Black Coffee and Cappuccino

Mulai dari awal
                                    

"Mau menemaniku mengobrol?" tanya Andi lagi

Lia terdiam beberapa saat. Terlihat ragu untuk menyanggupi permintaan Andi. Namun, mengingat ia tak ada lagi pekerjaan yang harus diselesaikan, ia pun mengangguk

"Baiklah" katanya tersenyum. "Aku letakkan ini dulu di belakang" menunjuk nampan yang ia pegang

Andi mengangguk. Melepaskan tangan Lia yangsedari tadi ia genggam.

Lia melangkahkan kakinya menuju dapur. Sementara Andi mulai meminum kopi hitamnya. Ada esensi yang berbeda saat cairan hitam pekat itu mengalir melewati kerongkongannya. Kopi ini berbeda dari yang lain. Begitu banyak esensi yang ia dapat. Namun, satu yang pasti. Ia merasa begitu tenang. Entah karena apa.

Tak lama Lia kembali. Mendudukkan dirinya padakursi yang berhadapan dengan Andi. Meletakkan secangkir cappucino yang ia bawadi atas meja. Menyesapnya secara perlahan. Begitu menikmati saat cairan berwarna cokelat itu membasahi kerongkongannya. Begitu nikmat.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Lia setelah meletakkan cangkir di atas meja

"To the point sekali" sahut Andi sarkastik

“To the point is the best way” Lia terkikik geli melihat wajah Andi yang sedikit tertekuk. Mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. Membentuk tanda 'peace'. Dengan cengirannya ia berkata, "Ayolaaah, aku bercanda"

Mau tak mau, Andi ikut tertawa melihat wajah Lia.Gadis ini begitu lucu. Matanya yang mirip dengan mata kucing begitu menggemaskan saat ia tertawa.

"Menurutmu, kenapa aku memilih kopi hitam?" tanya Andi

Lia membulatkan matanya. Seolah tak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan Andi. "Kau mengajakku bermain tebak-tebakkan?"

Andi mengulum senyum geli. Gadis di hadapannya ini begitu menarik. Apapun ekspressi yang ia keluarkan, ia selalu terlihat menggemaskan.

"Menurutmu?"

Lia mempoutkan bibirnya kesal. Kedua pipinya menggembung lucu. "Mana aku tau apa alasanmu memilih kopi hitam"

"Hey, kau itu bekerja di kedai kopi.Harusnya kau tau kenapa pelangganmu memilih jenis-jenis kopi tertentu" kata Andi

Lia semakin mempoutkan bibirnya. Mengetuk-ngetukkan jarinya pada permukaaan meja. Memasang wajah berpikir dengan bibir yang mengerucut lucu.

"Mungkin karena kau kesepian"

Andi menaikkan sebelah alisnya. Seolah bertanya 'Kenapa-kau-berpikir-seperti-itu?'

Lia menyesap cappucinonya sebelum menjawab,"Hitam. Bagi sebagian orang merupakan warna yang melambangkan kesepian. Kopi hitam sering dipilih untuk melepas lelah sehabis bekerja, menenangkan pikiran,atau melepas rindu pada seseorang yang jauh disana. Ada juga orang yang memilih kopi hitam karena kenikmatan yang mereka dapat saat menyesap cairan hitam itu.Entah kenikmatan apa itu. Aku tak tau pasti kenapa kau memilih kopi hitam, tapi menurutku kau kesepian"

Andi mengangguk "Yeah. Kau benar. Aku memang kesepian"

"Kalau kau tak kesepian, kau tidak mungkin berjalan sendirian di luar sana seperti orang bodoh" celetuk Lia

Andi menegakkan duduknya. Sedikit terkejut mendengar penuturan Lia. Menggoda gadis ini sedikit saja, boleh kan?

Andi mendekatkan wajahnnya pada Lia. Menyipitkan kedua mata tajamnya. Bertingkah seolah ia sedang mengintimidasi Lia sekarang.Oh, jangan lupakan fakta bahwa ia adalah seorang poker face yang handal.Memasang ekspressi palsu adalah keahliannya.

"Kau memperhatikanku sedari tadi, hm?"tanya Andi dengan suara yang sengaja ia rendahkan. Bermaksud menggoda Lia.

Lia memundurkan wajahnya yang terlalu dekat dengan Andi. Membuang pandangannya ke arah lain. Dengan semburat merah yang menghiasi wajah, dan rasa gugup yang kentara, ia menjawab lirih. "A-aku ti-tidaksengaja…"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Coffee and CappucinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang