Dia Memang Mengejar Kita

0 0 0
                                    

Pagi ini awan terasa cukup gelap untuk memulai hari. Bunyi gesek dedaunan semakin terdengar nyaring seiring dengan tiupan angin kencang yang menerpa tubuhku. pagi ini sangat dingin gumamku. Hijaunya pepohonanpun mulai berubah dengan bangunan bangunan tinggi perkotaan. Yap! Rumahku memang berada didekat taman kota pusat. Aku hidup sendirian disana, aku memang terbiasa untuk hidup sendirian. Ayahku tidak diketahui keberadaannya jauh sebelum aku lahir, sedangkan ibuku telah meninggal semenjak aku beranjak ke SMA, dua tahun lalu. Aku mulai menjalankan motorku dengan kecepatan sedang.

Dering bell sekolah mulai terdengar nyaring ketika aku sampai didepan gerbang sekolah. yess!!! pas sekali kataku, biasanya aku selalu terlambat karena letak rumahku yang cukup jauh, sedangkan aku sendiri tidak memiliki uang yang cukup untuk mengontrak didekat sekolah. Aku menuju kearah gedung hijau dan sesegera mungkin naik kelantai dua. Melangkah sedikit, dan sampailah didepan pintu ruang XII MIPA 3.

Pukul 04.00, dering bell sekolah mulai terdengar kembali pertanda waktu pulang telah tiba. Akupun segera mengambil tas dan beranjak pergi dari kelas.

mau ikut Rin?tanyaku pada Arina

Arina adalah sahabatku sejak lama. Aku selalu sekelas dengannya semenjak SD, yah sangat lama mungkin karena itulah kami bisa berteman baik dan rumah kami juga searah.

Mau dong Dit balasnya.

eh btw aku punya obat nih buat ngilangin bekas luka kamu dit, mau?katanya padaku. Aku memiliki bekas luka melepuh di tangan kananku dan berukuran sangat besar yang kudapat entah dari mana tapi kata ibu luka ini adalah hasil dari kejahilanku ketika kecil dahulu.

enggak usah Rin thanks ya, soalnya luka ini udah jadi semacam ciri khasku

. eh kayaknya awannya makin gelep, tp kok nggak turun hujan ya? kataku bingung.

banyakan mikir kamu dit, dari dulu kan emng kayak gini balasnya.

akupun segera menjalankan kembali motorku bersama dengan Arin. Satu dua persimpangan kami lalui, dan kami mulai memasuki daerah perbukitan.

Ketika itu aku sekilas mendengar bisikan halus ArinDit coba liat awan disana sambil menunjuk jauh kearah awan disebelah kanan kami yang berjarah sekitar 1 km.

Ya, aku juga melihatnya!. dibalik awan tersebut ada kilasan cahaya panjang yang bergerak cepat bagaikan naga yang mengejar mangsanya. Sekilas mirip petir, tetapi cahaya itu tidak bergerak zigzag bak petir, namun iya seakan memang mengejar sesuatu. Instingkupun bereaksi, dengan mempercepat laju motor kami.

oke dia memang mengejar kita!kataku cemas,

Mystery HumanWhere stories live. Discover now