"Cuman ada dua kemungkinan orang yang berani ngambil helm Dewa," ujar Arjuna.

"Apa emang?" Tama menoleh kepada Arjuna.

"Yang pertama, orang itu gila. Yang kedua, dia setara dengan Dewa."

"Gue tau!" Tama berseru seraya menjentikkan jari, "gila, gede juga nyali itu cewek."

"Emang siapa?" tanya Indra.

"Yang setara sama Dewa, kan?" ujar Tama, "siapa lagi, pasti anak IPS satu tuh. Si Dewi!"

"Kok Dewi? Setara darimana anjir, kutu buku gitu," sahut Bagus, heran.

"Ya di mana-mana yang setara sama Dewa tuh ya Dewi. Kalau Ratu, itu setara sama Raja. Bener, kan?" ujar Tama yang mendapatkan tempeleng keras dari Indra.

"Lo goblok natural banget kenapa sih, Tam?" Indra menggelengkan kepalanya.

"Sakit, sialan!" Kesal Tama, "gue tiap hari tambah bego gara-gara kepala gue lo tampol mulu!"

"Biar darah beku di otak lo itu cair, jadi lo bisa waras dikit!"

"Eh, babu! Yok, pulang!" Suara itu membuat Dewa dan teman-temannya menoleh.

Starla sudah berdiri di belakang motor Dewa dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam, mirip dengan milik EAGLE hanya saja tanpa lambang di belakangnya. Rok pendek gadis itu juga sudah berganti dengan celana hitam panjang.

Dan yang paling mengejutkan, Starla sedang membawa dua buah helm. Miliknya, dan milik ...

"Helm gue!"

Dewa.

"Et-" Starla segera menaiki motor Dewa, "nah, ambil deh," ujarnya meletakkan benda berwarna hitam itu di atas tangki motor Dewa.

"Turun!" Perintah Dewa. Ia sangat tidak suka ada yang duduk di atas motornya. Sheril saja tidak pernah Dewa ajak duduk di boncengannya.

"Pekerjaan ketiga, anterin bos pulang."

"Mba Bintang, sini mending abang Tama aja yang anterin pulang," celetuk Tama.

Starla menoleh, kemudian menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, motor lo warnanya biru. Gue nggak suka."

"Kudu nih dicat warna item biar kayak punya Dewa?"

"Heh Dewa, buruan!" Kesal Starla.

"Anterin aja, Wa. Turunin di jalan atau ajak ngebut, biar itu cewek jera," bisik Bagus.

Dewa memutar bola matanya malas, kemudian melangkah menuju kendaraannya. Dan hal itu, kembali membuat Starla menarik senyumnya.

Motor Dewa melaju membelah jalanan kota Jakarta siang itu. Ia memacu kendaraannya secepat mungkin, hingga tidak jarang beberapa pengendara lain mengumpat karena hampir tertabrak oleh Dewa. Namun, semua itu tidak diindahkan oleh cowok itu. Ia memang sengaja memacu motornya secepat angin untuk membuat cewek di belakangnya ini takut.

"Awas kelewatan rumah gue!" Teriak Starla, Dewa mendengarnya samar-samar. Memang, nyali cewek ini tidak bisa diragukan.

Di saat semua cewek akan memaki jika dibonceng dengan kecepatan tinggi sampai ingin membawa ke surga, Starla bisa tenang tanpa protes. Malah menikmati.

Motor besar Dewa akhirnya berhenti tepat di halaman rumah megah bertema serba putih bergaya modern. Starla turun dari boncengan Dewa dengan gayanya yang tidak pernah santai.

Dewa memperhatikan rumah itu dengan diam. Seperti ada sesuatu, namun ia tidak tahu apa yang ia rasakan.

"Kalau tiba-tiba gue minta beliin makanan tengah malem, lo ingat baik-baik nih rumah gue," ujar Starla.

Dewa menggelengkan kepalanya, tanpa sepatah kata apapun ia kembali melajukan benda besar berwarna hitam itu menghilang dari hadapan Starla.

"Bisu kali tuh orang," dengus Starla. Kemudian ia masuk ke dalam rumahnya.

Baru saja Starla membuka pintu kamar, suara Bi Ijah membuat kegiatannya terhenti.

"Non, di luar ada yang nyariin ... " ujar Bi Ijah.

"Siapa?"

"Cowok, Non. Pakai motor besar warna item," jawab Bi Ijah.

Starla mengernyitkan dahinya. Gadis itu kembali berjalan menuruni tangga, pikirannya menerka-nerka. Apa mungkin itu Dewa?

Namun, segala pemikiran itu salah ...

"Arjuna?"

To be continued

Ada apa dengan Arjuna😵

Follow!
[cantikazhr]
[we.are.eagle]
[starla.alsca]
[dewa_ryoji]

Ohiya, aku open order novel Darren's edisi TTD loh :) minat? Lgsg chat!

Dewa : Scelus (Tersedia di Gramedia)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें