"Kok gue nurut?" tanya Dewa pada dirinya sendiri.

"Makan di sini, mie bancirnya enak. Buruan, Wa!" Starla menarik jaket Dewa.

"Sabar, gila! Duluan aja sana!" Kesal Dewa yang belum selesai mengunci motornya.

"Nggak mau, nanti digodain. Buruan sih, ngunci motor sama lepas helm aja lama. Kayak cewek," ledek Starla.

Dewa berdecak. Cowok itu melepaskan helm, kemudian mengunci motornya lalu turun. Starla langsung menarik jaket Dewa.

"Bu, mie bancir satu, jagung bakar satu, jus alpukat sama bakar-bakarannya dicampur satu porsi." Starla menoleh kepada Dewa yang tengah menatapnya heran, "lo mau apa, Wa?"

Dewa menggelengkan kepalanya. Starla mengangguk, "itu aja, Bu."

"Iya, nanti dianter ya, Mba."

Gadis itu mengiyakan, kemudian kembali menarik Dewa untuk duduk di meja yang masih kosong. Setelah sama-sama duduk, Starla baru menyadari kalau Dewa memperhatikannya sejak tadi.

"Apa? Naksir?" tanyanya.

"Berapa hari nggak dikasih makan sama orangtua lo?"

"Heh, gue dikasih makan tiap hari. Tiga kali sehari, lengkap sama vitamin, buah-buahan sama cemilan. Enak aja," sahut Starla seraya memukul lengan Dewa.

"Itu makanan tadi lo abisin sendiri semua? Maruk amat," komentar Dewa seraya menggelengkan kepalanya.

Lagi-lagi Starla memukul lengan Dewa. "Sembarangan! Kan udah gue bilang, gue laper!"

"Lo bisa nggak, ngomong itu nggak usah sambil mukul?" Kesal Dewa yang sejak tadi menjadi korban Starla.

"Ya kan kebiasaan, mending mukul tangan. Daripada kepala."

Dewa tidak bersuara lagi, sampai makanan Starla datang. Cowok itu memperhatikan Starla makan, tidak seperti kebanyakan gadis lain yang akan menjaga image jika sedang makan bersama seorang cowok. Starla daritadi makan seolah dia seorang diri di sini.

"Eh, udah mau habis. Lupa nawarin," ujar Starla terkekeh.

"Gue juga nggak pengen."

"Kenapa, lebih seru ngeliatin gue makan, ya? Jangan naksir tapi, pacar gue galak." Gadis itu terkekeh.

"Lo kalau punya pacar, kenapa nggak ngajak pacar lo aja, sih? Kenapa harus gue?"

"Selagi bisa memanfaatkan babu gue, kenapa enggak? Lagian, pacar gue lagi jauh."

Dewa hanya menggelengkan kepalanya, kemudian mengeluarkan benda pipih di sakunya akibat bosan. Ia juga masih bepikir keras, mengapa saat ini ia bisa berdiam di sini.

"Wa," panggil Starla.

"Apaan?" sahut Dewa tanpa menoleh.

"Huruf alfabeth itu yang pertama apa?"

"Hah?"

"Huruf alfabeth, Wa. Masa nggak tahu?"

"A-" mata Dewa melotot ketika Starla tiba-tiba memasukan sesendok mie goreng ke dalam mulutnya.

"Telen," ujar Starla seraya terkekeh.

Dewa mengunyah makanan itu dengan cepat, kemudian bersiap hendak menghardik Starla. "Lo-"

"Enak, kan? Kapan lagi lo disuapin sama cewek cantik."

"Gi-ah!" Dewa memegang pelipisnya. Lagi, sekelebat bayangan gelap muncul.

"Eh, kenapa?" tanya Starla.

Dewa menggelengkan kepalanya. "Nggak papa."

"Kenapa cewek ini selalu bikin ingetan gue kepancing?" Batin Dewa.

To be continued

Ditunggu komen semilyard!

Dewa : Scelus (Tersedia di Gramedia)Where stories live. Discover now