4. empat

6 1 0
                                    

Menarik.

Satu kata yang melintas di fikiran Revan menyaksikan perdebatan yang terjadi di keluarga calon istrinya. Bolehkah ia menyebut seperti itu? Pria ber surai hitam itu tak memungkiri ketertarikan nya pada gadis mungil yang terpaut usia delapan tahun dengannya. Geralya zheiradhitama. Dia gadis yang pintar ,cantik ,dan menarik tentunya. Dua puluh tujuh tahun hidupnya , tak ada seorang pun yang berani mengabaikan seorang revano altezza Willie. Baik itu wanita maupaun rekan bisnisnya. Namun gadis itu... Gera,gadis yang sejak awal telah menolaknya. Rasa diabaikan bukankah sama dengan penolakan? Ya gadis itu mampu mengalihkan pandangan dari seorang Revano. Sialnya itu yang menambah ketertarikan Revan.

Sekarang pun tak jauh berbeda, ia tetap terabaikan oleh gadis itu. Melewatinya begitu saja dan menyapa kedua orang tuanya seolah hanya ada mereka disana. Tapi entah kenapa tak ada rasa amarah pada seorang Revan yang terbiasa menjadi pusat perhatian. Bahkan adiknya Gera saja begitu mengagumi Revan saat ia baru menginjakkan kaki di kediaman Adhitama . Reyanda Airadhitama ,adik gera tak menahan kekagumannya pada sosok Revan . Sorot kekaguman jelas terlihat dimatanya saat membukakan pintu untuk Revan. Namun Gera... Gadis itu benar-benar.
Jika orang gadis lain akan mati kegirangan ketika dijodohkan dengan Revan ,tapi gadis itu menolak nya mentah-mentah? Seriously? Gera benar-benar gadis special.

" Maaf om,tante..Revan akan menyusul gera. Biar Revan yang bicara." Ujar revan yang sedari tadi diam memperhatikan.

" Maaf ya Revan kamu harus lihat kekacauan ini. Gera memang sedikit keras kepala. " Kata bunda tak enak hati. Bagaimana pun Revan adalah tamu mereka .

" Udah saya bilangkan ini tidak mudah nak." Rean angkat bicara setelah sedari tadi hanya diam.

" Its okay Tante,om . Maaf dan terima kasih sebelumnya . Revan akan bicara dengan gera.permisi"

" Iya nak ,tolong sekalian jaga gera ,dia lagi emosi,hati-hati." Lirih bunda.

Revan melangkah untuk segera menyusul gera. Ia benar-benar penasaran dengan gadis itu. Langkahnya begitu perlahan namun terasa sangat mengintimidasi . Mungkin itu halnya yang membuat Revan menjadi pemuda sukses diusianya yang terbilang sangat muda. Menjadi pemimpin bisa jadi bagian dari darahnya . Bagaimana ia bersikap, melangkah , bahkan tatapannya saja begitu terkesan pasti.

Baru saja ia akan memasuki Audi hitamnya jika Revan tak melihat gera yang akan memasuki taxi di luar pagar. Sedikit berlari ia menuju gadisnya dan menutup pintu sebelum gera dapat memasuki taxi itu. Jelas sekali Revan melihat gera yang mengerutkan keningnya tak suka. Mengabaikan itu ,Revan lantas mengeluarkan dompet dan memberikan selembar uang seratus ribu ke pada supir taxi sebagai permintaan maaf karena penumpangnya yang direbut Revan.

" Exusme sir? " Tegur gera sinis.

" Aku akan mengantarmu ". Kata Revan dan menarik gera menuju mobilnya.

Namun tentu saja gera menolak. Dia bukan gadis bodoh dan begitu penurut hingga diam saja dengan kehendak pria yang baru dikenalnya.
Meskipun gera merasakan lingkup mencekam disekitarnya, namun tak membuat gera mati kutu . Ia menarik tangannya kasar dari genggaman Revan membuat pria itu kembali menoleh . Menatap gera dengan wajah datarnya .

" Kau pikir aku akan menurut begitu saja tuan?" Ujar gera menarik keluar keberaniannya. Gera mengambil kembali ponsel didalam tasnya untuk memesan taxi lagi. Namun ia sedikit kesulitan karena ponsel yang retak layarnya sedikit tidak berfungsi di bagian tertentu. Tak putus asa ia tetap menekan layar itu sekuat tenaga Karana geram dengan keadaan yang seakan tak mendukung nya sama sekali.

Brakk

Ponselnya terjatuh karena tak siap tangan nya ditarik oleh Revan tiba-tiba. Gera ternganga menatap tak percaya pada ponselnya yg sudah tak berbentuk di bawah sana.

" Are you crazy ? " Desis gera tak percaya. Ia menggeram dalam menatap pria dihadapannya yang sangat santai seakan tak terjadi apapun.

"Apa mau mu huh?" Tanya gera masih dengan nada kesalnya.

" Mengantarmu." Jawan Revan singkat.

" Kau tuli ? Aku sudah bilang tidak ."

" Kenapa? Karna perjodohan itu? Cih kekanakan sekali." Ujar Revan masih dengan tampang tak bersalahnya. " Sudahlah ayo kuantar. Temanmu pasti sudah menunggu."

Merasa tak ada pilihan lain gera pun hanya menurut dan melangkah mengikuti Revan menuju mobilnya. Lagipula jika difikir kembali , Revan pasti sama sepertinya . Hanya korban keegoisan orang tua mereka. Terlebih laki-laki itu harus datang sendiri dan menyampaikan maksud keinginan orang tuanya yang sangat egois. Gera menjadi sedikit merasa bersalah karena bersikap kurang sopan pada pria itu. Tapi tetap saja, harusnya pria sedewasa Revan bisa saja menolak mentah-mentah perjodohan ini. Tidak mungkin juga dia tidak memiliki kekasih. Atau mungkin saja dia anak yang berbakti ? Tapi tetap saja ia sudah dewasa dan orang tuanya tak punya  hak untuk mengganggu privasi  dan masa depan Revan. Tapi  Gera hanya diam untuk saat ini, ia tak berselera untuk bicara rasanya. Biarlah apa yang di lakukan orang tuanya , kalau dia tak setuju bukankah mereka tak bisa melakukan apapun?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang