06¤ Mantan? Tenggelamkan!!!

8.4K 834 115
                                    

Tanpa kepergiannya, aku nggak akan bertemu dengan orang terbaik yang pantas untuk kuperjuangkan

✏✏

Amour bahkan tidak habis pikir. Kekuatan dari mana yang bisa mendorong hatinya sekuat itu untuk mendapatkan Hafida.

Tidak juga ingin bertanya pada siapa pun tentang masa lalu Hafida. Cukup kini hatinya berbicara, sentuhan lembut Hafida untuk princess Kinnar tercintanya sudah menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam hatinya.

Meski Amour tahu bahwa Hafida belum bisa menerimanya. Namun bukan berarti dia hanya menunggu untuk sebuah jawaban bukan? Tidak ada hasil yang menghianati usaha.

Hafida masih bersikap biasa seolah tidak ada yang terjadi antara dirinya dengan Amour kemarin. Bekerja dengan sepenuh hati serta menyelesaikannya dengan tepat waktu dan sempurna.

"Hafid, pasien yang ditangani dr. Amour yang masih di ICU bulan ini sudah dibayar untuk bulan selanjutnya belum ada pembicaraan dengan keluarganya. Ini nomer telpon wali pasiennya, dan untuk kemungkinan sembuhnya coba kamu bicarakan dengan dr. Amour," kata kepala bagian administrasi.

"Iya Bu, coba nanti saya hubungi keluarganya." Jawab Hafida.

Sekuat hati Hafida bertahan, sekuat hati Amour juga mendapatkan simpatinya. Bak medan magnet berlawanan jenis yang saling tarik menarik, malu tapi mau, menolak tapi membutuhkan.

"Fid, tadi kamu tanya apa? Maaf ya tadi lagi fokus melihat hasil MRI pasien," tanya Amour.

"Saya ini lebih tua 5 tahun dari Dokter, tolong deh." Kata Hafida dengan cueknya.

"Meski kamu lebih tua nantinya juga akan memanggil mas ke aku," balas Amour.

Perdebatan yang jelas tidak akan ada ujung pangkalnya jika diantara mereka tidak ada yang saling mengalah. Amour jelas tidak akan pernah mundur. Sedangkan Hafida, dia baru menyadari setelah pertengkaran absurd mereka diperhatikan oleh rekan kerja satu profesi bahkan satu lini di kantornya.

"Dokter Amour yang terhormat. Ada pasien di ICU atas nama Budiman Danusutedja, saya diminta untuk menghubungi keluarganya terkait dengan fasilitas rumah sakit yang pasien pakai. Apakah sudah memungkinkan untuk dipindahkan ruang rawat atau masih tetap di ICU?" tanya Hafid dengan bahasa formalnya.

"Kamu ini kesambet jin rumah sakit sampe ngomong dengan aku kaya ngomong sama orang lain saja," jawab Amour.

Hafida sudah jengah dengan sikap Amour akhir-akhir ini. Tidak menampik bahwa ada sesuatu yang menghangat di hatinya ketika sebuah perhatian tulus diberikan orang lain kepadanya bahkan juga kepada calon anaknya. Tapi jika ujungnya dia juga memperoleh cibiran maka sebaiknya memang perhatian yang belum pada tempatnya itu dia abaikan.

Salah siapa jika memang dua orang yang telah sendiri itu mencoba untuk membuka hati.

Tidak ingin berharap banyak atas sesuatu yang memang belum bisa dipastikan.

"Mengapa kamu masih di sini?" tanya Amour. "Masih ada yang masih ingin kau katakan padaku?"

Hafida hanya meringis menyesali tindakannya. Kegab Amour kalau dia terbengong itu benar-benar menurunkan martabatnya sebagai perempuan yang seharusnya menjaga jarak dengan Amour.

"Saya butuh jawaban Anda, Dokter."

"Aku tidak akan menjawab jika kamu masih formal kepadaku," jawab Amour.

Akhirnya Hafida mengalah dan mengajak Amour berbicara seperti biasanya.

"Baiklah, karena masih dalam koridor pekerjaan aku mau menjawabnya. Tapi kalau diluar jangan harap aku akan menanggapi saat kamu memanggilku dengan sebutan dokter." Jawab Amour kemudian menjelaskan kondisi pasien yang diminta oleh Hafida.

Matahari Jiwaku [Completed] -- Telah TerbitWhere stories live. Discover now