"Ada apa? Sebaik nya kau kembali ke kamar, karena.. ini sudah malam, bahkan terlalu malam," ucap Ai yang segera membalikkan badan lagi untuk lanjut berjalan.

"Tunggu," Aoi menahan Ai dengan meraih satu tangan nya.

"Kalau, kau diberi pilihan, siapa yang akan kau pilih?" Tanya Aoi yang membuat Ai sendiri tidak paham.

"Maksudmu?"

"Kau pilih aku, atau Suzaku?"

"Kau ini bicara apa? Tentu aku memilih mu, astaga pertanyaan mu," Ai terkekeh sejenak.

"Sungguh?"

"Akh, sudah sudah, kalian ini masih saja sempat sempatnya berdebat. Cepat kembali ke kamar atau ku geret satu persatu," ucap Naru membubarkan Aoi dan Ai yang sedang berbincang bincang itu.

Hari berganti dengan datang nya mentari pagi yang mengundang kebahagiaan para makhluk untuk bangun di pagi hari. Dimana hari baru menanti mereka.

Shun dan Rei mengawali pagi mereka dengan perdebatan hanya karena kostum. Tak hanya itu, mereka mengancam satu sama lain akan mencari pasangan satu sama lain yang lain.

"Jangan Shun! Aku tidak mau," ucap Rei yang dipaksa Shun untuk mengenakan kostum pengantin wanita.

"Memangnya kenapa? Tidak biasanya kau menolak apa yang aku pilih," ucap Shun sedikit kecewa.

"Tapi, Shun, biarkan sesekali aku yang memilih,"

"Apa karena selera ku buruk?" Ucap Shun dengan tampang sedih. Aura tidak mengenakan menyelimuti keduanya.

"Ti-tidak, bu-bukan itu maksudku Shun," Rei mulai bingung.

Shun tak berkutik. Segera ia meninggalkan Rei begitu saja tanpa mengatakan apapun padanya.

"Shun! Shun tunggu!" Rei berusaha mengejar Shun. Namun, kedua kaki Shun lebih panjang darinya, jadi mudah untuk nya tak disusul oleh Rei.

"Bodoh! Seharusnya aku tidak membuat nya cemberut," Rei mengutuk dirinya sendiri. Ia bingung, apa yang harus dilakukan nya saat ini? Baru kali pertama dalam masa pacaran nya ia berdebat hebat dengan Shun.

Ai sibuk membuat boneka salju sendirian. Ia terlalu asyik dengan me-time nya itu. Tidak peduli jika ia dikatakan masih kekanak kanakan karena apa yang dilakukan nya saat ini.

"Ai, kenapa disini?" Hingga Naru mengagetkan nya dan kepala boneka salju yang dibuat nya hancur.

"Huwaa! Naru-san jahat! Boneka salju ku rusak 'kan?!" Ai kesal.

"Loh? Eh, aku 'kan tidak sengaja," ucap Naru dengan wajah tanpa tanpa dosa.

"Huft, sana pergi jauh jauh," ucap Ai terdengar mengusir kakak kelasnya sendiri.

"Eh? Tumben jahat sekali kau, sejak kapan kau belajar mengusir kakak kelas?"

"Setahun sebelum aku lahir," jawab Ai ngawur.

"Hahh, daripada diam dan kurang kerjaan. Aku ingin bertanya," ucap Naru masih pada tempat. Ia sedang memperhatikan Ai yang membuat kembali kepala boneka saljunya.

"Tanya saja," ucap Ai tak mengalihkan pandangannya dari salju.

"Di kompetisi nanti, kau akan berpasangan dengan siapa?" Tanya nya.

Ai tertegun, "entah," jawab nya.

"Eh? Tidak dengan Aoi?"

"Dia akan- tidak, aku tidak tahu," ucap Ai yang membuat Naru keheranan.

"Kau ini kenapa? Bukan kah kemarin kalian sempat berbicara satu sama lain? Bahkan masih baik baik saja," ucap Naru.

"Tidak ada hubungannya dengan itu," jawab Ai dengan nada serta raut wajah biasa saja.

"Naru! Ai!"

"Rei/Rei-san?" Ucap kedua manusia saat nama mereka dipanggil.

Rei terengah engah, "kalian lihat Shun?" Tanya nya dengan nafas tak beraturan.

"Tidak. Apa dia tidak bersama mu tadi?" Naru bertanya balik.

"Tadinya. Sekarang, entah dimana dia.." ucap Rei dengan nada sedih.

"Apa kalian ada masalah?" Ai bertanya.

"Semacam itu," Rei mengigit bibir bawahnya. Entah khawatir atau apa, yang pasti ia sedang bimbang.

Shun duduk termenung memandang semua pasangan yang sedang riang nya bermain ski. Hanya dirinya yang duduk disitu sendirian tanpa adanya Rei yang tak menerima nya, atau entahlah ia berpikir bahwa Rei tak menyukai nya lagi.

"Hahh, sepi rasanya," gumamnya.

"Memang nya, cinta itu apa? Apa hanya rasa sakit belaka? Apa ini rasanya sakit karena cinta? Aku tidak mengerti, aku hanya berusaha menyatakan semuanya sesungguhnya. Apa dia benar benar kesal karena aku terlalu memberatkan nya?" Pikirnya. Pikiran negatif terus menghantuinya hingga sang positif kalah telak.

"Kenapa dia tidak memutuskan ku saja?" Hingga terbesit sebuah kata yang tak ingin di ucapakan nya atau di dengar nya dari Rei.

"Masalah kostum?"

"Iya, maksudku, aku hanya ingin.. Shun terlihat seperti kekasih yang biasa saja, tidak berlebihan dengan memakai kostum pengantin," Rei terus terang.

"Apa Rei-san malu dengan tindakan Shun atau karena pakaian nya?" Tanya Ai yang merasa bahwa Rei malu.

"Aku hanya malu dengan pakaian nya saja. Tapi, sepertinya dia menangkap bahwa aku tidak menyukai nya dan jengkel karenanya," Rei menutup wajah nya dengan kedua tangan nya. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya jika ia tidak segera bicara pada Shun.





Author Note:

Wkwk, baru bisa update ❄️
Itu karena tidak ada niatan untuk melanjutkan si ya, tapi karena sebuah ide yang sangat sangat sangat bagus, Ai terpaksa menulis deh💙
Wkwk, thanks yang sudah baca cerita Ai💙
Baru kali pertama loh Ai dapet buku yang di bacanya ribuan❄️
See yu~






















To Be Continued
Story By SatsuAoi15

School And Love #Wattys2019Where stories live. Discover now