Prolog

349 47 43
                                    

"Mari kita akhiri ini."

Namja tampan yang tadinya sibuk menyesap kopi hitam pesanannya, kini mendongak. Menatap tepat pada manik mata
Namja mungil di depannya. 

"Beri aku alasan untuk aku bisa melepasmu!" Perintanya pada si namja mungil

"Aku mencintainya"

Helaan nafas keluar dari bibirnya.
"Apa kau yakin dengan keputusanmu Jinani?" Tanyanya dingin.

"Maafkan aku Jiwon, aku telah menghianatimu. Aku benar-benar mencintainya, dan aku tak ingin terlalu lama menyembunyikan hal ini. Jadi mari kita akhiri Jiwon. Kau akan menemukan sosok yang lebih baik dariku."  Jawab namja mungil yang di panggil Jinani. Sorot matanya menjelaskan betapa ia menyesal dan merasa bersalah.

"Baiklah jika itu maumu. Aku tidak bisa memaksamu. Terima kasih untuk 2 tahun kebersamaan kita. Dan aku harus pergi sekarang. See you next time, Jinhwan hyung"  jawabnya dengan penuh penekanan

Namja tampan bernama Kim Jiwon atau lebih akrab di panggil Bobby itu bangkit meninggalkan kekas- ahh tidak maksudnya mantan kekasihnya.

Jinhwan sendiri tetap diam memandang punggung yang kian menjauh darinya. Rasa bersalah kian menghantuinya, namun tak bisa ia pungkiri ada rasa lega dalam hatinya.

__________LOST and LOVE__________

"Katakan apa yang ingin kau katakan June-ya. Jangan diam saja kau membuatku takut, kau tahu wajah tegangmu itu sungguh menyera-

"Mianhe..."

Namja manis bernama Kim Hanbin yang sedari tadi mengoceh, menatap sosok namja jangkung didepannya dengat raut bingung. Ia mengerjabkan matanya.
"Untuk apa Jun? Kau kan tidak membuat kesalahan?" Tanyanya polos, yang membuat namja jangkung yang ditanya kian dilema.

"Maafkan aku Bin, aku telah menyakitimu untuk kesekian kalinya. Kau bisa memukulku Bin sepuasmu, aku memang brengsek aku pantas mendapatkannya."

"Kau bicara apasih Jun. Aku tidak merasa kau menyakitiku. Seharusnya aku berterima kasih karna kau mau menerimaku, disaat orang lain menja-."

"Aku menghianatimu Bin. Aku mencintainya bukan dirimu. Maafkan aku Bin. Pukullah aku! Aku memang brengsek."

Hanbin terperanjat, ia tidak tau harus berbuat apa. Dirinya tau cepat atau lambat ini akan terjadi.
Hanbin sadar dari dulu hanya ia yang mencintai June sepenuhnya. Menjadikan June prioritasnya.
Sedangkan June hanya mencintai seperlunya. Bahkan mungkin namanya berada di list prioritas June entah yang ke berapa? Tapi yang pasti bukan di list pertama.
"Ka.. kau mencintainya Jun?"

"Ya aku mencintainya Binnie, mian....mianhe...hiks"

Sakit memang, tapi mendengar isakan June membuat hanbin merasa bersalah. Junenya tidak boleh menangis, Junenya harus bahagia. Tak apa jika ia harus berpura-pura. Toh dari dulu hidupnya sudah dipenuhi dengan kebohongan.

"Ya! Kau kenapa menangis pabbo? Aku saja tidak menangis."
Tugasnya berusaha terlihat baik- baik saja sepertinya berhasil. Raut wajahnya tak menunjukkan kekecewaan. Tapi siapapun yang melihat sorot matanya akan tau bahwa ia sangat rapuh.

"Maafkan ak-"

Hanbin memotong ucapan June
"Berhentilah meminta maaf Jun, itu bukan salahmu. Tak apa, jika kau memang mencintainya biar aku yang berhenti Jun. Mungkin kita ditakdirkan untuk menjadi sahabat."

Hanbin melepas pelukannya dan memicingkan matanya curiga

"Kecuali kau juga berpikir untuk memutuskan persahabatan kita"

June melotot tidak suka
"Tidak Binnie, kau akan tetap menjadi bagian dari hidupku. Aku banyak berhutang padamu." June menyangkal tuduhan Hanbin

Hanbin tersenyum sinis
"Tentu saja kau memang punya banyak hutang padaku. Kau bilang akan membawakan aku banyak makanan lalu kenapa sekarang kau tidak bawa apa-apa?" Tanyanya sewot

June menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Ahh... aku lupa Bin. Atau kau mau aku membelikannya sekarang?" Tanyanya

"Ani... sudah malam Jun aku ingin tidur. Jadi lain kali kau harus traktir aku. Jangan lupa kenalkan aku pada kekasihmu Jun, aku kan sahabatmu. Awas saja kalau tidak aku akan marah padamu!" Ancamnya dengan bibir yang mengerucut.

"Kkkhe... Ne, jika ada waktu luang aku akan mengajaknya kemari Binnie. Ya sudah aku pulang dulu, jangan lupa kunci pintunya!"  Pamitnya. Ia beranjak dari duduknya yang di ikuti si pemilik rumah.

Sesampainya di depan pintu, June berbalik. Mengulurkan tangannya sekedar untuk mengusap rambut milik namja manis didepannya.

"Jagalah dirimu Bin!"- karna aku tidak tau apa aku akan sering kemari-lanjutnya dalam hati.

Cup

Satu kecupan mendarat di kening Hanbin, lalu pelukan hangat yang dulu terasa nyaman kini terasa menyesakkan seakan semuanya menjadi salam perpisahan.

"Sampai jumpa Jun, aku akan merindukanmu" ucap Hanbin setelah melepas pelukannya.Dan tersenyum.

Lalu ia kembali kedalam rumahnya dengan segudang rasa sakit.
Hanbin tidak tau jika semuanya terasa semenyakitkan ini. Hanbin kira ia sudah terbiasa dengan semua rasa sakit karna kebohongannya pada orang lain. Jujur ia tidak ingin berpura-pura. Namun ia telah kehilangan kendali dirinya sendiri, bahkan hanya sekedar untuk mengekspresikam rasa sakit dihatinya. Ya, karena ia terlalu terbiasa dengan kata "Tak apa, aku baik-baik saja"

__________LOST and LOVE_________




Hohoho .. aku nggk tau nulis apa ini. Ff pertama yang aku buat dan pasti enggak jelas.

Tapi ya udahlah dari pada jadi bisul, mending aku tuangin lewat ff ini. Kalo ada yang baca ya syukur kalo kagak ya sebodo amat muehehe....

Udah ahh bacodnya aku mau pulang ke dunia nyata

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOST and LOVE( Double B )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang