1

42 7 7
                                    

Seorang gadis berkerudung pashmina peach dan memakai gamis senada dengan warna kerudungnya berjalan menuju salah satu cafe yang terletak di sudut kota.

Satu kaki menapak lantai cafe itu, aroma kopi yang khas sudah menguar di indra penciuman, sejenak langkah gadis itu terhenti sambil mencoba menikmati aroma kopi cafe  ini yang terkenal akan baristanya yang ganteng dan kopi yang disajikan pun sangat nikmat. Itu pendapat dari salah satu teman gadis itu yang pernah minum kopi di cafe  ini, dan sekarang gadis itu ingin mencoba meyesap kopi yang disajikan oleh barista ganteng—kata temennya.

Gadis itu mencari tempat yang nyaman untuk menikmati secangkir kopi di sore hari sambil menatap senja yang perlahan mulai menampakkan diri dengan warnanya yang khas membuat para pecintanya memuja akan keindahan karya Tuhan untuk dinikmati hambanya.

Rooftop, pilihan yang terbaik untuk menikmati sore ini. Setelah memesan satu kopi expresso dan beberapa jenis kue sebagai pelengkap, gadis itu berjalan menuju rooftop tak sabaran, karena langit sudah menampakkan keindahannya.
Dan benar saja saat sudah sampai di rooftop, senja berwarna biru keunguan mulai terlukis jelas, dengan girang gadis itu mengeluarkan kameranya dan mengabadikan langit senja yang indah ini.

Tuhan sangat baik kepada hambanya, terkadang hambanya tak pernah menyadari itu.

Subhanallah, indah banget senjanya!” pekik gadis itu sambil mencak-mencak bahagia, dia sudah tak tahu bagaimana lagi cara mengekspresikan kegembiraannya ketika bertemu dengan senja yang indah ini.

Saat sibuk memuja keindahan senja sambil tersenyum gak jelas, tiba-tiba seorang barista dengan clemeknya yang khas berwarna cokelat datang membawa satu kopi expresso dan beberapa jenis kue berada di atas nampan yang disangga tangan kanannya melihat ke arah gadis itu dengan tatapan bingung karena melihat seorang gadis duduk sendiri menatap langit sambil tersenyum gak jelas.

Apa gadis ini kesambet setan sore?

Masih seperti yang dulu, batin barista itu. Kemudian dengan pelan menepuk pundak gadis itu dengan tangan kirinya.

“Maaf ini dengan Mbak Syaila?” mendengar ada suara bariton milik barista itu, gadis itu yang bernama Syaila menoleh dengan tatapan malu, karena merasa jika barista itu melihat dirinya senyum-senyum gak jelas.

“Iya, saya Syaila.” Kemudian barista itu meletakkan pesanan Syaila di meja, sebelum beranjak barista itu penasaran apa yang membuat Syaila tersenyum gak jelas apalagi sekarang cafe kondisinya masih sepi hanya ada beberapa pelanggan itupun mereka duduk di lantai bawah.

“Maaf Mbak, tadi kenapa senyum-senyum sendiri?” mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh barista itu, Syaila menutup wajah dengan tangannya menutupi betapa malu dirinya saat ini karena ketahuan senyum sendiri.

“Eh, anu Mas saya suka aja liat senja. Kadang gitu emang kalo senang suka senyum gak jelas kayak tadi, hehehe,” jawab Syaila masih menutupi wajahnya karena malu, sedangkan barista itu hanya tertawa geli melihat kelakuan Syaila yang seperti anak kecil.

☕☕☕
Bagi kalian pecinta senja, mungkin setiap part aku kasih foto senja yang indah😍

Selamat membaca, semoga bermanfaat🙃

Kukang, 3 April 2019

Senja di KaimanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang