Two

855 164 132
                                    

Jimin benar-benar dilanda kebingungan. Baru saja, Taehyung selesai bercerita jika pemuda itu hendak menyatakan perasaan. Ia merasa begitu berat merelakan, namun bagaimanapun juga, Taehyung berhak untuk memiliki Yoongi selama gadis itu menerima. Sedangkan dirinya, terlalu pengecut untuk mengatakan pada si cinta pertama tentang mereka yang dulu saling mengenal begitu dekat.

"Park Mochi!"

Jungkook muncul tiba-tiba dan memanggilnya dengan cara yang barbar. Gadis cuek itu lalu duduk begitu saja di samping Jimin, membuat Taehyung yang berada di hadapan gadis itu nampak mengerutkan kening. Pemuda itu menatap Jimin seolah bertanya, dan Jimin pun hanya menghela napas. Mengenalkan Jungkook sebagai teman sekelasnya.

"Aku tahu kau, patung lilin"

"Patung lilin?" Taehyung mengernyit dengan sebutan itu. Ia memandang gadis di hadapannya dengan sangsi, sempat meragu masalah gender sebab tampilan Jungkook memang terlalu boyish. Kalau saja rambut panjangnya diizinkan sang ibu untuk dipotong, Jungkook akan benar-benar terlihat seperti lelaki.

"Iya" Jungkook mengangguk santai. Taehyung bertanya kenapa, padahal gadis itu tidak mengenalinya, dan mereka tidak kenal sama sekali sebelumnya.

"Kenapa kau mau tahu sekali?"

"Karena aku yang kau sebut patung lilin itu"

"Kau memang mirip patung lilin"

"Yak!"

Jimin meringis, nampaknya dua temannya itu tidak bisa akur. Kali ini mereka malah beradu pelototan, jelas sekali Jungkook yang menang sebab mata Taehyung kalah lebar.

"Dasar gadis jejadian, cih"

"Yak! Seenaknya saja kau bilang" hidung Jungkook kembang-kempis dan terlihat begitu marah, marah yang tidak wajar. Bahkan Jimin pun terkejut karena ini kali pertama ia lihat Jungkook semarah itu.

Jungkook mendesis dan berlalu pergi dengan emosi terkumpul di kepalan tangannya. Setelah mengatakan pada Taehyung.

"Sembarangan saja kau bicara, dasar pria tak punya otak" dengan amarah yang benar-benar nyata.

"Kenapa dia? Bukankah ucapannya yang sembarangan?" Gerutu Taehyung. Jimin hanya meringis tanpa berkomentar apa pun, jelas sekali karena dirinya juga sama tak tahunya.

.

.

.

"Yoongi Noona!" Taehyung berseru ceria melihat sosok gadis yang ia serukan namanya. Sudah dua bulan sejak pertama kali mendeklarasikan akan ketertarikannya pada gadis semanis gula itu, Taehyung tidak pantang menyerah.

Taehyung menyapa Yoongi dengan wajah cerah, sementara gadis itu membalas sekenanya. Pemuda itu menyadari jika Yoongi tengah murung, jadi ia bertanya kenapa wajah gadis itu begitu keruh dan terlihat pucat dengan sepasang mata serupa panda.

"Aku baik-baik saja. Hanya begadang mengerjakan tugas" jawab Yoongi mendapatkan anggukkan paham dari Taehyung. Meskipun itu adalah sebuah kebohongan besar karena yang ia lakukan semalaman adalah mencoba untuk mengingat.

Yoongi bertanya-tanya kenapa ia tidak bisa mendapatkan secuil pun kenangan masa kecilnya di Busan, padahal dirinya tidak memiliki riwayat penyakit perihal ingatan atau bahkan amnesia di masa lalu.

Padahal, Yoongi benar-benar penasaran dengan masa kecil singkatnya di Busan yang hanya berlangsung selama enam bulan.

"Noona, maukah makan malam bersamaku?"

"Huh?"

.

Selepas kuliah, Yoongi tidak memiliki pilihan lain karena rasa tidak enak, ia mengiyakan ajakan pemuda itu dan mereka pun datang ke sebuah kafe yang menarik.

The First LoveWhere stories live. Discover now