bagian 2

25 3 1
                                    

bagian 2

Perjalanan menuju Hotel Cymosa ternyata memakan waktu yang cukup lama. Kabut pun semakin menebal, seiring dengan udara dingin yang semakin terasa menusuk. Mereka sampai di hotel itu saat hari sudah menjelang sore. Ternyata hotel itu memang terletak jauh dari kota, berukuran cukup besar, dan berada jauh di atas gunung. Agak sulit dibayangkan bagaimana hotel sebesar ini bisa berada di tempat yang terpencil seperti ini.

Murakami-san memasukan bus yang dia kendarai dengan hati-hati. Jalanan di sana agak menanjak dan cukup sempit. Murakami-san memang supir yang luar biasa karena dia berhasil menguasai medan sesulit ini.

Setelah memastikan kendaraannya sudah terparkir dengan aman, Murakami-san segera membukakan pintu. Dengan sopan dia juga mengantarkan para tamunya berjalan menuju pintu depan hotel.

Mungkin hanya Suguru dan Yuki saja yang tidak terkejut saat melihat rupa Cymosa Hotel. Bangunan ini memang memiliki arsitektur mewah ala era Victoria. Namun yang tampak kontras dengan semua kemewahan itu adalah kesan angker yang terpancar. Bangunaannya sangat tidak meyakinkan untuk sebuah hotel, bahkan catnya saja sudah kusam. Semakin mempertegas kesan kuno dan menyeramkan.

Tidak jauh dari pintu depan Cymosa Hotel yang terbuat dari kayu, berdirilah tiga orang staff hotel yang sudah menunggu. Uniknya, mereka semua wanita dan tampak berusia sedikit lebih tua daripada Sachiko dan Rei.

“Tuan dan Nona, selamat datang di Cymosa Hotel. Saya adalah manager di sini, sekaligus yang bertanggung jawab atas tempat ini. Nama saya Mizuno Youko, kalian bisa memanggilku Youko. Selama empat hari ke depan, saya dan yang lainnya akan melayani Anda sekalian..”

Wanita yang bernama Mizuno Youko itu tampaknya lebih tua daripada Sachiko ataupun Rei. Dia tampak menarik dengan setelan blazer dan celana panjang formalnya, dan memiliki potongan rambut bob yang cukup modis.

“Sedangkan yang berdiri di samping saya ini adalah Torii Eriko, dialah yang akan bertugas sebagai chef dis ini. Anda sekalian bisa meminta order khusus jika memiliki alergi dengan makanan tertentu.”

Youko menunjuk ke arah wanita berambut coklat yang berdiri persis di sampingnya. Eriko mengenakan pakaian ala koki, namun tidak mengenakan topi panjang yang khas itu. Dia memilih untuk menggunakan bando dan memamerkan dahinya yang lebar.

“Lalu jika anda memerlukan bantuan, Anda semua bisa memanggil saya ataupun nona Toudo Shimako. Kami siap untuk membantu Anda selama menginap di sini..”

Toudo Shimako juga berdiri di samping Youko. Dia tampaknya lebih muda, mungkin berusia sama dengan Yumi dan Yoshino. Shimako sendiri berpakaian ala gothic Lolita dan membiarkan rambutnya yang berombak tergerai. Namun dengan pakaian seperti itu, ditambah dengan wajahnya yang seperti boneka porselen dan tatapan mata yang sayu itu, mampu membuat siapapun yang melihatnya merinding.

Suguru kemudian memperkenalkan dirinya, dan juga rombongan yang dia bawa. Perkenalan berlangsung singkat dan setelahnya barulah para staff hotel itu, dibantu dengan Murakami-san, membawakan koper para tamu mereka. Youko yang bertugas sebagai pemandu dan mengajak Suguru serta yang launnya untuk masuk ke dalam hotel. Ternyata dia sudah menyiapkan kunci-kunci kamar, dan segera membagikannya.

Kali ini, Sachiko tidak dapat menahan rasa penasarannya. Sejak tadi, dia sudah menyadari bahwa tidak ada tamu lain yang juga menginap di sini. Hotel ini tampak teralu besar untuk tamu sesedikit ini.

“Youko-san, di manakah tamu lainnya?”

Mizuno Youko tersenyum. Ini bukan pertama kalinya dirinya mendapai pertanyaan seperti ini.

“Ogasawara-san, hanya anda berenam saja tamu kami saat ini. Kami hanya menerima satu rombongan saja untuk setiap minggunya. Maksimal hingga 30 orang. Tetapi kami juga menerima seorang tamu juga. Kami membatasi 1 rombongan untuk setiap minggunya, tidak lebih.”

Mendengar jawaban Youko itu, Sachiko dan yang lainnya segera maklum. Tampak bahwa hotel ini begitu privat, tetapi terasa teralu tertutup dan menyeramkan.

Kesan menyeramkan ini sulit untuk dilepaskan oleh para tamu yang baru saja datang itu. Hampir seluruh interior di dalam hotel ini merupakan ukiran atau patung kayu yang menggambarkan mahluk-mahluk menyeramkan dalam mitologi Eropa. Belum lagi sederetan lukisan-lukisan minyak yang dilukis dengan gaya dan pemilihan warna yang tidak kalah membuat merinding.

“Kakekku yang memiliki hotel ini sangat menyukai lukisan minyak. Dia begitu tergila-gila sehingga menghiasi hampir seluruh dinding dengan lukisan,” kata Youko seakan-akan bisa membaca pikiran para tamunya.

“sebetulnya, beliaulah yang memiliki Cymosa. Dia membeli hotel ini pada tahun 50an, namun malah membiarkannya kosong. Hingga kemudian baru mengoperasikannya kembali sejak dua tahun yang lalu. Beliau juga yang menunjuk diriku untuk menjalankan hotel ini. Dia juga yang memilih agar hotel ini berarstitektur Eropa.”

“Lalu mengapa kakekmu baru mengoperasikan hotel ini sejak dua tahun yang lalu? Apa yang terjadi sebelumnya di sini, Youko-san?”Sachiko berusaha memancing lebih banyak informasi. Mungkin saja Youko bercerita tentang ‘white killer’ itu.

“Hmm, bukan karena alasan keuangan atau karena bangkrut. Kakek teralu sibuk mengurus usahanya yang lain yang jauh lebih besar. Baru setelah diriku lulus dari sekolah manajemen dan perhotelanlan, beliau ‘mewariskan’ Cymosa kepadaku.”

Melihat peluang ini, Suguru segera memanfaatkannya. Mungkin saja dia bisa langsung bertanya tentang ‘white-killer’.

“Youko-san, lalu bagaimana dengan cerita ‘white killer’ yang terkenal itu? Konon katanya dia masih bergentayangan di suatu tempat dalam Cymosa ini..”. Pertanyaan Suguru sangat tepat sasaran, tidak teralu bertele-tele.

Mendengarnya, Youko tidak bereaksi sama sekali. Air mukanya datar dan tampak tidak teralu bersemangat untuk menjawabmya.

“Tidak ada white killer di sini. Selama dua tahun ini aku tidak pernah meninggalkan hotel, dan tak sekalipun aku melihatnya. Namun para tamu kami selalu mengklaim bahwa mereka pernah melihat sosok white killer itu. Aku katakan saja; mereka Cuma berimajinasi.”

Jawaban Youko tidak menenangkan ataupun memuaskan seorangpun. Namun, untuk saat ini, tidak ada yang berniat untuk menanyakan lebih lanjut. Setelah menjawab pertanyaan Suguru, Youko terdiam. Dia baru kembali berbicara saat mereka sudah sampai ke depan pintu kamar.

“Di depan ini adalah kamar Ogasawara-san dan Fukuzawa-san. Sedangkan persis di sampingnya adalah untuk Hasekura-san dan Shimazu-san. Untuk Kashiwagi-san dan Fukuzawa-san, kamar anda ada di seberang.”

“Baik kasur ataupun selimut sudah disiapkan. Selain itu, tas dan segala barang bawaan Anda semua sudah sampai. Selamat beristirahat.”Youko segera berlalu setelah menyelesaikan kalimatnya itu.

“Tas kita sudah sampai? Aku tidak melihatnya dibawa tadi. Kita bahkan tidak berpapasan dengan Torii-san ataupun Murakami-san, dan seorang lagi yang wajahnya seperti boneka itu. Mereka kan yang membawakan tas kita tadi?” kata Yuki agak sedikit kebingungan.

“Eh, tapi tasnya memang sudah ada, Yuki-kun,” kata Yoshino setelah dia menengok ke dalam kamarnya. Tas yang dia bawa sudah duduk dengan manis di dekat ranjang.

“Hah? Kapan mereka membawanya?”Yumi mulai agak sedikit ketakutan.

“Oh, ayolah. Hotel ini besar, pasti ada jalan khusus staff sehingga kita tidak berpapasan dengan mereka.”Jawab Rei dengan cepat.

“Tidak ada yang aneh atau menyeramkan. Ini hanya hotel tua yang luas. Jangan berpikiran teralu aneh!”Sachiko mulai melirik Suguru. Dia tahu persis bahwa sepupunya ini akan segera mengatakan sesuatu yang mungkin akan menakutkan.

“Yah… karena Sac-chan sudah berkata seperti itu.. Mari kita masuk dan beristirahat sejenak. Tidak ada yang perlu ditakutkan, setidaknya untuk saat ini..” Suguru cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya, sebelum Sachiko atau Rei memprotesnya kembali.

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Sep 10, 2014 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

The Curtain of Cruelty (Cymosa Mansion)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu