part 5 (Good morning, Sunshine!)

Start from the beginning
                                    

Mark menghela napas berat. "Kemarin kau demam sayang, kau memintaku menginap karena tidak ingin melewatkan hari Valentine sendirian" jawab Mark. Kemudian bangkit dan memasuki kamar mandi Haechan. "Kalau masih ingin bermain drama... Nanti saja. Kita harus sekolah. Taeyong hyung sudah berteriak marah dari tadi" lanjutnya sebelum menutup pintu kamar mandi tersebut. Setelahnya hanya terdengar suara shower yang mengiringi pikiran bingung Haechan.

***

Bahkan, sesampainya di sekolah, Haechan masih merasa bingung. Apa benar, semua ini bukan mimpi? Atau, aku memang sedang amnesia? Pikirnya.

Tadi pagi, setelah Mark Lee selesai mandi, ia langsung pergi ke ruang makan tanpa sungkan sekalipun. Seandainya Mark Lee memang bukan kekasihnya, sudah pasti Taeyong hyung akan memarahi Haechan karena membawa orang asing masuk ke dalam rumah. Tapi, Mark bahkan dengan santainya sarapan bersama Taeyong hyung. Mereka bahkan terlihat sangat akrab.

Haechan dan Mark berangkat sekolah bersama pagi ini. Dan pemandangan itu sepertinya tidak asing bagi semua orang. Padahal, biasanya Haechan selalu pulang pergi sekolah sendirian. Apa memang benar semua ini bukan mimpi? Ulang Haechan.

"Haechan!!" Jaemin berteriak di pintu kelas Haechan sambil melambaikan tangan.

"Jaemin! Kemari sebentar!" mungkin Jaemin bisa sedikit membantu Haechan.

"Ada apa?" tanya Jaemin setelah berada didepan Haechan.

"Cubit aku" Haechan menyodorkan tangannya. Jaemin hanya memandang Haechan tak paham. "Ayo... Cepat cubit aku... Yang keras" Haechan menggoyangkan tangannya didepan Jaemin.

Jaemin mencubit tangan tersebut. Sangat keras.

Aww!!!

"Ini bukan mimpi?" Haechan bergumam sendiri.

Jaemin kembali memandang Haechan tak paham. "Kau kenapa sih? Masih demam?" tanyanya sambil menyentuh kening Haechan.

"Jaemin-ah... Kau sahabatku bukan?" tanya Haechan.

Jaemin mengangguk.

"Kau tidak akan pernah membohongiku kan?"

Jaemin kembali mengangguk.

"Kalau aku bertanya padamu, kau harus menjawab jujur"

"Iya, iya..." jawab Jaemin sambil sekali lagi mengangguk.

"Jaemin, siapa itu Mark Lee?" tanya Haechan penuh harap. Ia yakin, Jaemin akan jujur.

"Kekasihmu" jawab Jaemin ringan tanpa beban.

Haechan langsung menaruh kepalanya diatas meja dengan lemas. "Apa aku pernah amnesia?" tanya Haechan sekali lagi sambil memandang Jaemin melas.

"Seingatku sih, tidak" jawab Jaemin. "Memangnya kenapa sih? Daritadi kau terlihat aneh"

"Aku tidak bisa mengingat kehidupanku" Haechan berkata lirih.

"Sungguh?! Apa demam kemarin membuatmu amnesia?" tanya Jaemin heboh. Ia bahkan membolak-balik tubuh Haechan.

"Aku bahkan tidak ingat kalau aku demam" Haechan kembali berfikir.

"wah, parah sekali... Aku harus memanggil Mark hyung kalau begitu" Haechan melotot mendengar ucapan Jaemin. Ia belum siap bertemu orang yang mengaku sebagai kekasihnya itu. Well, Mark Lee itu terlalu tampan dan manis. Tadi pagi saja, Haechan hampir meleleh karena diperlakukan terlalu manis.

Saat di bus tadi, tidak ada kursi yang tersisa, terpaksa Haechan dan Mark harus berdiri. Yang membuat Haechan kembali blank adalah ketika Mark berdiri dibelakang Haechan dan menyuruh Haechan bersandar padanya. Tentu saja Haechan menolak hal tersebut. Seperti Haechan tidak bisa berdiri sendiri saja. Sayangnya, supir bus tersebut seakan tidak mendukung Haechan. Ia mengemudi dengan sangat buruk. Tiba-tiba bus berjalan cepat, dan tiba-tiba bus berhenti mendadak. Haechan berulang kali hampir jatuh andai tidak ada tangan Mark yang senantiasa memeganginya. Ya... Haechan memang lemah dengan perlakuan manis.

"Jeno! Jaga Haechan sebentar ya..." ucap Jaemin sebelum berlari meninggalkan kelas Haechan.

"Jaem!! Jaemin!!!" Haechan ingin bangkit mengejar Jaemin, tapi, Jeno lebih dulu berdiri disampingnya. Haechan hanya bisa menghembuskan napas panjang dan kembali meletakkan kepalanya diatas meja.

Tak berselang lama, Jaemin kembali dengan Mark. Mark langsung berjongkok disamping bangku Haechan.

 Mark langsung berjongkok disamping bangku Haechan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Masih sakit?" tanya Mark halus. Tangannya membelai rambut Haechan pelan. Uh, Haechan lemah. Siapapun! Tolong Haechan...

"Mau istirahat di ruang kesehatan saja?" tanya Mark sekali lagi. Kali ini pipi Haechan yang jadi objek belaian. Haechan sudah berteriak dalam hati. Seumur hidup ia tidak pernah dapat perlakuan semanis ini. Ingin protes, tapi Haechan menikmatinya.

Karena tidak ada jawaban apapun yang keluar dari mulut Haechan, Mark memutuskan bahwa Haechan memang masih sakit. Apalagi, tingkah Haechan juga aneh. Yah, biasanya Haechan selalu menempel padanya. Haechan juga suka bertingkah manja setiap disampingnya. Tapi, pagi ini, jangankan tersenyum pada Mark, Haechan hanya diam Setiap saat Seperti tidak mengenal Mark. Mark pikir Haechan hanya berpura-pura bermain drama. Tapi sepertinya demam Haechan memang sedikit parah. Kemungkinan besar Haechan mendiami Mark karena itu.

Haechan masih dalam keadaan blank, saat merasa tubuhnya terangkat dari tempat duduknya. Haechan lagi-lagi hanya bisa memelototkan matanya. Mark menggendongnya keluar kelas. "Lepaskan aku... Turunkan..." Haechan meronta dalam gendongan ala koala Mark. "Aku bisa berjalan sendiri..."

"Kau masih sakit, kita harus ke ruang kesehatan" ujar Mark tanpa menoleh.

"Aku tidak sakit!!" Haechan membentak. Mark masih senantiasa diam. Haechan menoleh kearah kanan kiri, beberapa murid memandang kearahnya iri. Bukan tatapan iri yang buruk, lebih seperti tatapan ingin berada di posisi Haechan.

"Aku malu..." cicit Haechan.

Mark menarik kepala Haechan untuk tenggelam di pundaknya tanpa banyak bicara.

Tbc

Udah ah... Segini aja. Masih belom tau kelanjutannya.

Valentine day [✅]Where stories live. Discover now