17

2.4K 238 21
                                    

"Katakan padaku, apakah kau akan menghindar dariku setelah ini?" Dimitri bertanya ketika ia mengemudikan mobilnya, membawa Jonathan untuk pulang. Sungguh ia tidak memiliki rasa malu untuk mengingat apa yang telah dilakukannya.

Jonathan menggeram, "Pikirkan itu dengan dirimu sendiri!" Sesungguhnya ia menjadi sangat marah sekarang, berada di satu waktu dengan Dimitri. Ia menolak dengan tegas tawaran laki-laki itu untuk mengantar kembali, namun sungguh bermuka tebal Dimitri denga berusaha membujukya, sekaligus mencuri bibir Jonathan di setiap kesempatan.

"Di mana urat malumu, huh?!" Jonathan kembali berbicara keras, "Tidakkah kau terlihat begitu murahan juga menjijikkan dengan selalu berusaha menciumku?"

Dimitri tertawa tertahan, sungguh tidak ada rasa penyesalan yang tampak di wajahnya, "Sayang, bukankah kau tahu jika aku sangat menyukaimu?"

Jonathan melotot, dirinya menjadi sangat mual mendengar seorang laki-laki memanggilnya dengan begitu mesra, "Pastikan itu ucapan terakhirmu! Jika aku mendengarnya lagi, maka pastikan itu menjadi akhir hidupmu!"

"Bagaimana itu menjadi yang terakhir, sedangkan kau terus menerus membuatku gila?"

Jonathan merinding, tidak menyangka jika seseorang di sampingnya begitu terobsesi, "Aku sungguh tidak tahu jika kau menjadi semakin menjijikan, Dim!"

"Tidakkah kau merasakan perasaan yang sama denganku?" Dimitri bertanya dengan keseriusan menyelimutinya.

"Tidak," jawab Jonathan langsung.

"Bagaimana kau menjawab dengan secepat itu? Tidakkah kau berpikir terlebih dahulu sebelum mengatakannya?"

"Mengapa aku harus berpikir? Bukankah jawaban itu sudah jelas?"

Dimitri terdiam, begitu pula untuk Jonathan, akhirnya mereka hanya duduk diam di balik kursi mobil hingga sampai ke rumah Bibi May.

Saat keduanya datang, hari sudah siang dan terlihat meja makan penuh dengan makanan, maka berbunyilah perut Jonathan karena memang ia belum makan sesuatu apapun, tetapi pertanyaan oleh dirinyalah yang ia tunjukkan di awal, "Apa kau membuat semua ini, Bibi?"

Bibi May keluar dari dapur, di tangannya masih terdapat dua mangkuk sup iga dan bola daging. "Aku baru saja mendapatkan keuntungan dari pekerjaanku, lagipula sudah cukup lama kita tidak makan hidangan yang enak, bukan?"

Bibi May memiliki kedai makanan yang selalu ramai, kebanyakan dari mereka adalah pekerja kantor, meskipun kedai itu kecil namun para pengunjung selalu datang hingga menyebabkan di antara mereka tidak mendapatkan tempat. Jonathan juga terkadang membantu untuk beberapa waktu.

"Apakah aku boleh ikut bergabung, Bibi?" terdengar dari laki-laki yang sungguh tidak tahu malu.

"Aih, lihat anak ini, mengapa kau begitu bodoh? Dimitri, kau sudah kami anggap sebagai keluarga, maka janganlah menjadi sungkan," Bibi May menepuk bahu Dimitri sambil tersenyum. "Ayo duduk, ambil tempatmu, biarkan orang tua ini yang akan menyiapkannya."

Jonathan menelan ludah dengan pahit ketika mendengar itu, dan saat ia melihat ke arah Dimitri, semakin menjadi mual karena laki-laki itu sedang mengedipkan sebelah matanya dengan tersenyum puas.

Bibi May, June, Jonathan dan Dimitri bersama-sama duduk dan makan dengan gembira, tidak ada percakapan yang berarti di antara mereka, hanya ada raut kesenangan yang menguar bersama bau harum makanan di meja. Tetapi, tiba-tiba June berhenti makan dan menatap Jonathan dengan sedih, melihat itu ibalah hatinya lalu bertanya, "Mengapa kau melihatku dengan mata sedih seperti itu, June? Kau ingin menceritakan sesuatu?"

Semua orang yang ada di meja makan menjadi terhenti, mereka melihat June yang hendak berbicara tentang sesuatu.

"Kau tahu, aku sedih saat ini," June kembali menunduk, "Kita akan berpisah, bukan? Aku tidak akan bertemu denganmu lagi."

Lascivious • I [SELESAI]Where stories live. Discover now