Wawan berubah salah tingkah meski wajahnya masih seperti tengah berada persis di depan perapian. Acid dan Satrio terbahak.

"Lo harusnya makasih sama kita, Nik. Kalo nggak, sampe sekarang gak ada kemajuan."

Ayu di samping Satrio mengembuskan napas menyadari base apa yang sedang dibicarakan, "Jail banget kamu."

"Hehehe emang harus gitu, Beb. Ini tuh aku ngebantuin mereka tauuuk."

"Lo jangan gampang kemakan omongan orang kenapa sih! Pantes lo bikin kaget gue!" Vio berbalik ngomel-ngomel pada Wawan sementara yang lain menahan tawa karena secara tidak langsung pasangan itu memberitahu pada semuanya kalau hubungan mereka memang sudah 'maju' dan tidak melulu bertengkar.

"Apaan sih lo? Kok jadi ngomel ke gue??"

"Tuh liat Dek Raras, Wan, lucu bangeeet. Masa lo gak pengen punya satu?" Si kompor Acid masih belum selesai dengan agendanya.

"Heh, dikira ngurus anak segampang ngurus tamagotchinya dia!" Wawan menunjuk kalung tamagotchi Vio tanpa memandang wajah pacarnya, "kalo lo sama Rama ya iya udah siap. Kalo gue kan—"

"Berarti kalo udah siap, mau ya?" Kali ini Rama yang menggoda.

"Eaaaaa, tuh Vi, si akang mempersiapkan diri dulu."

"Ngelamar dulu ajalah, Wan, beli cincin. Ngasihnya yang bener, jangan cincin Saturnus lo kasih, kegedean anjir."

"Setaaaan!"

Rama refleks menutup kedua kuping Raras dan Acid menutup kedua sisi perut Dica.

"Eh, eh, bayangin deh Wawan punya anak. Ntar anaknya fotokopian dia." Satrio mengomando khayalan yang lain, tawanya menyembur sebelum lanjut membayangkan anak Wawan, "kalo hujan bukannya pake payung malah pake kresek di kepala HAHAHAHA."

"Terus ama bapaknya diwarisin celana legend."

"Kasian ntar orang sekompleks harus bantuin nyopotin."

"Terus pas naksir cewek gengsinya gede."

"Anjir iya banget."

"Mau bilang 'Kamu cantik' malah 'Kamu can...tengan."

"HAHAHAHAHHAHAHA."

"Bener gak, Vi? Wawan pernah gak bilang lo cantik?"

"WOY LO SEMUA B—" Wawan menggigit bibir menyadari ada bayi mungil di pangkuan Rama yang seharusnya memakai earmuffs saja supaya tidak mendengar umpatannya.

"Amit-amit, amit-amit." Vio menghela napas seraya mengelus perutnya, membuat Wawan mendelik.

"Ngapain lo ngelus perut segala??"

"Dih kenapa lo sewot???"

"Tanda-tandaaa, ada kunyit mini sebentar lagiii~" Satrio mencondongkan badannya menyebrangi meja hanya untuk toss-tossan dengan Acid.

"Yo, udahlah jangan ngeledekin mereka terus. Kasian." Kata Ayu pelan seraya menarik ujung jaket pacarnya yang biasa ia panggil Iyo.

Sejenak yang lain mengerjap-ngerjap mendengar perempuan mungil itu bersuara lembut, apalagi saat Satrio manut meski masih cengengesan.

"Nah kalian jugaaa niiih, kapaaaan?!" Wawan serasa dapat celah meledek balik Satrio.

"Kapan, Beb?" Satrio mengoper pertanyaan pada Ayumi, dengan santai ia mencomot dimsum dan mengunyahnya bulat-bulat, membuat pipinya yang sudah kembung semakin terlihat kembung.

Ayumi tidak menjawab, sebaliknya ia menatap Satrio yang cuek makan dengan tatapan ganjil.

"Iya, lo kan berisik Intro Akad mulu, Sat. Ayolah, masa intro terus dari dulu? Kapan masuk reffnya?" Timpal Jime.

Komet ReunionWhere stories live. Discover now