Black Coffee and Cappuccino

1.1K 57 1
                                    

Andi melangkahkan kaki jenjangnya. Menyusuri alanan kota Jakarta yang tak pernah tidur. Malam telah larut, tapi Andi terus berjalan. Membiarkan kaki jenjangnya membawa dirinya kemanapun mereka suka.

Udara yang semakin dingin terasa menusuk kulitnya. Andi menengadahkan kepala. Tetes demi tetes air langit membasah iwajahnya. Ah, gerimis. Pasti sebentar lagi akan turun hujan.

Mengamati sekitarnya. Mencari-cari tempat berteduh. Di sana, di ujung jalan, ada sebuah kedai kopi yang masih setia membuka pintunya. Tak ada salahnya berteduh di sana. Sembari berteduh menunggu hujan reda, ia juga bisa sekaligus menghangatkan tubuhnya yang mulai kedinginan.

Andi berlari dengan cepat. Memburu waktu dengan tetesan air langit yang mulai menggila membasahi bumi. Tepat saat Andi masuk kedalam kedai kopi itu, hujan turun dengan lebatnya.

Aroma kopi yang memikat segera masuk ke dalam indera penciuman Andi. Seolah menggoda pemuda rupawan itu agar segera mencicipinya. Mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kedai. Kedai ini begitu sederhana. Namun, suasana hangat yang ada disini begitu kental.

Tak hanya sederhana. Kedai ini juga unik. Oke,ini kedai kopi, yang dimana seharusnya terdapat ornamen atau hiasan yang berhubungan dengan kopi. Tapi, tidak dengan kedai ini. Di seluruh penjuru, di setiap sudutnya, hanya ada motif-motif panda yang menghiasi. Oh, bahkan Andi bisa melihat setiap cangkir yang ada disini bermotif panda.

"Selamat datang"

Andi menoleh. Di belakangnya berdiri seorang gadis manis. Sang pelayan kedai kopi.

Andi mengamati gadis itu dengan seksama.Menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Andi harus mengakui, gadis dihadapannya ini begitu menarik perhatiannya. Lihatlah parasnya yang manis. Bibirnya yang mirip bibir kucing yang seolah menantang untuk dicicipi. Manik hitamnya yang begitu jernih. Tubuhnya yang seksi seolah menggoda dirinya untuk segera menyentuhnya. Ah, benar-benar menggoda.

"Silahkan duduk"

Ilusi atau kenyataan? Suara itu terdengar manja. Begitu menggoda. Layaknya desah kenikmatan yang begitu memabukkan. Ah, tidak! Apa yangkau pikirkan, Andi?!

Andi menggelengkan kepalanya. Menghapus pikiran-pikiran aneh yang terlintas di kepalanya. Mendudukkan dirinya dengan cepat di salah satu kursi di dekat jendela.

"Aku pesan secangkir kopi hitam" katanya tanpa menoleh

Sang pelayan tersenyum dan mengangguk. Segera pelayan itu menuju mesin pembuat kopi. Membuat kopi hitam pesanan Andi. Tak perlu waktu lama untuk membuat secangkir kopi. Gadis itu segera mengantarkan secangkir kopi hitam pada Andi.

"Silahkan" katanya tersenyum ramah.Membalikkan tubuhnya. Berniat kembali ke belakang.

Entah dorongan dari mana, bahkan Andi pun tak menyadari apa yang ia lakukan sekarang. Menggenggam pergelangan tangan sang pelayan dengan erat. Menahannya agar tak meninggalkannya.

Sang pelayan menatap Andi tak mengerti.Memiringkan kepalanya, bingung. "Apa ada yang ingin anda pesan lagi,tuan?"

Andi mendongak menatap pelayan itu. Menatap tepat pada manik hitamnya. Mata hitam kelam yang memiliki daya tarik sendiri. Mata yang begitu indah yang mampu membuat siapapun akan jatuh dalam pesonanya. Dan harus Andi akui, ia terjatuh dalam pesona gadis ini.

"Siapa namamu?" tanya Andi

Gadis itu tersenyum sembari menjawab, "Lia"

Suara itu. Suara yang terdengar manja tanpa ada aksen menggoda di dalamnya. Mungkin memang seperti itu suara gadis ini.

"Aku Andi" kata Andi memperkenalkan diri. "Apa kau sibuk?"

Lia menggeleng sebagai jawaban. Memang kenyataannya ia tidak sibuk. Mengingat ia sudah beres-beres sedari tadi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 29, 2014 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Black Coffee and CappucinoWhere stories live. Discover now