Finally we lived not to each other

2.2K 254 71
                                    

》• Untuk memijakkan kaki ditempat itu merupakan hal sulit yang pernah Kim Seungmin dapati. Berada disana, ditengah hiruk pikuk dan gemuruh tepukan tangan, agaknya sedikit banyak membuat telinganya sakit. Seungmin sendiri bukan merupakan tipe orang yang menyukai keramaian. Ia cenderung akan lebih memilih untuk tinggal dirumahnya, seraya menamatkan novel yang sudah separuh terbaca. Tapi, sebab janjinya kepada Han malam itu memaksanya untuk datang dan berdiri disana, pun mencoba menikmati kebahagiaan.

Mata Seungmin menjelajah, mencari-cari sosok Han yang terakhir kali ia lihat mengenakan blazer putih untuk membalut kemeja hitamnya. Ada banyak sekali orang-orang berpakaian formal yang menghalangi pandangan matanya, sampai ia mendengus karena tak menemukan keberadaan Han dimanapun.

Seungmin mendongak, tatapannya jatuh kepada satu bintang yang kini bersinar dengan terangnya. Bintang itu hanya sendiri, entah kemana perginya bintang yang lain. Eksistensinya bagaikan permata didalam kumulan lumpur yang mengendap didasar sungai. Menjadi satu-satunya benda berharga yang patut untuk dijaga. Tanpa sadar, Seungmin tersenyum. Melupakan kegelisahaannya beberapa detik lalu.

Gendang telinga Seungmin tidak gagal menangkap alunan klasik yang mulai menemani keramaian. Musik itu, adalah favoritnya. Terdengar menyenangkan apabila kesukaanmu terputar pada situasi seperti ini, namun tidak bagi Seungmin. Ia justru, merasa kesal. Sebab nyatanya, hal itu membuatnya semakin sulit untuk melepas dan merelakan. Seungmin masih ingin memiliki, meski pada dasarnya sesuatu itu bukan lagi menjadi miliknya. Ia marah, merasa dirinya dihina hanya dengan memutar musik kesukaannya disaat hatinya sedang dalam keadaan kacau.

Seharusnya, Han mengerti. Seungmin selalu percaya bahwa hanya Han Jisung seorang yang mengerti dirinya. Tapi, ternyata Han tidak mengerti, sama sekali tidak pernah mengerti dirinya.

Seungmin hendak melangkahkan kaki untuk kembali pada sedannya yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, ketika ada sebuah tangan yang menarik dan membawa dirinya ke sebuah tempat. Terkejut, sudah pasti. Namun, yang membuatnya semakin melebarkan kelopak mata adalah karena sosok itu adalah Han. Pemuda itu, seharusnya tidak berada disini. Ia harusnya berdiri disana sembari menyapa para tamu, bukannya justru membawa Seungmin ke kolam renang yang cenderung sepi.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Seungmin tidak ingin bertemu Han. Bukan dengan alasan yang jelas, karena nyatanya ia sendiri pun tidak tahu kenapa berpikir demikian. Padahal, jika perlu diingatkan, ini adalah waktu-waktu terakhir dimana Seungmin bisa memandangi wajah tampan Han tanpa harus memikirkan apapun. Bukankah, pemuda itu pernah mengatakan bahwa ia adalah milik Seungmin?

Tatapan Han seolah menelanjanginya, mengupas apapun yang berusaha ia tutupi. Gelisah, cemas, kecewa, dan kebohongan lain yang mungkin saja tergambar jelas pada wajah yang lebih muda. Han tetap diam, dan Seungmin memiliki firasat tidak menyenangkan untuk itu.

Kewarasan Seungmin bahkan direnggut begitu saja, kala bilah penuh Han menyapa miliknya. Lagi dan lagi, Seungmin merasa bodoh hanya karena perlakuan Han yang terlampau mengejutkan, meski itu manis. Pagutan mesra itu tak bisa terelakkan. Melesakkan sesuatu untuk menyentuh sesuatu yang lain, demi sebuah lenguhan sendu yang lolos tidak tahu milik siapa. Mereka saling merengkuh, tak peduli lagi dengan pakaian yang nantinya kusut atau tidak nyaman dipakai. Lumatan demi lumatan, lenguhan tipis yang terdengar polos, dan rematan-rematan yang saling mereka salurkan. Seraya berucap didalam dada, mengharapkan tiada akhir bagi keduanya.

Han berhenti saat dadanya dipukul beberapa kali. Tidak keras, namun setidaknya itu cukup untuk mengembalikan kewarasan yang sempat menghilang. Ia yakin bahwa kini wajahnya dan Seungmin sudah sangat memerah. Napas mereka memburu, bagai lari maraton sejauh seribu lima ratus meter. Han menyempatkan diri untuk kembali mengecup sudut bibir yang lebih muda, menghapus jejak saliva yang membekas disana. Seungmin tak jera memandangi sang tercinta, dengan banyak sekali tanda tanya yang menyangkut dikepala. Jujur, Han terlihat berbeda hari ini.

𝗼𝗻𝗲 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝘄𝗲 𝘀𝗽𝗲𝗻𝘁 𝘁𝗼𝗴𝗲𝘁𝗵𝗲𝗿. ✓Where stories live. Discover now