5. Distraction

373 39 42
                                    

She never look at you, Oppa.
Only me.

- Park Sooyeong (Joy) -

.

.

.

.

.

Sungjae tersenyum melihat Chorong dari kejauhan. Sumpah! Sungjae lebih pantas disebut stalker saat ini. Memanfaatkan Joy dan mengajaknya makan di kafe yang berhadapan dengan toko milik Lee Jongsuk, Sungjae bisa mengamati gadis itu dengan leluasa tanpa Chorong yang berteriak dan berusaha menolaknya.

"Oppa..."panggil Joy setelah mendapati atensi Sungjae tidak berada pada makanannya.

Tidak ada tanggapan. Sorot mata Sungjae masih terpaku ke arah jendela. Joy menoleh dan menangkap objek yang menyita perhatian Sungjae. Kakaknya. Park Chorong.

"Oppa."panggil Joy. Kali ini dengan mengguncang tangan pria itu.

"Ne, Noona."jawab Sungjae spontan dengan senyum bodohnya.

"Noona?" Joy tau pikiran Sungjae masih belum seratus persen pada keberadaan mereka saat ini. "Oppa! Tidak baik meninggalkan makanan seperti ini." Joy mengguncang bahu Sungjae dengan keras sampai Sungjae tersadar dan menatap Joy dengan linglung.

"Ada apa?"tanya Sungjae sedikit kesal.

"Makanannya. Tidak baik kalau melamun selama makan."

Sungjae mendengus kesal dan mulai memasukkan makanan ke mulutnya tanpa selera. Tujuannya kemari adalah untuk melihat Chorong. Bukan makan bersama Joy. Gadis itu hanya alasan agar Sungjae bisa dekat dengan Chorong tanpa penolakan. Chorong sangat menyayangi adiknya. Jadi Chorong tidak mungkin menolak Sungjae jika Joy membantunya.

"Oppa tadi melamunkan apa?"

Mendadak wajah pria itu menjadi merah dan menunduk. Urusan Chorong memang tidak pernah membuat hatinya tenang dengan mudah. Jantungnya sudah berdegup begini kencang sekalipun hanya Joy yang bertanya. Bagaimana jika Chorong yang saat ini ada di depannya?

"Oppa sedang melihat Eonni-ku?"tanya Joy.

Sungjae tersedak. Cepat-cepat Joy menyodorkan segelas air putih dan Sungjae menenggaknya hingga tandas.

"Ka.. Kau tau?"

Joy mengangguk. Sebisa mungkin menunjukkan ekspresi riang sekalipun hatinya liar biasa terluka.

"A... Apa kakakmu memiliki kekasih?"

"Belum."

Sungjae nuaris saja terlonjak senang kalau saja Joy tidak mengakhiri kalimatnya dengan keterangan yang tidak enak didengar. "Tapi Eonni menyukai seorang pria."

"Siapa?"selidik Sungjae.

"Aku tidak boleh menceritakannya disini, Oppa. Kau bisa tanya Eonni sendiri."

Pria berambut hitam itu mengangguk lalu tersenyum. "Hanya jatuh cinta kan? Sebelum kakakmu dimiliki orang lain, aku masih memiliki kesempatan untuk mencintainya."

Joy yang mendengar itu mencoba menarik nafas panjang. Menetralkan rasa nyeri yang tertanam di hatinya. Seperti menelan seribu duri. Gadis itu membuang wajahnya ke arah jendela dan mengamati sang kakak yang tengah tersenyum di dalam toko musik. Tangannya lincah memainkan piano dan sesekali menuliskan sesuatu.

"Eonni tidak akan bisa melihat orang lain karena Eonni selalu mengikatkan hatinya pada orang yang sama."bisik Joy yang hanya bisa didengarnya sendiri.

Gone [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang