Fadhil sengaja melempar stressballnya yang biasanya berguna pada saat musim lembur seperti sekarang ke kepala Acid.

"Hari ini lembur lu, jangan kabur."

"Ya ampun selo, Dul." Sahut Acid, berhasil menghindar dari lemparan Fadhil. "Siapa yang mau kabur sih."

"Gak tau, biasanya ada aja alesan lo. Udah bukan penganten baru juga."

"Kayak gak paham aja Dul, ah, sekarang kan lembur gue laen."

"Alah." Fadhil sudah tahan-tahan tidak menyelengkat Acid waktu temannya itu hendak membuat kopi di pantry.

"Eh tapi kayaknya ntar sore gue izin pulang bentar—MAU NGANTER ISTRI KE DOKTER, DUUUL. NTAR BALIK LAGI, LEMBUR." Acid buru-buru menambahkan informasi melihat wajah Fadhil yang seperti sudah siap mengeluarkan energi Hulk dalam dirinya.

"Istri lo sakit?"

"Gak enak badan. Udah dari kemaren kayak demam gitu, ntar gue mau anter ke dokter."

"Oh, ya udah. Tapi awas ya lu. Kalo gak balik kantor lagi, gaji lo gue potong."

"WEY EMANGNYA LO YANG GAJI GUE?"

"Ya bisa, gue potong paksa."

"Coba aja kalo bisa. Gak takut gue, karena sebenernya rejeki itu datangnya dari Yang Maha Esa, Dul. Ya ampun, tobaaaat, Aduuuul."

Kinar menghela napas melihat sejurus kemudian, Acid dan Fadhil sudah saling lempar-lemparan pulpen. Sedikit putus asa, dia menoleh lagi pada si intern, "Mereka jangan ditiru ya."

Menjelang sore, suasana kantor mulai kurang kondusif, banyak yang sudah mulai tidak betah, mulai tidur-tidur ayam, bolak-balik toilet, dan ada juga yang seperti cacing kepanasan. Tentu saja maksudnya Acid yang sedang dalam upaya memalak telor gulung Fadhil si tukang jajan.

"Heh, tadi katanya lo mau pulang." Fadhil menyerah dan membiarkan telor gulungnya dirampok Acid.

"Eh iya, bentar lagi, nunggu Dica bales chat. Tadi kayaknya dia bilang gak jadi deh." Tepat setelah Acid mengatakannya hp di sakunya bergetar. "Nah ini dia Yts. bales." Gumamnya dengan mulut penuh telur gulung.

Beberapa detik tidak ada suara, Fadhil yang mengunyah sambil menatap layar komputer sampai mendongak menatap Acid yang mendadak berubah jadi pajangan kaku.

"Ngapa lo, Cid?" Tanya Fadhil sedikit khawatir melihat muka shock campur bodoh temannya, lengkap dengan juntaian telor gulung di sela bibir.

"Istri gue..."

"Kenapa istri lo?" Mata Fadhil refleks terarah pada hp di genggaman Acid.

Sekejap kemudian semua orang membelalak melihat Acid nyaris meloncat ke atas kursi, "ISTRI GUE, GUE HAMILIN!!!!"

"HAH???"

Detik berikutnya Acid melesat ke kubikelnya sendiri, menyambar ranselnya dan berlari ke arah pintu, "GUE IZIN BALIK DULUAN YA, GUE BAKAL JADI BAPAK!!!"

"I..iya, daaah!"

"Ati-ati, Pak.."

Bagai terhipnotis seisi divisi melongo menatap Rasyid Ananta berlari tunggang langgang pulang ke rumah, sampai atasan mereka melongokkan kepala dari ruangannya, "Lho? Rasyid pulang? Gak jadi lembur dia?"

"Dia ngehamilin, Pak.... NGEHAMILIN ISTRINYA MAKSUD SAYA." Jelas Fadhil.

Sementara itu Acid yang baru saja menggemparkan satu divisi itu sedang tancap gas setelah berkali-kali mengucek matanya menatap foto testpack yang menampakkan dua garis sebagai tanda positif yang baru saja dikirim Dica.

Komet ReunionWhere stories live. Discover now