Sekali lagi; Taehyung membenci Jeongguk.

Sejak dua tahun yang lalu, dimana Jeongguk mengatakan "Kita akhiri saja" tanpa alasan, membiarkan Taehyung menangis, berjalan pergi dengan dinginnya, mereka adalah orang asing.

Atau mungkin, lebih tepatnya, jikalau mereka berkata tanpa kebohongan dari hati; mereka orang asing dengan segala kenangan yang terlewati, dan kini mencoba melupakan segalanya, walau mereka tau kenangan itu sudah melekat pada relung dan ikut berdetak disetiap detik detakan nadi.





[] [] [] []





"Bisa berhenti menatapku selama pelajaran berlangsung?" Taehyung mengeluh, kedua tangan tersilang dengan mata jengah menatap pemuda Jeon.

"Percaya diri sekali," Katanya, melontarkan senyuman kecil pertanda sinis kepada Taehyung, "Aku bisa meyakinkan bahwa aku menatap luar jendela," katanya lagi.

"Halah," Taehyung, sekali lagi, mengeluh, dengan mata yang terbawa memutar, "alasan."

"Kau menuduh, itu pembelaanku," Jeongguk membela dirinya, "lagipula," katanya, seraya berdiri dari posisi duduknya, dihadapan Taehyung ia kembali melanjutkan, "memangnya siapa kau mengatur mataku? Mataku berhak untuk melihat apapun yang aku mau."

Dengan posisi seperti ini, Taehyung bisa lihat perbedaan tinggi keduanya setelah tahun tahun berlalu. Tak jauh berbeda, tapi Taehyung bisa pastikan dirinya sedang sedikit mendongak untuk menatap pemuda Jeon itu kali ini, "cih."

"Selalu saja," Jeongguk bergumam pelan.

"Apa?"

"Mendecih."

"Urusanmu?" Taehyung setengah berteriak, tangannya diam diam terkepal, guratan dahi sekarang tampak terlihat dengan alis yang menyatu. Sedangkan, pemuda Jeon menatapnya dengan jengah, beberapa detik ia palingkan wajah, kemudian kembali menatap Taehyung yang sudah dulu menatapnya nyalang.

"Lihat? Kau paham sekarang?"

"Apa?"

"Mulutmu berhak berkata demikian, lalu mataku, apa yang kau ambil pusing?"

Taehyung menarik satu sudut bibirnya, tawa miris terdengar pelan dan sesaat, "berbeda. Mulutku berkata demikian namun aku yakin tak ada yang dirugikan dalam hal ini."

"Lalu, aku yang menatap luar jendela itu merugikanmu?"

Alasan yang tak berubah.

Katakan, ada setidaknya lima jendela yang mengarah pada suasana luar sekolah, mengapa Jeongguk memilih yang pertamaㅡdimana bangku Taehyung berada?

Katakan, mengapa Jeongguk perlu memalingkan mata kala Taehyung dengan tidak sengaja (kadang Taehyung benci ketidak sengajaan yang berujung terpaksa) bertemu dengan maniknya? Taehyung bisa lihat, mata itu dengan sekejap berkedip, kemudian dengan kacaunya, ia memfokuskan pada objek lain.

"Itu menggangguku."

"Kau tampak membenciku sejak langkah pertamaku masuk kesini, Taehyung."

Aneh. Kalau Taehyung boleh jujur, aneh rasanya bagaimana namanya tersebut sekali lagi oleh bibir pemuda yang ia benci.

Tanpa memikirkan lebih jauh (manusia memang sering bertindak lebih dulu daripada memikirkan hal kedepannya), Taehyung berkata;

"Percayalah, aku sudah membencimu sejak dua tahun yang lalu."

Kalau boleh jujur, lagi, ia sendiri mengerjap. Matanya berhenti sesaat, lupa berkedip; perasaannya absurd. Padahal, sebenarnya tidak ada yang salah. Iya, dia benci Jeongguk, namun ada yang kacau darinya kala berkata demikian. Ia tidak tau apa, bagaimana, dan mengapa.

FATE, TIME, DISTANCE. / KVWhere stories live. Discover now