Marah

510 35 6
                                    

🕊Jangan mau jatuh ke lubang yang sama kalau tidak ingin terulang kembali. Be smart, yang bodoh bukan dia tapi kita! Yang kenapa ingin mengulang kesalahan yang sama dengan datang untuk kedua kali🕊

...

Allura sudah rapih dengan gamis dan pashmina yang sangat cantik melekat di wajahnya yang manis dan terkesan polos itu dengan kedua tangan berkutat memakaikan baju kepada sang anak sambung yang sudah mulai menyayanginya bahkan sangat lengket hingga enggan melepaskan pelukan kepada dirinya yang hendak berangkat ke kampus.

"Makan dulu yuk."

Semesta mengangguk namun masih memeluk pinggang mungil Allura membuat perempuan itu terkekeh dan tersenyum karena imutnya anak sambungnya ini, kedua tangannya melepas pelan kedua tangan mungil yang melingkar di pinggangnya lalu menangkup kedua pipi gembil halus Semesta.

"Buna izin kuliah habis suapin Semesta ya."

"Ndak au, Buna halus di lumah ndak buleh temana-mana. Cama Cemesta ajha."

Allura tersenyum seraya mengecup kedua kelopak mata yang berair itu hingga kristal bening itu jatuh, "cup-cup, Buna nggak lama ko. Buna janji kalau Buna udah pulang kita jalan-jalan ke komplek sekitar rumah. Semesta mau?" dengan senyuman lebar balita berusia 3 tahun itu mengangguk dengan antusias membuat Allura tersenyum.

"Bi Rara ya?"

Panggil Allura di iringi senyuman khasnya yang sangat manis saat melihat perempuan paruh baya yang terus memperhatikan mereka berdua dengan ulasan senyuman yang sulit di artikan.

"Iya Non."

"Panggil Aura aja Bi."

"Nggak enak saya sama Tuan."

"Nggak papa, santai sama Aura Bi."

"Baik, Aura."

"Bi, boleh ambilkan makanan yang Aura udah buatkan di dapur untuk bertiga."

"Satu lagi buat Tuan?"

"Iya."

"Tuan nggak biasa makan nasi pagi-pagi Aura."

"Kenapa?"

"Udah biasa."

"Nggak papa, nanti Aura bujuk, jangan lupa Bi. Pakaian biar Aura yang nyuci. Bibi fokus bersih-bersih rumah saja."

"Saya kerja kan untuk di gaji."

"Tapi Aura sudah menjadi istri, sudah kewajiban istri melayani suami dengan baik contohnya memasak, menyuci pakaiannya, mengurus rumah, anak dan lain-lain. Bibi tidak akan makan gaji buta, Aura akan menggunakan jasa Bibir kalau Aura sedang lembur dan tidak bisa mengurus semuanya sendiri. Deal Bi?"

"Deal, Tuan Saska beruntung bisa dapatkan Aura, seperti Non Laras juga. Namun sayang No Laras sudah di panggil duluan sama Allah."

"Setelah melahirkan Semesta Bi?"

"Iya," tanpa sadar laki-laki berpakaian formal namun sedikit casual seperti biasa dengan wajah datarnya tengah berada tidak jauh dari mereka memperhatikan mereka berdua yang sedang berbincang dengan seorang anak laki laki yang masih setia memeluk pinggang kecil Allura.

Saskara berdehem membuat mereka semua bertiga terlonjak kaget sedikit, Bi Rara dengan otomatis langsung menyiapkan makanan yang sudah di siapkan Allura sedangkan perempuan itu memasang wajah datarnya karena masih marah mengingat kejadian semalam seraya menggendong sang anak untuk duduk di kursi makan.

"udah ghibahnya, mana makanan saya."

Allura memutar bola matanya lantas langsung menatap sang anak sambungnya yang masih menatapnya, "lagi di ambil Bi Rara."

20.42 (On Going)On viuen les histories. Descobreix ara