i. when we met

Depuis le début
                                    

Sebait senyum terukir singkat di wajah Hyeongjun. Remaja itu lantas menggenggam tangan Minhee, saling mengaitkan jemari keduanya. "Janji akan segera mengatakannya kepadaku jika nanti ada yang menyakitimu?"

Minhee terkekeh renyah mendengar kalimat Hyeongjun. "Tidak akan ada yang menyakitiku, aku bisa melindungi diriku sendiri, oke? Selain itu, aku bahkan tak yakin kau dapat melindungiku."

"Kang Minhee!"

.

.

.

"Dia tidak bisa melihat?"

"Buta?"

"Astaga, aku tidak ingin sekelas dengannya. Pasti menyusahkan."

"Guru-guru pasti akan pilih kasih."

Minhee berdesis ringan kala suasana ramai di sekolah membuat telinganya berdenging. Berbagai macam jenis suara saling bercampur hingga ia tak dapat mendengar sang ketua osis yang tengah memberikan arahan di aula. Kehilangan salah satu indranya justru membuat indra-indra lainnya menjadi jauh lebih peka dibandingkan orang pada umumnya–hal tersebut yang menjadikan Minhee dapat mendengar sejumlah bisikan-bisikan yang dipaparkan oleh orang lain mengenai dirinya. Sedikit bercampur dengan suara lainnya yang tak terkontrol.

Hyeongjun di sebelahnya hanya dapat mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Minhee. "Kau bisa mendengar suara Minkyu sunbae?"

Minhee tersenyum singkat, mengusap punggung tangan Hyeongjun untuk menenangkan sahabatnya tersebut. "Terdengar kok, hanya sedikit berisik tapi aku masih bisa menangkap suaranya. Tidak perlu khawatir, kau perhatikan saja agar tidak tertinggal informasi."

"Bukan, maksudku–"

"Tidak ada suara aneh-aneh, oke? Tidak ada yang berbicara jahat di sini, mereka semua memperhatikan Minkyu sunbae dengan baik."

Pandangan Hyeongjun mengedar, memandang lautan siswa yang kini berada di aula. Memperhatikan sang ketua osis dengan baik, lelucon macam apa yang dilontarkan oleh Kang Minhee kala apa yang Hyeongjun tangkap tak lain adalah suasana setengah ricuh dari murid-murid yang sibuk berbicara sendiri. Mengabaikan sejumlah anggota osis yang tengah memberikan arahan bagi siswa baru. Bahkan beberapa kali dirinya menyadari bahwa Minhee menjadi pusat perhatian dari sejumlah murid.

Penampilannya tak mencolok; Minhee terlihat seperti murid pada umumnya. Surai hitam jelaganya tersisir rapih, seragamnya terpasang dengan baik. Mungkin, kedua kelopak matanya yang secara stagnan tertutup dan tongkat yang berada di genggamannya menjadi alasan mengapa hampir seluruh pasang mata terarah padanya. Hyeongjun memincing singkat; apa hampir seluruh dari mereka tidak pernah melihat orang dengan disabilitas sehingga Kang Minhee kini terasa seperti lelucon dan hal baru bagi mereka?

"Hyeongjun kau berkeringat."

Bola mata Hyeongjun melebar selama beberapa sekon, tersadar dari kontemplasinya kala suara berat Minhee datang memecah. Tangan remaja Kang tersebut bergeliat sedikit di genggamannya, merasakan telapak tangan Hyeongjun yang basah akibat keringat.

"Sepertinya aku gugup. Sebentar, tanganku semakin basah, aku harus–" di tengah kalimatnya, Hyeongjun mencoba untuk melepaskan genggamannya dari tangan Minhee. Sahabatnya pasti merasa tidak nyaman dengan tangannya yang basah penuh keringat. Namun pada faktanya, kala Hyeongjun mencoba menarik tangannya, Minhee justru menggenggam tangan Hyeongjun semakin erat. Nampak paham dengan apa yang terlintas di kepala Hyeongjun.

"Tidak apa-apa, berpegangan terus saja, aku juga sedikit gugup."

Kalimat Minhee lantas membuat Hyeongjun mengalihkan wajahnya. Sepasang bola matanya sedikit berkaca-kaca–rasanya hanya ingin menangis. Begitulah sosok Kang Minhee yang ia kenal sejak keduanya masih terduduk di bangku taman kanak-kanak. Tidak ada yang berubah dari sosok pemuda tersebut, tidak sepersen pun. Ia tetap Kang Minhee yang sama–Kang Minhee dengan senyuman seterang nirmananya, Kang Minhee dengan pola pikir positifnya, serta Kang Minhee dengan nurani tanpa nodanya. Oleh karena itu Hyeongjun bersumpah, jauh di dalam lubuknya, bahwa ia akan mengutuk siapapun yang berani menyakiti Kang Minhee barang seinchi. Apa pun itu, ia tak akan membiarkan sahabatnya menghabiskan masa SMA-nya dengan tangis serta perasaan menyesal.

Vous avez atteint le dernier des chapitres publiés.

⏰ Dernière mise à jour : Jun 19, 2019 ⏰

Ajoutez cette histoire à votre Bibliothèque pour être informé des nouveaux chapitres !

Antares | hwangminiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant