Bagian 1

43.4K 3.7K 1.1K
                                    

Refresh timeline, scroll up-scroll down, like, retweet, reply, dan terus terulang lagi selama dua jam lurus. Renjun kira masa bebas-nya selama empat bulan ini membuat hidupnya lebih baik. Namun, daripada membuat hidupnya lebih baik, liburan ini malah berjalan membosankan dan hanya membuat berat badan naik secara drastis. Ia jadi merindukan masa sibuknya di bulan-bulan kemarin: belajar pontang-panting, bulak-balik ikut ujian, daftar sana-sini, dan akhirnya diterima di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Setelah ia pikir, lebih enak menjadi orang sibuk daripada bosan di rumah yang hanya berujung  guling-guling macam ulat keket. Meskipun sudah mencari kesibukan seperti membersihkan rumah, membersihkan gudang, menjadi supir pribadi Bundanya, juga antar-jemput anak tetangga, ujung-ujungnya bosan tetap melanda. Ia sudah mencoba bekerja sambilan di salah satu café dekat rumahnya, namun baru seminggu berjalan ia sudah bosan karena kerjaannya hanya itu-itu saja, tidak menantang dan bukan dirinya sekali. Jadi semuanya serba salah. Heran.

Renjun meletakkan ponsel di atas nakas bersamaan bangkitnya dari tempat tidur. Kepalanya terasa pening karena terus menerus bermain benda tersebut sambil berbaring. Ia melirik nakas dan menghembuskan napas setelahnya. Sudah jam 10 dan ia belum mandi sama sekali. Pasti sebentar lagi pintu kamar akan didobrak oleh Bundanya yang menyuruhnya untuk mandi.

"Meskipun libur, tapi mandi tetap harus," ujar Bundanya waktu itu yang memang benci dengan orang pemalas, apalagi malas mandi. Mau tidak mau Renjun harus patuh meskipun rasanya ingin melanggar dengan mandi hanya sehari sekali atau sama sekali tidak mandi. Lagipula, ia 'kan cuma di rumah dan tidak ke mana-mana lagi semenjak diterima di Universitas. Teman-teman semasa Sekolah Menengah Atas-nya juga sudah terlihat sombong dengan tidak pernah menyapanya lagi. Tapi, Renjun tidak perduli. Toh, nanti di perkuliahan ia akan menemukan teman baru meskipun terasa pasti lebih sulit.

Renjun selesai mandi pada menit tigapuluh. Kenapa lama? karena ia suka mengadakan konser mendadak di kamar mandi, melamun atas hal yang tak penting, dan sisanya benar-benar mandi dalam artian sebenarnya.

Tangannya membuka lemari pakaian dengan raut bosan. Pilihannya jatuh pada kaos berwarna kuning polos (yang warnanya sudah memudar) dan celana boxer bergambar spiderman. Renjun tertawa sendiri melihat dirinya sekarang. Penampilannya sekarang sudah benar-benar menyedihkan dan nampak seperti orang yang tidak punya semangat hidup. Dan, memang benar adanya. Wajah lemas, rambut mencuat sana-sini, baju berwarna pudar ditambah boxer, lengkap sudah untuk dikasihani. Karena tujuannya hanya pada tempat tidur, dan terus pada benda empuk itu.

Renjun membanting diri ke tempat tidur kemudian mengambil ponselnya lagi. Tidak jauh dan tidak bukan, ia membuka aplikasi twitter yang sudah seperti temannya sendiri. Jika kalian kira kalau Renjun mempunyai banyak teman di sana, jawabannya adalah salah besar. Boro-boro teman, follow orang saja rasanya malas. Ia juga hanya me-reply menfess-menfess atau akun idola-nya.

Sampai tangannya berhenti pada salah satu menfess yang berisi quote dari akun bernama @JeYohana yang membuka pendaftaran menjadi volunteer atau bisa disebut relawan. Tanpa basa-basi ia membuka tweet tersebut dan membaca keseluruhan dari utasan yang ada. Di utasan terakhir ada link untuk pendaftaran dan Renjun menatapnya lamat-lamat. Ada rasa ingin mendaftar namun rasa ragupun juga ada. Meskipun ia orangnya social butterfly dan mudah akrab dengan orang baru, Renjun tetap merasa takut karena pasti para volunteer ini dari berbagai usia. Tapi, kegiatan ini bisa membunuh bosannya juga hitung-hitung dapat menambah amal.

Dan, untuk meyakinkan hatinya, Renjun segera keluar kamar dan menghampiri sang Bunda yang tengah menonton sinetron siang hari. Kebiasaannya kalau tengah bingung, pasti ia akan lari ke Bunda-nya untuk meminta saran.

Fajar & SenjaWhere stories live. Discover now