13. Stay

1.5K 243 24
                                    

Taehyung mengerjap pelan kala sinar matahari pagi menusuk mata memaksanya untuk bangun. Tangannya bergerak untuk mengeluk puncak kepala Suga yang sekarang ada di ceruk lehernya.

"Taehyungie~" Taehyung lantas menatap Suga dengan sejuta pertanyaan terpancar dari matanya.

"Disini saja." Taehyung tidak langsung mengiyakan perkataan Suga, dia menatap netra hitam ke abuan Suga, menyelami sebentar apa yang coba Suga ungkapkan dari sana.

"Hyung, jawab pertanyaanku, apa kemarin kau menangis?" tanya Taehyung.

Suga mengerucutkan bibirnya, "Tae belum menjawabku."

Taehyung gemas, tangannya terulur untuk menyibak rambut Suga yang menutupi mata.

"Iya hyung, aku disini, sekarang jawab pertanyaanku."

Suga hanya mengangguk, "Jadi kau menangis? Kenapa?" lanjut Taehyung.

Suga kembali menyembunyikan wajahnya ke ceruk leher Taehyung, tapi Taehyung menggeleng, pertanda Suga tidak boleh melakukan itu.

"Hyung, lihat aku. Ayolah jangan buat ini semakin sulit, ceritakan saja apa yang terjadi, kau membantuku aku juga akan membantumu." kata Taehyung yang ditanggapi dengan binar sedih di mata Suga, air sudah menggenangi pelupuk matanya.

"Oke, aku akan menunggu, sekarang ayo bangun dan buat sarapan."

Taehyung duduk, Suga yang masih memeluknya ikut duduk dan terlihat lemas, atau memang Suga yang setiap hari seperti ini?

"Gendong."

"T-tapi hy-hyung tidak pakai—" Suga hanya menatap Taehyung memelas, kemudian menggeleng.

Taehyung merasa canggung, "O-oke." Taehyung mengangkat Suga yang melingkarkan kakinya di pinggang Taehyung.

Taehyung mendengar Suga terkekeh kecil, itu membuatnya mau tak mau tersenyum karena... yah setidaknya yang membuat Suga terkekeh dan tersenyum adalah Taehyung, bukan orang lain.

Mereka keluar dari kamar langsung disambut ruang tengah atau ruang tamu apartemen itu sendiri, Suga semakin menyambunyikan wajahnya tampak sekali dia seperti menghindari sesuatu, memorinya? entahlah.

Taehyung lantas membawanya ke dapur, mendudukkan Suga di kursi meja makan setelah dia menarik salah satunya.

"Hyung seperti bayi besar."

"Diamlah." Taehyung bisa melihat wajah Suga memerah, Taehyung terkekeh lantas melepas pelukan mereka.

"Apa yang hyung punya disini?"

Taehyung menginvasi dapur Suga, berjalan kesana kemari guna membuat sarapan untuk berdua, Suga sendiri melamun, pikirannya melayang soal kejadian kemarin, Suga menggelengkan kepalanya, sungguh tidak ingin mengingat hal itu terlebih Jackson berlaku kasar padanya.

Jika bisa Suga ingin melupakan apa yang terjadi sehari kemarin, meskipun itu akan membuatnya melupakan kejadian dimana Taehyung berlaku manis padanya di mobil.

"Heung~" gumamnya.

Perasaannya campur aduk antara kecewa, sedih dan merasa bodoh karena tidak melawan Jackson kemarin, harusnya Suga tidak membukakan pintu, harusnya Suga menolak semua perlakuan Jackson, tapi sekarang dia hanya bisa menyesal karena sudah kejadian dan dia hanya bisa memikirkan bagaimana harusnya dia berbuat soal kemarin menghadapi Jackson.

Jika Suga boleh jujur, dia memang pernah berhubungan badan dengan Jackson semasa mereka masih sepasang kekasih, tapi waktu itu Jackson tidak memaksa, tidak membentak, tidak bersikap kasar, tapi sekarang setelah mereka sudah tidak berstatus, Jackson berubah seratus delapan putuh derajat, kebalikan dari Jackson dulu yang masih kekasih Suga.

Memikirkan itu Suga jadi galau. Ah kenapa dipikirkan jika dia sekarang punya Taehyung?

"Hyung!!"

"Huh?" Suga menatap Taehyung yang sudah duduk di depannya.

"Aku membuat omelet, kau tidak alergi telur kan?" Suga menggeleng tersenyum tipis kemudian mengambil sendok dan garpu yang sudah disediakan lalu memakan makanan yang ada dihadapannya.

"Melamunkan apa sampai kupanggil tiga kali tidak menjawab?" Suga tersenyum menyesal dengan matanya yang menyipit.

"Tidak ada."

Taehyung terlihat mencebikkan bibir, menatap Suga curiga. "Setelah ini kau akan pergi bekerja kan?" tanya Taehyung dengan lirikan matanya pada Suga.

"Tidak, aku akan mengambil cuti sehari, aku perlu menenangkan diri."

"Kuanggap masalahmu cukup besar, tapi kapanpun kau siap, aku ada disini hyung."

Suga menatap Taehyung terharu, matanya berair hampir mengeluarkan air matanya. Dia menahan sekuat mungkin.

"Taehyung, kemari." Tangan Suga mengisyaratkan Taehyung untuk datang padanya.

"Huh? Kenapa?" tapi Taehyung tetap menuju tempat Suga berada.


Hug.


"hung~ m-maaf kalau aku merepotkanmu." kata Suga yang menyenderkan kepalanya di perut Taehyung, memeluk pinggang rampingnya dengan erat.

"Tidak hyung, tidak sama sekali." Taehyung mengusap punggung Suga secara konstan.

"Aku sudah selesai, ayo cuddle." ajak Suga menatap Taehyung dengan puppy eyesnya dan bibirnya yang ter-pout.

Taehyung hampir kehilangan oksigen untuk bernafas karena perbuatan Suga, "O-oke, ayo." Suga berdiri tidak melepaskan pelukannya pada Taehyung, terpaksa Taehyung menyeret Suga ke kamar.

Keduanya segera berbaring, Suga segera mendusal Taehyung, dada Taehyung digunakan sebagai bantal hingga pipinya tergencet.

"Taehyung~" panggilnya bernada manja.

Taehyung jadi ragu kalau Suga benar-benar Sugar Daddy, lihatlah betapa manjanya pria mungil ini sekarang.

"hm?"

"kuberitahu sesuatu, tapi jangan marah, ini mungkin mengecewakanmu."

Taehyung menatap Suga setelah mengangkat dagu yang lebih tua untuk mendongak.

"Bukan masalah, yang penting kau jujur."


did i said somewhere if i stuck at this story?

entah kenapa aku gak srek lagi.

Sugar daddyМесто, где живут истории. Откройте их для себя