Menjauh dari Monokrom

3.4K 397 41
                                    

Tzuyu menoleh ke kanan dan kiri sebelum mendatangi taman belakang yang berada di sisi ujung Sekolahnya. Suasana masih sepi karna memang masih terlalu pagi untuk Siswa sepertinya ke Sekolah.

Tzuyu berjongkok, mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya sebelum berujar seakan memanggil. "Pus..puss..."

Kaki-kaki berbulu melangkah keluar dari persembunyiannya yang berada di semak-semak taman. “Kamu pasti lapar kan?” Tangan Tzuyu langsung membelai pelan hewan yang kini terdengar mengeong seakan menjawab perkataan Tzuyu sebelumnya.

“Makan yang banyak, hari ini aku bawa bekal lumayan.”

Kucing itu kembali mengeong dan Tzuyu melebarkan senyumannya.

“Ternyata benar disini!”

Tzuyu berbalik dan menemukan salah satu teman di Kelasnya berjalan mendekatinya. “Kau Lana kan?” Tanya gadis itu memastikan, sebenarnya Tzuyu tidak terlalu mengenal gadis yang kini tersenyum ramah ke arahnya.

“Kita teman sekelas, ngomong-ngomong sehabis pulang Sekolah aku mesti menemani Ibuku jadi bisa kau menggantikanku untuk piket hari ini?”

Tzuyu terdiam sebentar sebelum mengangguk membuat gadis didepannya tersenyum.

“Kau memang baik Lana, aku kembali ke Kelas dulu ya.”

Tzuyu menghela nafasnya merasa terbiasa dengan perlakuan yang diterimanya. Ntah sejak kapan, namun Tzuyu selalu mendapatkan permintaan bantuan yang tak pernah ditolaknya. Padahal, kadang-kadang Tzuyu juga merasa kesulitan dengan permintaan itu.

“Lagi-lagi aku terlihat menyedihkan.”
Tzuyu kembali mengelus kepala kucing didepannya, “Hei, kapan aku bisa merasa bebas dari perasaan ini?”

Tzuyu tetap tersenyum walau tak mendapat respon dari kucing yang kini sudah sibuk bermain dengan ekornya sendiri. “Kau sudah kenyang kan? Aku mesti ke Kelas, daaah..”

Tzuyu meninggalkan taman tanpa menyadari ada yang memperhatikannya sejak tadi. “Bodoh.

•••••

Tzuyu baru akan memasuki Kelas namun ia bisa mendengar percakapan dari teman-temannya.

Kau sudah meminta bantuan Lana?”

“Sudah!” Jawaban dari gadis yang sebelumnya meminta tolong terdengar, “Aku tak menyangka kalau dia akan langsung mengiyakannya. Kalau begini aku kan bisa menikmati jalan-jalan dengan pacar baruku.”

“Iya, Lana memang mudah untuk di manfaatkan.”

“Dan di bodoh-bodohi,” Setelah itu terdengar tawa dari beberapa gadis yang diyakini Tzuyu sebagai teman sekelasnya.

Dia tak perlu bersedih, toh apa yang dikatakan mereka memang benar.
Lagipula ini bukan pertama kalinya Tzuyu mendengar ucapan sejenis ini. Tzuyu menghela nafasnya sebelum masuk dengan wajah seakan tak terjadi apa-apa.

“Minggir!” Dorongan seseorang membuat Tzuyu terhuyung untung saja dia masih bisa bertahan kalau tidak mungkin dia akan menabrak dinding samping.

Tzuyu melihat sang pelaku yang menatapnya tajam, apa salahnya? Kenapa lelaki ini terlihat marah?

Tzuyu mencoba membalas tatapan tajam itu dengan senyum tipis yang langsung mendapat dengusan. “Bodoh.”

Setelah mengucapkan itu, lelaki tadi melangkah menuju kursi paling ujung. Tzuyu mengedip-ngedipkan matanya dengan bingung. Lelaki itu teman sekelasnya?

•••••

“Itu bukannya Raven?”

Tzuyu bisa mendengar beberapa bisikan dari semua yang melangkah menuju Kantin. Tzuyu tak tahu pasti apa yang mereka bicarakan tapi yang jelas ia tahu siapa yang menjadi objek dari obrolan itu.

#20 (Complete)Where stories live. Discover now