(chapter 2) Rumor santer sebuah kejadian ganjil dari desa tetangga

4.3K 59 0
                                    

Terror dokar pocong

chapter : 2

"Sek rek tungguin aku!" teriak djafar dari gerbang sekolah kami ,membuyarkan pandangan saya ke salah satu gadis namanya dian ,gadis favorit sekolah kami yang kebetulan sedang lewat depan gerbang sekolah, oh iya kami satu sekolah dan kebetulan pula satu kelas. Sudah kebiasaan kami dari SD ketika berangkat sekolah saling menjemput satu persatu dan berangkat bersama dengan bersepeda. "Sorry Bin tadi aku kesiangan e" ucap Djafar kepadaku , "santai ae far, tadi ibukmu juga bilang kamu masih mandi katanya" jawabku. "tingtoong!" 5 menit kemudian jam masuk kelas berbunyi ,ternyata adhiem dan Edi pahing sudah di kelas sambil membicarakan kejadian beberapa malam lalu di desa tetangga bersama teman kelas kami yang tinggal di desa tetangga. "Selamat pagi anak2" tetiba sapa Guru bahasa indonesia kami masuk kelas dan sekejap saja membuyarkan fokus kami yang ikut ngobrol bersama teman2 kami dan langsung mengambil tempat duduk kami masing seperti biasa sembari menjawab bersamaan "pagi juga pak!" ,sayapun menyiapkan buku catatan yang memang akan di periksa guru kami di hari ini ,spontan celtukan Djafar lirih "mati aku,buku catatanku ketinggalan e rek" sayapun menahan tawa ,seperti biasa remaja pria seumuran kami menganggap kejadian yang menimpa Djafar pagi ini adalah langganan dan tidak sekali dua kali. Setelah guru kami berkeliling memeriksa catatan teman kami sekelas tibalah giliran catatan saya diperiksa oleh guru bahasa indonesia kami, dan catatan saya lolos lalu disambung giliran djafar sambil lirih mengaku "lupa pak ,saya gak bawa buku catatan saya" , "oalah Djafar kamu ini lupa kok terus, yasudah nanti jam istirahat ke kantor saya" jawab Guru bahasa indonesia kami. Mata pelajaran bahasa indonesia yang terjadwal di kelas kami pun dimulai.

Jam dinding yang terletak di depan kelas menunjukan pukul 09 : 25 yang berarti 5 menit lagi kami diijinkan jam istirahat, akhirnya bel istirahat berbunyi nyaring ,senyaring perut saya yang belum sarapan sedari dari rumah ,tapi jam istirahat sekolah hari ini tidak berlaku bagi Djafar karena dia harus menghadap Guru bahasa indonesia kami yang notabene wakil kepala sekolah kami. Saya ,Adhiem dan Edi pahing berjalan ke kantin sambil bercanda dengan teman kelas kami ,tanpa sengaja di waktu yang bersamaan tetiba dian ,gadis favorit sekolah kami keluar kelas dan apa yang terjadi?! iya kami remaja kaum adam pasti serempak mengarahkan pandangan ke dian sambil menyapa dengan nada sok kenal "halooo Dian" sapa kami bertiga , "eh kalian, iya.. " sahut Dian sambil tersenyum kecut. Sesampainya di kantin "Bu, gorengan tahu isi nya ada? sekalian es teh ya bu" pinta Adhiem kepada ibu penjaga kantin , "saya juga bu" timpal saya ,entah kenapa hari itu suasana kantin sekolah tidak begitu ramai seperti biasanya. saya pun sigap mengambil piring kecil untuk tempat gorengan yang akan kami makan sambil menunggu dibuatkan es teh. Tetiba adhiem membuka pembicaraan "eh rek ,kalian sudah tau belum cerita ganjil yang dirahasiakan pak manto warkop kapanhari?" saya dan Edi Pahing spontan menjawab bercampur ekspresi penasaran "enggak lah dhiem ,memangnya ada apa to?" , tetiba "ini esteh kalian ,cepat diminum nanti keburu dingin lho hehe" potong Ibu penjaga kantin sambil bercanda yang sepertinya ikut mendengarkan pembicaraan Adhiem dan kami seraya menyodorkan gelas es teh kepada kami. "Itu lho rek katanya ada dokar (andong) yang pak kusirnya adalah pocongan!" jawab Adhiem setelah mendengar cerita dari teman kami yang tinggal di desa tetangga kami , "Masa dhiem?!" tanya kami penasaran ,Adhiem pun cerita hasil bergosip tadi pagi dengan bersemangat "iya beneran! beberapa orang desa juga sudah melihat dokar itu lewat sambil bersuara lonceng kecil seperti andong yang ada di pasar kabupaten" dalam waktu yang bersamaan bel masuk kelas berbunyi ,iya kami harus kembali ke kelas dan sementara menyimpan rasa penasaran kami sampai sepulang sekolah dan membicarakan ini dalam perjalanan pulang ke desa ,oh iya Djafar tidak di ijinkan istirahat di kantin karena dia harus menjalani setrap (di hukum) di ruang BP tempat dimana siswa menjalani konseling tentang permasalahan dalam indisipliner akademis.

"Baiklah ,begitu ya anak anak pelajaran untuk hari ini ,jangan lupa tugasnya dikerjakan karena akan saya cek di pertemuan minggu depan ,kita akhiri dulu kelas kita di hari ini ,terima kasih" tutup Guru matematika kami sembari menutup materi pelajaran sekolah yang kami terima di jam terakhir kelas hari ini karena jam dinding di depan kelas sudah menunjukan waktu 12 : 05 siang. kami pun berkemas peralatan alat tulis dan perlengkapan kami, seperti biasa tetiba kelas ramai seketika dengan candaan maupun hal lain di luar pelajaran sekolah. Djafar pun datang dengan langkah lesu sambil menghela nafas panjang karena tidak diijinkan mengikuti kelas hari ini. sambil menunggu Djafar berkemas saya melanjutkan obrolan kepada adhiem "sek dhiem, tadi itu beneran? gimana ceritanya itu?" adhiem merubah ekspresinya sambil menjawab "iya ,nanti aja ku ceritain sambil jalan pulang". Setelah kami bertiga sudah siap kami berjalan ke arah gerbang sekolah untuk menunggu djafar yang tetiba entah kemana dan dimana ,sedang apa ,bersama siapa. Cukup lama kami menunggu 10 menit lebih Djafar tak juga menyusul kami. saya karena sudah sedikit lelah sepulang sekolah menepis inisiatif untuk mencari teman kami djafar dan memilih menunggu saja. benar saja beberapa menit berlalu kemudian djafar dengan santainya menenteng es teh dalam plastik sambil tersenyum senyum polos tak bersalah seolah menertawakan kami yang sudah menunggunya dari beberapa menit yang lalu sambil menahan kekesalan kami.

Dengan polosnya djafar bertanya "lho rek, kalian nungguin aku to?" kami serempak menjawab dengan sedikit nada tinggi "lha menurut ngana?!" djafar diam sambil tersenyum kecut. Panas cukup terik siang itu ,seolah menandakan bahwa sore akan turun hujan lebat akhirnya kami memutuskan berteduh di sebuah gubuk dibawah pepohonan rindang sambil menghela nafas panjang setelah mengayuh sepeda kami di tengah panas yang terik. Atas rasa penasaran saya ,saya membuka pembicaraan pada Adhiem terkait teror yang terjadi di desa tetangga kami "gimana dhiem, cerita teror desa tetangga yang tadi? aku masih penasaran nih" , "iyo aku juga penasaran" timpal Djafar , adhiem memulai bercerita "begini ceritanya" sambil diam sejenak beberapa menit seolah mematung dan menunjukkan ekspresi berpikir ,karena lama kami tunggu tak juga bercerita saya pun sedikit berteriak "gimana woiii ceritanya?" "ya begini ini hahaha.." pose adim diam mematung sambil tertawa. "woo dasarr bocah edan!" teriak Djafar sambil bercanda ,saya ikut tertawa akhirnya. Tidak lama adhiem mengubah ekspresinya seolah serius akan menceritakan kejadian ganjil yang menimpa desa tetangga kami ,"begini lho tadi cerita Rudi" oh iya Rudi adalah teman kami sekelas dan tinggal di desa tetangga kami yang sedang ramai dibicarakan karena ada kejadian ganjil. Adhiem memulai bercerita "kata Rudi,desanya beberapa kali di singgahi dokar (andong) yang dikemudikan pocongan dan versi beberapa orang yang kebetulan ronda di malam itu. dokar atau andong tersebut punya 3 penumpang di belakangnya yaitu kuntilanak merah dan 2 pocongan ,rumornya mereka suka mengetuk pintu rumah penduduk 3 kali ,dan rumah yang diketuk satu satu penghuninnya akan meregang nyawa atau terkena malapetaka" djafar tetiba memotong pembicaraan "lha maksudmu dhiem?! yang kita lihat beberapa malam lalu itu mereka,dhiem?!", "iya benar itu mereka" jawab Adhiem tenang seraya mengingat ingat kejadian yang menimpa kami berempat di jembatan desa kami beberapa malam lalu. Adhiem adalah cucu Mbah Djie yang usut punya usut ternyata indigo dan memiliki kekuatan supranatural untuk melindungi dirinya dari hal hal tak kasat mata dari lahir ,secara Adhiem adalah cucu keturunan Mbah Djie yang cukup di spesialkan oleh Mbah Djie sendiri karena memiliki kelebihan yang tidak semua orang memiliki. "Saya sebenarnya sudah tahu teror tersebut akan masuk desa tetangga kita lewat mimpi ,semalam sebelum kita bebakaran singkong tapi saya takut mendahului apa yang belum terjadi" cerita Adhiem dengan mimik serius , "wah lha kamu kok malah ngga ngasih tau kami biar gajadi bebakaran singkong dari kebun edi pahing to dhiem?" tanya Djafar dengan polos "wah lha nek itu saya beneran ngga tau memang waktu kapannya, far" jawab Adhiem ,kami mendengarkan sambil manggut manggut sambil mencerna dan meresapi cerita adhiem. "sebentar ,lha Mbah Djie kok tau kita habis dikasih lihat kuntilanak dan pocongan di jembatan itu dhiem?" potongku penasaran, Adhiem menjawab dengan santai "nanti juga kamu tahu sendiri bin" ,kemudian Adhiem meneruskan ceritanya yang sempat terpotong oleh rasa penasaran kami. "beberapa orang sudah menjadi korbannya di desa tetangga ,mulai dari kejadian tenggelam di sumur yang notabene sumur sudah ditutupi dan lama tidak terpakai, sampai sakit keras yang secara medis dipastikan sehat ,kesurupan dan banyak hal lain ,yang kutakutkan itu masuk ke desa kita" ,Saya ,Edi pahing dan Djafar serius mendengarkan cerita Adhiem sambil berpikir mengandaikan cerita Adhiem terjadi. "sepertinya kuntilanak dan pocongan kemarin pertanda sesuatu menurtku, karena semenjak kejadian itu Mbah Djie jarang banget keluar dari kamar" lanjut Adhiem kepada kami. Tidak terasa adzan Ashar sudah terdengar lirih dari kejauhan seolah memotong cerita Adhiem dan menandakan hari berganti dalam pasaran hari atau penanggalan jawa dan kami berempat memutuskan mengayuh sepeda kami ke rumah masing masing ,karena ibu kami pasti sudah menunggu dan mencari kami karena daritadi tidak kunjung sampai di rumah, dan benar saja baru saja menginjakkan kaki di halaman rumah, orang tua saya sudah menunjukan ekspresi marah bercampur khawatir sambil berucap "buruan mandi sana terus gak usah keluar rumah dulu" karena pulang tidak tepat waktu dan seperti biasanya saya kira itu sebuah hukuman. Sore ini desa terlihat sepi orang berlalu lalang dan beberapa orang terlihat menyelsaikan pekerjaannya lebih awal beda dari biasanya begitupun warung kopi pak no langganan kami juga berencana tutup sebelum maghrib ,membuat saya penasaran tentang apa yang terjadi di desa kami padahal beberapa hari lalu semuanya berjalan dengan normal.

Sepulang dari sholat isya' Bapak dan Ibu saya ngobrol di meja makan saya yang mendengar obrolan bapak ,memutuskan keluar kamar dan ikut ngobrol ,barangkali ada kabar tentang sesuatu yang terjadi di desa kami. "buk, tadi kok tumben waktu bapak sholat di musholla kok sedikit sepi gak kayak biasanya ya?" tanya bapak ke ibu saya ,saya lalu pura pura ambil gelas sambil mencari teh dan curi curi mendengarkan obrolan antara bapak dan ibu. "itu lho pak ,mbah djie tadi bilang ada sesuatu yang ghoib mendekat ke desa kita dan kita diwanti wanti untuk berhati hati" jawab ibu ,sayapun tersedak mendengar jawaban ibu menjawab pertanyaan bapak ,seketika ibu bilang kepada saya "lho pelan pelan to kalau minum, kamu gak diceritain adhiem kan temenmu to?" spontan saya jawab "iya buk ,tadi adhiem juga cerita ke Saya ,Edi pahing dan Djafar" ,ibu saya menanggapi dengan santai "oalah ya sudah kalau sudah tahu ,sana belajar di kamar kalau sudah selesai cepat tidur ya" perintah ibu "iya bu siap!" jawab ku sambil mengambil langkah menuju kamar.

TEROR DOKAR POCONG Where stories live. Discover now