♕ ; one

81 15 27
                                    

Bagaimana rasanya jatuh cinta?

Aku selalu melihat, mereka yang tengah dimabuk cinta selalu tampak gembira. Seperti ada bunga-bunga bermekaran pada mereka. Tampak hangat, dan menyenangkan.

Namun, kenapa? Ketika aku jatuh cinta, rasanya sedikit menyesakkan. Walau yah, aku tidak bisa menyangkal jika ada perasaan bahagia. Namun, lagi-lagi, perasaan bahagia itu hanya sesaat. Aku kembali merasakan sesak.

Lelaki yang kucintai, teman dekat seseorang yang memungutku. Dia orang yang menyebalkan, kerjaannya selalu mengajak orang untuk berkelahi. Ia gila akan kekuatan, jiwanya jiwa petarung. Darah musuh yang ia ajak kelahi selalu menghiasi tubuhnya. Ah, Lelaki itu selalu dibilang psikopat juga. Aku tak bisa menyangkal, karena pada nyatanya saat ia berkelahi, seperti hilang kendali. Malah, ia tersenyum lebar, menikmatinya.

Apalagi, ia selalu bersama Takasugi, orang yang memungutku saat aku terkapar sehabis menghadapi para amanto sialan. Takasugi mempunyai keinginan untuk menghancurkan segalanya. Cocok emang, sama-sama punya jiwa ganas.

Namun walau begitu, aku mencintai lelaki itu. Semenjak ia menghampiriku yang baru dipungut Takasugi, dengan senyuman lebarnya menyambut diriku yang masih kebingungan akan situasi sekitar, aku sudah jatuh cinta.

Aku, Rizu Zinnia Lazuardi, terlanjur merasa bodoh karena jatuh cinta pada lelaki itu di pertemuan pertama. Pada lelaki yang kesehariannya bisa membuat dirimu terus berkata kasar. Yah, aku jatuh cinta pada lelaki yang bernama Kamui.





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Heh, pendek."

Refleks, aku mendelik. Menatap lelaki yang memanggilku tadi. "Apa?"

Lelaki itu mendekat, dia tersenyum miring sembari mendudukkan dirinya disampingku. "Geser dong."

Aku berdecak kesal, memang ya. Hobi banget bikin orang merutuk. "Ngapain sih, Mui?"

Pada akhirnya, aku menggeser. Menuruti titah lelaki itu. "Dek kapal ini luas ya, Mui. Kenapa coba harus bikin Rizu geser-geser?" tanyaku sambil mengerang kesal. Pasalnya, akutuh udah pewe. Jadi males buat sekadar menggeser doang.

Iya, aku memang pemalas. Terima kasih.

"Aaah, aku pengennya deketan sama kamu, tapi."

Aku memutar mata malas. Tuh kan, kumat. "Bacot bener, kalau deket deket juga gausah bikin Rizu geser napa."

Kamui mengeluh. "Cuman geser doang banyak amat protesannya."

"Ya kamu repotin!"

Kamui menganga, menatapku dengan pandangan tak percaya. "Aku salah apaan!?"

Aku mencebik. Salah apa katanya? Banyak woi ah, pake nanya segala. Kesalahannya kalau dikumpulin besarnya bisa setara sama piramida di mesir. Dan, kesalahan terbesar dia ya satu.

"Salah kamu udah buat Rizu jatuh hati sama kamu," kataku pelan sekali, mungkin hanya terdengar olehku.

YAIYA KALAU KEDENGER SAMA KAMUI MAMPUS AKU.

"Hah apa? Gadenger." Kamui mengerjap, menatapku tak mengerti. "Ulang dong, kamu bilang apa tadi?"

Hmph. Aku memalingkan muka, enggan untuk menatap Kamui. "Gak mau. Rizu cuman ngomong kesalahan Mui itu sebanyak lautan!"

"Halah, ngek." Kamui mencibir, tak percaya.

Gatau ya, padahal Kamui dikenal garang, seram. Tapi kalau udah sama aku atau Takasugi, garang sama seramnya ilang. Malah, jatuhnya bobrok. Nista banget, suka asal ngeluarin celetukan gak mutu. Minta dihujat, dibully, sama disayang.

Eh, abaikan yang terakhir.

"By the way, Riz."

"Apa?" Aku menoleh, menatap lelaki itu penasaran dengan alis yang terangkat sebelah.

"Yoshiwara, yuk? Temenin, Shinsuke gamau ikut."

Mengerjap-ngerjap sebentar, aku memproses perkataanya. Gak salah dengar kan ya? Dia ajak aku ke Yoshiwara? Tempat para wanita melayani lelaki?

 Gak salah dengar kan ya? Dia ajak aku ke Yoshiwara? Tempat para wanita melayani lelaki?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku tahu ini ooc sekali........
HUEE TOLONG MAAFKAN T^T

Birthstone ; BerylTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang