Vita : Kembali ke jati diri?

16 5 5
                                    

Sensitif contents, mengandung adegan keras, mohon kebijaksanaannya.

.........................................................................

Hari ini sudah memasuki waktu puasa dan seperti tradisi keluarga biasanya,  setiap malam minggu aku dan keluargaku akan kerumah Mbah Iwan untuk berbuka bersama. Sejak aku dan Ai pulang sekolah,  kami segera menuju rumah Mbah Iwan. Baru memasuki rumahnya sudah tercium bau bau makanan yang sedang dimasak dan juga aku mendengar suara-suara ribut di kebun belakang rumah.  Seperti suara kak Patrick dan Echa yang menertawakan seseorang. Aii saudaraku, bergegas berlari menuju asal suara itu. Aku pun tak mau kalah dan bergegas menyusulnya.

Inilah hal yang paling ditunggu Aii, membully Aul, saudara kembar Echa. Aul nampak begitu malang, namun aku juga tidak tahan untuk tidak ikut membullynya. Aul tampak merengek, dan Echa menggenggam sebuah telur rebus yang sudah pecah. Aul juga nampak lesakitan sambil memegangi kepalanya.

"hu.. Huwaaaa" Aul menangis. Kepengen nampol ah, tapi aku tahan. Aku hanya melihatnya. Lalu Om Ricky datang melerai Echa dan Aul.

"Echa, gaboleh gitu dong sama Aul, ayo minta maaf." katanya.
"gamau,, Aul sendiri mukanya minta dibully." kata Echa.
"Echaaaaaa..." kata om Ricky. Echa laku mulai ikut menangis.
"hu.. Huweee.. Papi jahad.. Huweeee.."
"lah..." om Ricky kebingungan.

POK! TEPOK! PLAKK!

Sebuah suara mengagetkanku. Rupanya tante Tyas menampol mereka bertiga.

"Papi ya kalo anaknya nangis bertengkar bukanya dipisah didiemin, malah diliatin aja. Echa juga, bisa ndak sih enggak sadis amat sama adekmu. Aul juga, bisa gak sih kalo dibully ngelawan dikit kek jangan pasrah. Ngomel ngomel ngomel" aku, Aii, dan kak Pet hanya terdiam melihat keluarga itu heboh sendiri.

"ugghh aku mau ketoilet" kata kak Pet, yang sudah berlalu pergi.
"kakak kakak, ayo liat kuda" ajak Aii.
"hayuk, jawabku." Aii menarikku ke depan kakek Iwan.
"kan kan kudaa" katanya ceria. Kakek tersenyum sambil mengeluarkan urat-uratnya yang sepertinya menahan Hulk keluar dari tubuhnya.

Oiya, aku Vita, dan ini adikku Aii. Ibuku bernama Firsty,dan ayahku, ng.... Aku tidak pernah tahu karena aku selalu memanggilnya Abi. Kami saat ini berusia 10 tahun. Sama Seperti Echa dan Aul, kurasa. Seingatku Echa dan Aul baru datang sekitar setahun lalu, tapi tiba-tiba sudah seumuran kami hmm. Mungkin aku masih kecil, tapi pikiranku sudah sangaaaaaaaddd luas. Aku sudah punya cita-cita, aku mau jadi asturo eh astronot. Aku punya kakak,namanya Patrick. Kadang dia Patrick kadang dia Patricia.

Kakakku aneh, kadang saat aku lewat kamar umi, dia pake kemeja Abi, waktu aku lewat lagi udah pake baju umi. Aku jadi mrinding liatnya.

......................

Hari ini aku menginjak usia akhir SMA, usiaku 18 tahun sekarang. Dan tingkah kakakku semakin aneh. Umik dan Abi sampai sidang pleno semalaman memikirkan gender kakak saat masuk kuliah. Abi bersikeras mendaftarkan kakak sebagai laki-laki, dan umik bersikeras tidak mendaftarkannya sekolah sebelum gendernya jelas. Padahal tahun lalu kakak sudah jelas-jelas disunat, pastinya dia laki-laki.

Ah gatau aku sibuk urusan sekolahku. Aii juga. Benar benar sibuk. Bahkan aku sering lupa kalo aku punya kakak. Ujian, sekolah, ekskul, waaahhh. Saat-saat SMA memang paling memusingkan ugh.

Akhirnya liburan, bisa baca komik gore koleksi Abi yee! Aku lalu mengeluarkan komik-komik Abi dari rak dan mulaiembacanya di kamar. Aii sedang pergi sama Umik, dan abi masih masum kerja, tinggal aku dirumah. Oiya dan kakak.

Aku sedang asik membaca saat aku melihat kakak memasuki kamarku.

"dek.." katanya.
"ya kak?"
"kamu ngerasa ada yang aneh gak sama kakak?" tanyanya memulai pembicaraan.
"umm... Kakak kadang kaya cewe kadang kaya cowo."
"ZHUDHAH KHUDUGHA!" serunya mengagetkanku. Untung jantungku tidak jadi melompat keluar lewat mulut.
"dik, kata temenku, aku punya alter ego! Aku punya sosok cewek dalam tubuhku! Aku... Aku tidak mau Abi dan Umik cemas gara-gara kebiasaanku.." katanya murung. Aku jadi iba. Aku mengembalikan obeng yang hendak kutusukkan ke matanya kalau-kalau dia mengagetkanku lagi.

"hmmm" aku berpikir keras.
"kak, mungkin kakak harus sering-sering bergaul dengan anak laki-laki seumuran kakak deh"
"sudah! Dan Renata keluar menggoda teman-temanku!" oke sekarang dia punya nama Renata.
"y..ya jangan dikasih nama kak! Malah kesenengan dia!"
"hii iya! Aku seneng banget! Hai, namaku Renata Patricia, kamu bisa panggil aku Renata atau Patricia." dan asem, dia muncul. Aku menepis uluran tangannya.

Plakk!

"aku gaperlu kenalan sama kamu! Kembalikan kakakku." kataku menatapnya tajam.
"huh? Siapa? Patrick? No wayy, aku suka tubuh ini, aku bisa menjadi perempuan cantik. Aku bisa mengekspresikan diriku, danendukung para alter ego lain untuk bisa muncul." katanya. Aku mulai geram.

"hlo kak sama siapa?" suara Aii datang dari pintu.
"ada Renata, Aii. Dia yang bikin kakak jadi aneh." kataku. Aii lalu mengunci pintu.
"oohh.. Orang ini yang mengambil kakak kita?" kata Aii.
"YAAA DAN AKU AKAN MENJADI WANITA SEUTUHNYA" dan dia tertawa dengan gila. Aku saling menatap dengan Aii.

"oh.. Ingin menguasai kakak kami." aki menjambak rambutnya keras-keras sampai dia kesakitan.
"OUCH! HEY! AAAKK"
"jangan pernah muncul di otak kakak kami kau wanita gila." kata Aii.
"KALIAN PSYCHO!" dan aku mulai mencakar keningnya.

Aii mengambil silet dan mulai menyilet pinggangnya. Aku lalu mengikatnya di kursi, membuangkam mulutnya, dan menjambaknya sekali lagi.

"HMPPFF!!"
"sshuussshh" kata Aii.
"kalau kau tidak pergi. Bersiaplah kami siksa sampai pagi." Aii mengeluarkan pisau dapur koleksi kami, silet, cutter, gunting, dan banyak hal lain. Aku mulai menyilet pergelangannya, dan Aii menjambak rambutnya. Dia meronta-ronta namun percumah. Aii mencakar pipinya,dan aku mulai menyayat perutnya. Dia masih terus menjerit.

Yang terakhir, Aii bersiap mencekiknya dan aku menodongkan pisau di lehernya,
"sekali lagi kau mengambil alih kakak kami, aku akan menjamin itu bukan hari bahagiamu."

"Aii, Vitaa, ayo makan!" suara bunda memanggil kami.
"baiikk" sahut kami bersamaan. Dan kulihat kakakku pingsan dan pucat.
Aku dan Aii segera membersihkan TKP,memindah kakak ke kamarnya, dan tak lupa meletakkan sidik jari kakak di semua alat ini. Setelah semua selesai,  aku dan Aii langsung menyeru

"UMIK!! UMIK KAKAK! UMIIIK!" benar saja, umik langsung kekamar kakak dan menemukan kakak yang pingsan.

"Astagfirullahaladzim! Patrick!" umik bergegas menelpon ambulance. Aku dan Aii diam-diam tos.

Beberapa hari kemudian, kakak sudah pulang dari rumah sakit.

"VITAAAAA!" serunya menghampiri aku dan Aii.
"aku gatau apa yang kalian lakuin but sekarang renata sudah pergi. Aku janji aku akan berusaha lebih macho lagi, dan menjadi pria sejati, kembali ke jati diriku sebagai laki-laki." katanya sambil memeluk kami. Tentu saja kami membalas pelukannya. Dia kakak kami satu-satunya. Penyiksaan kami, kami usahakan agar kakak tetap hidup tentunya, karena kami hanya ingin kakak kami kembali.

Kami berdua tersenyum simpul. Ah andai renata masih ada.. Mungkin kami bisa bermain lebih lama.

A Palchoo DynastyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora