"Hai!" Sheril datang dengan membawa paper bag besar di genggamannya.

"Eh, Ibu Ratu. Main-main ke sini nggak bilang dulu," ujar Tama cengengesan.

"Emang lo siapa?" Indra menoyor kepala Tama.

"Biar surprise," sahut Sheril seraya menampilkan senyum manisnya, "oh, iya. Ini ada oleh-oleh buat kalian dari Papi gue."

"Wuih, nggak usah repot-repot lah." Tama meraih cepat paper bag berisi sejumlah cemilan itu.

"Bagi-bagi, ya." Sheril tersenyum, kemudian gadis itu menghampiri Dewa.

"Tumben ke sini," ujar Dewa ketika Sheril berada di sebelahnya.

"Gue ada pemotretan deket sini. Sekalian mampir bawain oleh-oleh," jawab gadis itu.

Dewa meneliti penampilan Sheril dari ujung kepala sampai ujung kaki. Cowok itu menggeleng, sebelum akhirnya melepas jaketnya, dan mengikat benda itu di pinggang Sheril.

"Di sini banyak cowok, jangan pakai celana pendek." Peringat Dewa.

"Emang siapa yang berani ngeliatin gue kalau ada lo di sini?" Sheril tersenyum.

"Orang itu nggak bisa ditebak, Sher."

"Yaudah, kalau gitu gue mau balik ke lokasi, ya? Istirahat cuman sebentar," ujar Sheril.

"Gue anter." Dewa bangkit dari posisinya.

"Anter ke mobil aja ya, Wa? Nggak usah sampai ke lokasi, ya?"

"Kenapa?"

"Di sana lagi ada Papa. Lo tahu kan, Papa masih belum bisa nerima lo?"

Dewa mengangguk paham. "Kalau ada apa-apa di jalan, langsung telepon gue. Oke?"

"Siap, Bos!" Sheril menarik kelima jarinya membentuk hormat.

Kemudian mereka berjalan menuju mobil Sheril, setelah memastikan gadis itu aman, Dewa kembali ke teman-temannya. Namun, baru saja ia duduk, lagi-lagi seseorang datang mengganggunya.

"Dewa!" Tidak hanya sang pemilik nama, namun juga semua orang yang ada di sana menoleh. Menatap ke arah gadis cantik dengan raut wajah geram menatap Dewa.

Dewa mendongak, menatap gadis itu dengan alis terangkat satu. Ah, iya, ini gadis yang tadi pagi menumpahkan kopi ke seragamnya.

"Maksud lo apa ngancurin motor gue?!"

"Cewek beneran yang punya!" Tama menyikut perut Bagus yang berada di sampingnya.

"Cakep, cuy," bisik Indra pada Reonaldo.

"Salah lo, kenapa parkir di tempat gue?" tanya Dewa dengan nada datar.

"Ya kan bisa lo pindahin aja! Ngapain sampai lo hancurin? Lo gantung di pohon mangga! Nggak waras lo!"

Dewa berdecak, cowok itu bangkit dari posisinya. Saat hendak menghampiri Starla, tarikan tangan Arjuna membuatnya berhenti. Ia menoleh pada Arjuna, kemudian cowok itu menatapnya. Seakan mereka berkomunikasi lewat telepati.

"Biar gue yang urus," ujar Arjuna. Cowok itu berjalan mendekati Starla, menarik gadis yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu menjauh dari sana.

Ketika dirasa sudah cukup jauh, Arjuna melepaskan tarikannya. "Lo yang punya scooter itu?"

"Iya!" jawab Starla dengan nada sengak, "tanggung jawab!"

"Maafin kelakuan temen-temen gue." Cowok itu menjulurkan tangannya, "gue Arjuna."

"Gue nggak peduli nama lo siapa. Gue mau lo semua tanggung jawab!"

"Oke, oke." Arjuna mengangguk, "gimana gue mau tanggung jawab kalau nama lo aja gue nggak tahu?"

"Starla, udah?" Gadis itu menatapnya sengak.

"Oke, Starla. Lo tunggu di sini, gue ngambil motor."

"Mau ngapain lo?" tanya Starla.

"Kita beli motor baru buat lo," jawab Arjuna.

"Gue nggak mau motor baru! Gue mau motor gue!" Kesal Starla.

"Mana bisa, udah ancur gitu. Beli baru aja, oke? Gue yang beli, tenang aja."

"Gue bukan orang susah, ya. Kalau gue mau, gue juga bisa nyuruh bokap gue beli sama dealer-nya!"

Arjuna menghela napasnya. "Terus, lo mau gue sama temen-temen gue harus gimana?"

"Rakit motor gue jadi utuh lagi!"

"Lo jangan minta sesuatu yang nggak mungkin, deh." Arjuna memijit pelipisnya, "lo belum tahu siapa kami?"

Starla menatap tajam Arjuna. "Gue tahu, sangat tahu," ujarnya penuh penekanan.

"Berarti, lo tahu kalau yang lo lakuin sia-sia, kan?"

Starla terdiam. Arjuna menggelengkan kepalanya. "Mending lo pergi dari sini. Ini bukan tempat yang cocok buat cewek. Lo sama aja bunuh diri kalau ke sini."

"Star, udah?" Kedatangan Natasya dan Larissa membuat perhatian Starla teralih.

"Bawa temen lo, jangan pernah nekat ke sini lagi." Peringat Arjuna sebelum ia pergi meninggalkan Starla bersama kedua temannya.

"Udah gue bilang, kan? Sia-sia," ucap Natasya seraya menyentuh pundak Starla.

Namun, bukannya sedih. Starla justru menarik seulas senyum. "Gue tahu apa yang gue lakuin."

*SCELUS*

Buat yang nanya siapa pemeran utamanya ....

Dewa
Dan
Starla

Tapi kok Dewa punya pacar?
Tapi kok Arjuna lebih ditonjolkan?

Jawabannya

Baca aja🤣!

Dewa : Scelus (Tersedia di Gramedia)Where stories live. Discover now