Mine

53 7 0
                                    

"Hyuka mau sarapan apa?" Kamu menggulung kemejamu beberapa sentimeter lalu mengenakan celemek kuning yang tergantung disebelah wastafel.

Pemuda tujuh belas tahun itu hanya terdiam, ia membolak-balik halaman majalah diatas meja makan dengan ekspresi kecutnya, nampak sekali kalau ia sengaja mengabaikanmu.

Tapi sekecut apapun itu, bagimu Huening Kamal Kai tetap terlihat manis hingga kamu tidak pernah tega marah padanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tapi sekecut apapun itu, bagimu Huening Kamal Kai tetap terlihat manis hingga kamu tidak pernah tega marah padanya.

"Ada apa hem? Apa mau delivery order saja?" Ucapmu mengalah.

Pemuda itu menggeleng.

"Kakak kemarin malam kencan sama kak Yeonjun kan?" Cicitnya dengan nada rendah yang terdengar kecewa ditelingamu. Kepalanya menunduk tak berani menatapmu barang sedetik saja.

Bahkan saat ini saja ia yang tengah ngambek terlihat begitu menggemaskan.

"Eh? Bocah ini tau dari mana?" Tanyamu seraya menarik kursi dan duduk tepat bersebrangan dengan Kai.

"Sudahlah jangan bohong,"

Kali ini kamu bisa melihat dengan jelas kalau 'Hyuka' kesayanganmu itu benar-benar marah. Ia menatapmu dengan intens, terasa seperti sedang diadili. Kamu penasaran. Kenapa gerangan dengan si imut yang mendadak berubah begini.

"Kami nggak kencan kok, cuma makan malam biasa, memangnya kenapa?"

Hueningkai masih mengintimidasimu seraya menyilangkan tangannya didada.

"Kalau begitu jangan pernah temui kak Yeonjun lagi. Ah, kak Soobin juga. Jauhi mereka semua,"

Kamu melongo, sedikit terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut seseorang yang selama sepuluh tahun telah kamu anggap seperti adik sendiri. Tiba-tiba ia mengatur kehidupanmu, jelas kamu tidak suka hal itu. Apalagi ia melarangmu bertemu dua sahabat dekatmu.

"Yak! I do what i love to do, don't you dare rule my live young man!"
Bentakmu, kemudian pergi menuju kamar tamu, tempatmu biasa beristirahat di apartemen Hueningkai.






Sudah satu jam lamanya kamu mengurung diri. Raut wajah Hueningkai saat kamu memarahinya masih terekam jelas dimemorimu dan rasa bersalah tiba-tiba menyelimutimu. Memang benar kalau kamu paling tidak bisa marah pada pemuda itu. Padahal temanmu di kampus kerap kali meledekmu 'iblis betina' setiap kali tempramenmu kumat karena masalah sepele.

Sesak yang kamu rasakan tiap kali mengingatnya akhirnya membuatmu beranjak dari ranjang.

Baru saja kamu membuka pintu kamar dan langsung disambut dengan tubuh bongsor Hueningkai yang nampak kikuk dengan tangan mengepal diudara. Tampaknya sedari tadi ia berusaha mati-matian untuk mengetuk pintu kamarmu, tapi tak berani jua.

Setelah terdiam selama beberapa detik dengan keadaan canggung. Wajah polos Hueningkai yang nampak lesu dan resah menganggu batinmu. Tak bisa menahannya lebih lama lagi, kamu pun bersuara lebih dulu.

"Maaf," lirihmu seraya menatapnya lembut.

Hueningkai menggigit bibirnya pelan, degup jantungnya semakin tak karuan setelah mendengar permintaan maafmu. Akal sehatnya berusaha keras untuk tak memelukmu. Tapi kalah begitu saja dengan hasratnya untuk membawamu kedalam dekapannya.

Kamu sekali lagi terkejut dengan sisi lainnya. Tapi tak bisa mengelak hangatnya torso Hueningkai. Kamu tak ingat kapan terakhir kali dipeluk dengan begitu hangatnya. Tak ingat sejak kapan seorang Hueningkai tumbuh dewasa.

"Aku sayang sama kakak," bisiknya lalu menenggelamkan wajahnya diceruk lehermu dan kamu membiarkannya.

Meskipun kamu tidak pernah membayangkan akan tibanya hari ini
Meskipun kamu tau semua ini salah
Tapi perasaanmu tetap saja berbunga-bunga.

Tidak ada yang perlu kamu tahan lagi

Tidak ada yang perlu kamu tutup-tutupi lagi

Kamu dan Hueningkai selama ini saling mencintai. Debaran dan candu yang kamu rasakan selama ini, ternyata juga dirasakannya.

Otakmu selalu berkata tidak dan jangan. Tapi hatimu berkhianat. Jemarimu yang tengah mengelus lembut rambut ikal Hueningkai adalah buktinya. Pemuda itu mengeratkan pelukannya.

"Jawab aku, jangan buat aku menunggu .." bisiknya sekali lagi. Memang dasar bocah tidak sabaran.

Kamu memejamkan matamu sebentar, lalu menarik napas pelan.

"Ayolah, kita sudah tinggal bersama selama lima tahun,"

"Kamu pasti tau jawabanku,"

-End-

Aaaaaa readers tersayang, maafkan diriku yang membuat mini ff ini. :((
Ya maklum aku lagi ngebucinin si Hueningkai ini. Mon maap yak jadi tersalurkan di wattpad deh.

Tapi doi tuh gemesin banget :"(
Perpaduan tipe idealku banget visualnya, ga terlalu kekoreaan & rada mix bule.
Tenang aja yeorobun, diriku ga lantas berprinsip "dedek gemes is mine" hehe.

Review dan komennya juseyo~
Menerima kritik dan saran yang membangun juga💛💛

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 13, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ain't Your Brother|HUENINGKAIWhere stories live. Discover now