Gratitude

205 19 89
                                    

??? Pov

Ketika aku masih muda, semua orang selalu berkata hal yang sama. "Berterima kasihlah ketika semua orang berbuat baik padamu." Jadi... aku menuruti mereka, dan selalu mengucapkan terima kasih. Karena tindakanku, semua orang membenciku. Anehnya... aku tidak bisa membenci mereka, dan aku tetap berterima kasih.

Itu semua tetap terjadi, sampai aku bertemu denganmu. Aku ingat dengan sangat jelas, waktu itu aku menemukanmu sedang duduk ditengah hutan. Kau adalah orang yang aneh, disaat pertama kali kita bertemu kau tidak mempedulikanku dan membaca bukumu keras-keras. Jujur saja... aku agak ketakutan ketika kau melakukan hal tersebut. Namun, lama-lama aku terbiasa, dan menganggap itu agak konyol. Jadi, aku tidak bisa menahan tawaku. Ketika aku tertawa kau pun tersenyum padaku, dan menutup bukumu.

"Terima kasih telah mengucapkan terima kasih pada semua orang, dan tidak membenci mereka setelah mereka membencimu." Aku menatapmu dengan heran, aku tidak terlalu mengerti apa yang terjadi. "Bisakah kau menjawab pertanyaanku? Kenapa kau tidak membenci orang yang membencimu?"

"Aku sendiri tidak tahu," balasku. Kau pun menatapku dengan heran, dan tertawa pelan. "Kayaknya aku tahu mengapa kau diberi nama ******* deh." Aku menatapmu dengan penuh harap, dan kau tidak menjawabku. "Temui aku besok disini, akan kuberi tahu alasannya." Aku hanya mengangguk, dan berterima kasih padamu. "Selamat tinggal," kataku sambil berjalan pergi. Kau hanya melambaikan tangannya, dan kembali membaca bukumu.

Jika dipikir... siapa roh itu? pikirku saat mengingatmu. Aku belum sempat meminta namamu, ketika aku ingin melakukannya kau sudah menghilang. Siapa sebenarnya dirimu? Aku pun kembali, dan melihat banyak orang tersenyum khawatir padaku. Walaupun aku tahu semua itu palsu, aku senang ada yang khawatir padaku.

Aku pun pergi kesebuah markas rahasia, dan menemukan seseorang sementara duduk. "******, darimana aja dirimu?" tanya orang itu dengan nada khawatir. Walaupun nada khawatirnya terdengar meyakinkan, sebenarnya dia gak khawatir sama sekali.

"Aku pergi jalan-jalan, makasih dah nanyain." Orang itu menatapku dengan hangat, tapi aku tahu apa yang dia pikirkan. Bagaimana pun... dia adalah orang yang selalu menyebar gosip pada orang lain. "Ya udah... aku akan mengurus beberapa hal, jadi beberapa hari ini kau akan sendiri."

"Baiklah," balasku. Dia kemudian mengusap kepalaku, aku tidak bisa membantu kecuali senang. Walaupun dia sebenarnya membenciku, aku senang dia bisa menjadi sahabatku. Tidak peduli jika dia sering gosip mengenaiku, aku senang bisa mendapatkan seorang sahabat. Akhirnya dia pun pergi, dan aku ditinggal sendiri. Tinggal sendiri itu gak enak, aku gak tahu pengen ngapain.

"Apa kau tidak kesepian?" tanya sebuah suara. Aku pun berbalik, dan menemukanmu berdiri tidak jauh dariku. "Tidak kok, makasih dah bertanya."

"Apa kau tidak lelah mengucapkan terima kasih dan berbuat baik?"

"Tidak sama sekali, tapi agak aneh.... Seharusnya aku ini kejam, sama seperti yang lainnya.... Mungkin karena itulah... sudahlah.... Oh iya, siapa namamu? Maaf ya... aku lupa tanya tadi," kataku sambil berjalan kearahmu. Kau kemudian membisikan namamu padaku, "Itu adalah nama yang indah."

"Masa sih? Aku rasa sih tidak," balasmu. Aku kemudian berjalan kearahmu dan memegang tanganmu, aku menatap matamu dengan penuh harapan. "Nama itu sangat indah, semua orang pasti iri ketika mendengar namamu," kataku. Jujur saja... aku gak tahu mengapa aku berkata demikian, aku hanya pengen kau bahagia.

"Terima kasih, namamu juga bagus kok." Aku pun terdiam sementara, barulah senyumanku muncul kembali. "Terima kasih banyak pujiannya,"

"Kau terlalu baik... itulah mengapa yang lain membencimu.... Bukankah begitu Rabid?" Aku hanya menatapmu, dan tersenyum. "Sepertinya kau benar, aku tidak mengerti bagaimana caranya supaya aku bisa jadi roh dosa sama dengan yang lain."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GratitudeWhere stories live. Discover now