PROLOG

28 2 0
                                    

Jika dia menatap cermin, pantulan yang tertangkap mata adalah sesuatu yang sungguh nikmat untuk dipandang. Sepasang mata cokelat muda tercover softlense biru yang ditudung bulu mata lentik. Garis alis yang begitu tegas tanpa perlu dipoles atau dirapikan. Sebuah hidung yang berhasil membuat orang lain terobsesi untuk memilikinya. Bibir montok berwarna pink  yang akan menarik fantasi-fantasi lawan jenis untuk mengira-ngira rasanya ketika dilumat. Ditambah mahkota cokelat terang beraroma herbal nan lembut yang tiap helainya terjun memanjang dengan lekuk sempurna di ujung.

Di samping cerminnya, terdapat sebuah lemari penghargaan. Komposisinya adalah piala, medali, plakat, selempang, dan foto-foto ketika dia menerima semua barang itu. Tiap lapisan lemari merepresentasikan kasta penghargaannya. Juara satu dan kategori-kategori terbaik lainnya akan menduduki lapisan paling atas. Seluruh penghargaan diatasnamakan Amora Haviza.

V, dia memilih huruf itu untuk mewakili nama panjangnya. Semua orang memanggilnya begitu, kecuali satu. Semua orang bilang dia cantik, kecuali satu. Kesepakatan tak tertulis mengenai gadis nyaris sempurna diiyakan oleh semua orang, kecuali satu.

Brandon Chio. Bee, panggilan sayang V untuk pria itu.

"Mi Amor," ungkapnya lembut di telinga V, hingga muncul jentik-jentik sengatan  menggelayut bersama aliran darahnya. "Te amo." Sebuah senyum tak mampu dibendungnya, meluncur begitu saja dengan tulus.

Setiap kali Bee melakukan itu, V hanya bisa menjawab dengan sebuah kejujuran.

" I love you more than anything in my live."

Rangsang  sentuhan dari ujung jari Bee yang merambat di sela helai-helai rambutnya adalah ritual yang selalu V nantikan. Belum lagi prosesi tatap mata dalam diam, genggaman tangan, dekapan hangat, serta rangkaian cerita yang mereka untai sejak insiden itu terjadi.

Sudah setahun ini V kehilangan semua itu dan dia berusaha mendapatkannya kembali.

Dimana Bee, dia tak tau. Kepada siapa dia bertanya, dia pun tak tau. Waktunya hanya tujuh hari, karena setelah itu dia harus kembali ke tanah rantau.

"Where's my mind?" Sebuah pertanyaan yang menemaninya selama tujuh hari pencarian.

V berdiri di sebuah persimpangan. Yang satu akan membawanya lebih jauh tanpa kepastian yang jelas, satunya membawa dia kembali dengan sebuah kepastian, pasti gagal. Hendak berhenti, kepalang tanggung. Ingin dilanjut, tak ada petunjuk. V diam sejenak untuk mengambil keputusan.

Where's My MindWhere stories live. Discover now