MY LOVE IN AIR

89 1 3
                                    

BAB 1

( HUJAN DI SORE HARI )

sejenak sore ini kamu telah melukai hatiku

mengubah pendirianku

untuk tidak mempercayaimu

kamu, biarkanlah detik ini juga

aku bernafas tanpamu

# myloveinair

Jam 16.00 WIB

Tidak seperti biasanya, langit sore hari ini serasa mendung tak bersahabat.

Sendiri menyepi di bawah riuhnya hujan yang cukup deras, disertai pula dengan derunya angin sore yang kian berhembus kencang, membuat tubuhku terasa kaku kedinginan.

Aku hanya mampu duduk terdiam, memandangi jalanan raya yang tertutup genangan hujan.

Sembari menyelimuti seluruh tubuhku dengan mantel hijau tosca kesayanganku, tetap saja, dinginnya hujan semakin terasa menembus kulit ariku.

Tatkala, kerumunan orang disana, juga sama seperti halnya denganku yang duduk sendiri diam termenung .

" Kapankah hujan akan reda? ".

Suasana sore ini, sangatlah membuatku bosan.

Ditambah lagi, dengan biasan kilatan petir yang terus saja berkelana di langit hitam dengan lepas dan terlihat sangat menakutkan.

Dibalik kacamataku yang bulat melingkar di kedua mataku, aku melirik kerumunan anak SMA yang juga menunggu di Halte Bus yang sama denganku.

Ketika sejenak memandang kearah mereka, menyelinap tiba – tiba di anganku, akan untaian kenangan indah disaat untuk pertamakalinya aku bertemu dengan Nizar kekasihku, tepat di halte bus ini, sewaktu hujan di sore hari.

Pertemuan yang diawali dari adanya dua pasang mata yang saling beradu pandang.

Berusaha menyapa, namun diam dibalik senyuman tipis yang acuh tanpa basa – basi.

Masih melekat jelas dalam ingatanku, dimana sewaktu itu, dia hanya duduk disebelah kanan pundakku, sembari dengan tenang membaca buku anime jepang klasik kuno terbitan tahun 2010.

# FLASHBACK

Aku meliriknya, dan secara diam – diam berusaha melihatnya. Namun, tetap saja bibirku kaku tidak mampu mengucapkan sepatah kata apapun.

Hatiku semakin gusar, ditambah lagi hawa udara hujan yang dingin menderu.

Bingung, bagaimana caraku untuk pulang kerumah.

Ponsel samsung lipat merah yang kuselipkan di dalam saku celana jenasku, terus saja bergetar menyuruhku untuk segera mengangkat telpon dari mama yang pastinya sangat khawatir dengan diriku yang tak kunjung pulang kerumah.

Aku mengerti, bagi masyarakat yang bertradisi jawa kraton kental sepertiku, memang sangatlah pantang bagi seorang gadis berada diluar rumah dalam keadaan hujan badai seperti ini.

Tidak ada pilihan, sepertinya aku harus benar – benar nekat untuk pulang berhujan – hujan kerumah.

Walaupun disisi kananku ada pria tampan yang membawa payung berwarna hijau tua, tidak mungkin bagi diriku untuk meminjam darinya.

Ditambah lagi, dia hanya diam tak acuh kepadaku, dan sama sekali tidak menunjukkan rasa empati apapun.

Dengan nada pelan dan ramah, aku mencoba terus menyapanya, namun, tetap saja dia hanya diam tanpa suara dan terus saja sibuk dengan buku anime klasik yang dibacanya.

My Love in AirWhere stories live. Discover now