoun basah terkena air hujan. Bisa saja orang kaya seperti Seungyoun mengendarai mobil mewahnya ke sekolah, tapi sepertinya ia terlalu mencintai vespanya. Hangyul ingin suatu saat bisa menaiki kendaraan unik itu, tapi sangat mustahil karena hingga sekarang Seungyoun bahkan tidak tau kalau dirinya itu dilahirkan, hidup dan bernapas di dunia ini.

Seungyoun tiba-tiba mengalihkan pandangannya ke sekitar jalan sampai ia melihat bentuk hati di salah satu bis yang berjejer di sampingnya. Ia mencoba melihat seorang penumpang berambut coklat susu yang tidak lain adalah Hangyul, namun Hangyul yang menyadari itu langsung menundukkan tubuhnya ke bawah.

'Orang naik bis sesantai itu sampe bisa gambar love. Gue sengsara gini naik vespa.' Batin Seungyoun. Ia geleng-geleng sendiri memikirkannya. Harusnya ia naik mobil tetapi mobilnya yang terlalu mewah itu justru membuatnya berpikir dua kali. Ia tidak mau dibilang pamer atau orang-orang mengerubungi mobilnya mencari kesempatan untuk berfoto. Menurut Seungyoun lebih baik dikenal sebagai orang biasa saja.

Hangyul malu, pikirannya sudah kemana-mana. Bagaimana kalau ia tertangkap basah oleh Seungyoun. Ia pasti akan menganggapnya aneh dan kekanak-kanakan. Untung saja bis yang ia naiki sudah melaju. Ia harap Seungyoun tidak melihatnya. Lagipula lebih baik tidak dikenali dengan cara yang memalukan seperti ini. Hangyul tidak tau mengapa dirinya kerap kali melakukan hal-hal yang membuat dirinya sendiri merasa geli.

Jatuh cinta juga hal yang menggelikan. Apalagi jatuh cinta pada senior sendiri. Sangat biasa memang. Banyak orang seperti Hangyul yang sudah pasti juga akan jatuh cinta pada seseorang seperti Seungyoun yang jenius, tampan, humoris, memiliki suara merdu, tidak bau badan meskipun habis olahraga, dan yang terpenting dia itu sangat baik. Terlalu sempurna sampai Hangyul pun minder untuk dilihat oleh Seungyoun. Hangyul sering kali mengingatkan dirinya sendiri agar sadar diri. Agar ia tidak mencintai orang yang pasti akan menolak cintanya ribuan kali. Tetapi rasa cintanya justru bertambah bukannya berkurang. Ia tidak dapat menemukan cela sedikitpun pada diri Seungyoun.

Saat masa orientasi siswa, itu pertama kalinya ia melihat Seungyoun. Waktu itu Seungyoun sedang memarkirkan motor vespanya, Hangyul memperhatikan Seungyoun lewat jendela kelasnya. Seungyoun terlihat keren dan kalem. Lalu ada satu temannya, Seungwoo menyapa. Seungyoun membalas sapaan Seungwoo dan saat itu ketika Seungyoun tersenyum, Hangyul merasakan sesuatu di hatinya.

Setelah itu Hangyul sering melihat Seungyoun memarkirkan vespanya, kemudian melewati depan kelasnya karena dekat dengan tempat parkir. Hangyul mengubah posisi duduknya dari barisan belakang hingga pindah di barisan paling depan dekat pintu kelas agar bisa mencium wangi cologne Seungyoun setiap pagi. Hangyul berpikir ia suka dengan wanginya hingga ia sendiri membeli cologne dengan merk yang sama, tetapi wanginya berbeda. Itu tidak membuatnya bahagia. Ia bahagia hanya jika Seungyoun melewati kelasnya. Hangyul masih belum yakin perasaan apa itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 15, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

i love you with all my senses • seungyulWhere stories live. Discover now