06¤ Mantan? Tenggelamkan!!!

Magsimula sa umpisa
                                    

Berdasarkan informasi dari Amour, Hafida menghubungi keluarga pasien mengenai administrasi yang harus dilunasi oleh keluarga pasien.

Tuhan tidak pernah tidur.

Hafida memang sedikit demi sedikit menata kembali kehidupannya. Pengalamannya yang mungkin tidak bisa teraba oleh ingatannya membuatnya kembali merasakan bahwa sesungguhnya otak bawah sadarnya menuntunnya untuk melakukan sesuatu yang sering dia lakukan sebelumnya.

Seperti pagi ini, selepas menghubungi keluarga pasien. Hafida diminta untuk mengerjakan laporan rugi laba apotek yang dikelola rumah sakit. Itu karenanya yang membuat alasan mengapa dia bolak-balik membutuhkan beberapa lampiran nota dan kas kecil harian untuk menunjang laporannya.

Hanya saja peristiwa yang terjadi di koridor rumah sakit itu yang membuat hatinya ngilu.

Dia dipertemukan kembali dengan Yudha Panji Asmoro.

Awalnya Hafid tidak mengetahui keberadaannya namun setelah ada seorang wanita yang tiba-tiba pingsan saat mengantri pembelian obat. Mau tidak mau akhirnya Hafida berusaha untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"IGD saja lebih aman, sepertinya ini pendarahan," kata seorang ibu yang berada di dekat wanita yang sedang pingsan.

Hafida hanya melongo saat tahu siapa wanita yang pingsan dan lelaki yang berada di dekatnya.

"Pendarahan?" Hafida mencoba menghubungkan suatu teori dengan fakta yang ada di depannya.

Peristiwa itu berlangsung sangat singkat. Hingga tidak sampai lima menit wanita yang pingsan di sebelah Yudha itu kini telah dipindahkan ke IGD.

Rasanya Hafida ingin sekali tidak mempedulikan apa yang dia lihat, namun hati kecilnya menuntun untuk mengetahui lebih lanjut. Ingatannya kembali pada peristiwa akhir pekan beberapa minggu yang lalu.

Yudha Panji Asmoro, yang kata orang adalah mantan suaminya.

"Buat apa kamu disini? Jangan ingin tahu sesuatu yang sudah seharusnya kamu lupakan." Suara tenor itu terdengar tepat dibelakang Hafida berdiri saat ini.

Apakah dia melupakannya, bahwa Hafida yang sekarang sedang terkena amnesia sehingga beberapa potongan dari kehidupannya terlepas tidak bisa diingatnya. Jika mungkin orang lain berusaha untuk melupakannya, maka sebaliknya Hafida dia kepo ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi. Apakah itu ada hubungannya dengan kejadian masa lalunya atau tidak.

"Eh Dokter, itu saya lihat orang yang kita temui di jejamuran dulu sedang pingsan di depan apotek saya saya meminta beberapa laporan kas kecil harian untuk pembuatan neraca rugi laba, katanya pendarahan dan dimasukkan di IGD." Jawab Hafida.

"Iya terus apa hubungannya denganmu?" tanya Amour kemudian.

"Ya sebenarnya tidak berhubungan sama sekali hanya saja___kata orang kan mas Yudha itu adalah____" kata Hafidah belum sampai terselesaikan mereka mencuri dengar pembicaraan segerombolan orang.

"Mungkin itu karma buat kamu Yud, dulu kamu menyia-nyikan Hafida. Sekarang terima akibatnya. Lantas apa yang bisa kamu banggakan lagi dari dia?"

"Kanjeng ibu sampun, Dik Yudha mesti teksih belo sungkowo kepireng kabar punika," kata Yoga menenangkan ibunya. -- ibu sudah, Yudha pasti masih berbela sungkawa mendengar berita ini --

"Aku wes ra peduli. Keliwatan anggenmu nglarani Hafida Yud. Pantes yen Gusti murbeng dumadi duko ro kowe." Kata Menik kepada anak bungsunya. -- aku sudah tidak peduli. Kelewatan kamu menyakiti Hafida. Suatu hal yang lumrah jika Tuhan murka kepadamu --

"Yoga, yen atimu isih tresno marang ibu. Slametno ponakanmu. Rahayu wes ra bakalan biso nguweki kowe keturunan. Saiki, dokter kondo yen kandungane Alfrinda kemungkinan gedhe kudu diangkat. Gelem ra gelem, lilo ora lilo Rahayu kudu ikhlas yen mbok wayuh ro Hafida. Bayi sing diandut Hafida kui siji sijine keturunan trah Danudirdjo." Kata Menik kepada Yoga -- Yoga, jika kamu masih menyayangi ibu, selamatkan keponakanmu. Rahayu sudah tidak bisa memberimu keturunan. Sekarang dokter mengatakan jika kandungan Alfrinda kemungkinan besar harus diangkat. Mau tidak mau, ikhlas atau pun tidak, Rahayu harus bersedia untuk kamu madu. Bayi yang berada di kandungan Hafida itu adalah satu satunya penerus trah Danudirdjo --

Bukan hanya Yoga dan Yudha yang tersentak dengan perintah sang ibu tetapi juga Hafida dan juga Amour yang mencuri dengar percakapan tersebut.

Menik memang sangat mencintai Hafida. Tapi dengan memerintahkan Yoga mantan kakak ipar Hafida untuk menikahinya dan menjadi madu untuk Rahayu hanya karena menyelamatkan keturunan Danudirdjo, Hafida tidak akan pernah menyetujuinya.

Mata Hafida bertemu pandang dengan Amour kemudian berusaha untuk meminta pertimbangannya.

Amour tersenyum penuh kemenangan melihat Hafida mulai bingung dengan berbagai pilihan.

"Tidak ada pilihan untukmu Hafid. Menerima komitmen yang aku tawarkan kemarin atau kamu akan dikejar-kejar mereka seumur hidupmu." Kata Amour kemudian meninggalkan Hafida seorang diri.

Menyadari jika dia telah ditinggalkan oleh Amour, Hafida segera beranjak untuk mengejar Amour.

"Dokter Amour tunggu, saya ingin bicara." Namun Amour tetap berjalan tanpa mempedulikan panggilan Hafida. Berkali-kali Hafida memanggil namanya sampai akhirnya panggilan itu berubah dan dia segera berhenti membalikkan tubuh tiba-tiba.

"Mas Amour tunggu, aku menerima tawaran komitmen denganmu."

Brughh, tubuh Hafida menabrak badan tegap Amour yang tiba-tiba berbalik.

"Astaghfirullah," lirih Hafida memegang dadanya, mengembalikan ritme nafasnya yang mengencang setelah dia setengah berlari mengejar langkah panjang Amour.

"Ulangi kata katamu Hafid." Kata Amour saking bahagianya dia lupa memegang kedua lengan Hafida untuk memastikan pendengarannya

"Lepaskan dulu tanganmu di lenganku!" perintah Hafida. "Aku menerima tawaran komitmenmu Mas. Aku ingin kita yang membesarkan anak yang kini aku kandung bukan mereka. Aku tidak ingin kembali ke rumah mereka. Meski aku tidak ingat apa yang dulu mantan suamiku lakukan kepadaku namun hati kecilku berkata bahwa aku tidak menginginkannya." Ucap Hafida yang akhirnya membuat Amour berlutut di depannya.

"Setelah kamu selesai nifas, aku akan menghalalkanmu segera." Ajakan atau sebuah perintah. Yang jelas kata-kata yang keluar dari bibir Amour bukan hanya isapan jempol belaka.

Mantan itu tidak perlu di ingat, tidak perlu diperhatikan namun cukup ditenggelamkan !!!

Bibir Hafida bergerak tertarik keatas. Melihat kesungguhan dari manik mata Amour. 'Tuhan semoga ini memang jalan terbaik yang Engkau berikan'.

🍃 ___ 🍃

-- to be continued --

Blitar, 9 Juni 2019

Tetapkanlah AlQur'an sebagai bacaan utama

Matahari Jiwaku [Completed] -- Telah TerbitTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon