Dark Shadow Chapter 2

59 1 0
                                    

Chapter 2...

Di dalam ruangan Pak Alvian

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara ketukan pintu di ruangan Pak Alvian, seraya Pak Alvian yang mendengarnya pun segera berkata...

"Silahkan masuk!", perintahnya yang sedang asyik berkutat dengan laptopnya.

Perlahan pintu pun mulai terbuka, setelah pintu tersebut sudah sepenuhnya terbuka, baru lah terlihat jelas siapa yang mengetuk pintu tersebut, Riancia, yah dia yang mengetuknya. Terpampang jelas raut wajah yang sangat kesal saat ia memandang guru yang berada di sebarang ruangan.

Melihat yang datang adalah salah satu murid yang sudah membuat masalah di hari pertama ia kerja, ia pun segera mengalihkan pandangannya dari layar laptop ke arah muridnya tersebut, dan ekhem, ia tampak memperhatikan muridnya tersebut dengan amat detail.

"Akhirnya kamu datang juga!", seru sang guru sambil menopang dagu, dan terlihat ada nada menyindir di nada bicaranya.

"Yah, seperti yang anda lihat sendiri. Dan oh, saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni anda, jadi cepat katakan apa yang anda ingin bicarakan dengan saya!", terdengar jelas bahwa ia sangat meremehkan guru nya tersebut dari nada bicaranya. Ia pun segera menarik kursi yang berada di sebrang meja sang guru untuk duduk, padahal ia sendiri belum di persilahkan untuk duduk.

"Ekhem, siapa yang menyuruh kamu untuk duduk di kursu itu?", tanya sang guru sinis sambil melirik kursi yang berda di depannya.

"Enggak ada", jawab Riancia santai tanpa memperdulikan kekesalan sang guru.

"Lalu?", tanya sang guru lagi tanpa mau mengalah.

"Yaelah, suka-suka gue donk! Lo tuh Cuma guru baru di sini, terserah gue mau duduk di mana, lagian juga gak ada Undang-Undang yang ngelarang gue duduk di kursi ini kok!", lawan Riancia dengan menatap lekat guru nya itu agar sang guru dapat melihat kobaran api di matanya.

"Uhm, dan sekarang kamu merubah cara bicara mu?", tanya yang lebih tepat disebut pernyataan sih dibanding dengan pertanyaan.

"Suka-suka gue donk! Mulut mulut gue kok, kenapa jadi lo yan sewot!", kekeslan mulai memuncak di raut wajahnya.

"Tapi kamu memakai bahasa yang kurang sopan terhadap orang yang lebih tua dari mu!", sang guru mulai memberi peringatan.

"Tua yah? Bererti lo nyadar kalo lo itu tua!", lawnannya dengan senyuman sinis yang mematikan. "Lagian umur lo cuma lebih tua 5 taun dari gue kok, dan kayaknya gak enak ajah didenger di kupinh gue kalau gue harus pake bahasa yang TERLALU SOPAN sama lo!", ajeknya lagi dengan penuh penekanan di dua kata terakhir. "Jadi apaan yang mau lo omongin? Lama banget si! Udag ah mending gue pulang!", protes nya yang mulai bangkit dari duduk nya. Tapi tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang mencengkram pergelangan tangannya.

"Tungu...!", perintah sang guru dengan tanpa ekspresi di wajahnya, yang uhm bisa dibilang tampan itu.

"Eh, gak usah pegang pegang gue yah! Sekarang lepas!", Riancia balik memerintah. Dan dengan perlahan sang guru mulai melepas genggamannya di pergelangan tangan Riancia.

"Sekarang duduk lah!", perintah sang guru sambil melirik kursi yang tadi diduduki olah Riancia.

"Hn", hanya itu respon dari Riancia. Dengan ragu-ragu ia mulai duduk kembali.

"Jadi saya memanggil kamu kesini untuk memberi mu hukuman atas ketidak sopannan mu tadi siang!", sang guru mulai menuju topik pembicaraan yang sebenarnya.

"Woles ajah kali, gak usah pake bahasa yang terlalu baku sama gue, Cuma bikin telinga gue sakit ajah!", protes Riancia, yang sudah tida terdengar lagi nada kekesalan di nada bicaranya. "Jadi apa hukuman buat gue?", tanya nya.

Dark ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang