Akashi kemudian melihat Mizuki .

"Kau mau eskrim ?"

Mata anak itu berbinar ketika mengetahui dia akan mendapat eskrim .  "Mau Paman ! Aku mau eskrim "

"Mizu-" Sebenarnya Tetsuya ingin melarang anaknya karena tidak enak menerima pemberian orang asing .  Tapi melihat ekspresi bahagia mizuki dia menjadi tidak tega .

.

.

Setelah menghabiskan eskrimya Mizuki bermain di taman sendirian.   Kesedihan yang baru saja anak itu rasakan karena ayahnya tidak bisa menemaninya bermain seolah terlupakan .   Tetsuya tidak tahu apakah dia harus senang atau bersedih untuk kondisi itu .

"Apa yang kau pikirkan Tetsuya ?"

Akashi tiba-tiba duduk disamping Tetsuya yang menatapnya penuh tanya.  Tentu saja dia terkejut dan sedikit tidak nyaman karena Akashi memanggil nama kecilnya.

"Bolehkah aku memanggilmu begitu ? Rasanya aneh kalau aku memanggilmu Mayuzumi ."

Akashi menjawab tenang. Namun dalam nada itu tersirat bahwa  Akashi adalah  orang yang tidak begitu suka di bantah. Setidaknya itulah yang di tangkap Tetsuya saat mendengarnya. 

"Terserah Akashi-san saja." Jawabnya mengalah.

Kemudian kembali bertanya.

"Akashi-san tidak ke kantor."

"Aku akan kesana nanti siang. Lagipula ini akhir pekan. "

Benar ini akhir pekan . Sebagian besar orang menikmati waktu mereka bersantai bersama keluarga.  Dalam hati dia sebenarnya merasa iri, kenapa Akashi masih bisa memiliki waktu  bersantai sedangkan Chihiro seakan tidak pernah ada waktu dirumah.  Padahal setau Tetsuya posisi mereka sama dalam mempin perusahaan . Bahkan perusahaan Akashi lebih besar daripada perusahaan keluarga mereka . Begitu banyak pertanyaan tapi dia tidak bisa mengatakan.  Tidak mungkin dia mengatakannya pada Akashi yang notabene orang asing .  Lagipula itu adalah masalah keluarganya . Tetsuya hanya bisa diam, menyimpannya seorang diri  .

"Terimakasih. "

"Untuk membelikan dia eskrim ?"

Tetsuya mengangguk.

"Itu bukan masalah.  Tidak mungkin aku membiarkan anak kecil begitu saja."

"Tapi ngomong-ngomong di mana ayahnya ?"

Wajah masam Tetsuya kembali ketika mendengar pertanyaan itu. Dia mendengus mendengarnya.

"Dia selalu mementingkan pekerjaannya daripada anaknya sendiri . Daridulu selalu begitu."

Akashi tersenyum miring. 
Alasan yang memuakkan .
Alasan itu juga yang dulu diucapkan ayahnya ketika dia ingin menghabiskan waktu dengannya .

Lama mereka terdiam.  Akashi menyadari raut wajah Tetsuya yang kembali berubah sendu.  Dia bertanya apa yang terjadi ? Kemudian dia menulusuri kemana arah pandang Tetsuya.

Ah, jadi itu penyebabnya. 

Disana Mizuki tampak terdiam dengan wajah murung . Ternyata anak itu sedang memperhatikan anak-anak lain sebayanya.   Mereka tengah tertawa bahagia karena bermain dengan kedua orang tuanya.   Mungkin Tetsuya merasa bersalah karena tidak dapat memberikan kebahagiaan yang seharusnya didapatkan anak seusia Mizuki .

Pria itu menghela napas .

"Dasar."

Akashi berdiri dari kursinya dan berjalan pergi ke suatu tempat .

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DESIRE.Where stories live. Discover now