Bab 7

2.2K 280 16
                                    

Aroma biji kopi yang dimasak berbaur mengelilingi ruang kafe. Desisan uap sesekali terdengar bersama alunan musik jazz. Kedai kopi siang itu tidak terlalu ramai, mengingat jarum jam masih dibawah angka dua belas. 

Di sudut ruang berdinding karamel, Naruto duduk dengan ponsel ditangan. Pria itu kali ini memakai kaos oblong dengan kerah bebentuk 'v' berwarna hitam yang melekat pas pada tubuhnya, serta celana jenis ripped jeans berwarna biru dongker.

Pengunjung wanita yang duduk tak jauh darinya, sesekali melirik dengan semburat merah. Siapa yang tidak terpesona pada pesona lelaki pirang itu? ketika penampilan Naruto bagai sebuah patung yang dipahat sempurna. 

Suara lonceng di pintu masuk terdengar. Seorang gadis manis berambut panjang dengan manik rembulan terlihat. Hanabi menelisik sekitar dan saat menemukan sosok Naruto, ia segera menghampiri. 

"Hei! maaf membuatmu menunggu." Hanabi menyapa setelah ia duduk di depan Naruto. 

lelaki pirang itu mendengkus pelan, "Apa tidak apa-apa kau melewatkan kelas pagi?"

"Tidak masalah, toh..., sebentar lagi aku akan mulai magang." Hanabi mengangkat tangan , memanggil seorang pelayan untuk memesan minuman. "Jadi, bagaimana kemajuan hubungan kalian berdua? kalian sudah saling suka? pacaran? atau malah sudah melakukan hubungan lebih?" Hanabi memburu dengan rentetan pertanyaan. 

Naruto tertawa hambar, bagaimana bisa gadis ini berpikir sejauh itu? jangankan saling suka, jadi teman saja masih belum ada tanda-tanda.

"Kakak perempuanmu itu wanita yang sulit ditebak dan sulit didekati." Naruto menyesap kopi hitam yang mulai mendingin. Rasa pahitnya menyebar dalam mulut dan membuatnya tersenyum tipis. "Dia wanita yang menarik."

Hanabi menatap pria itu lekat-lekat, ada yang salah di sini. "Kalian masih belum akrab?" tebakan itu terjawab begitu Naruto menghela napas pelan. "Kau melakukan hal yang sudah aku beritahu, bukan?"

"Mendekatinya dengan sikap sopan namun santai, berbicara sedikit dan lebih banyak bertindak, tidak mendekatinya dengan agresif maupun memberinya kata-kata manis?" Naruto mencoba mengulang apa saja yang Hanabi ingatkan padanya dulu. "Seingatku itu semua sudah aku lakukan," dustanya. 

Ayolah, sejauh ini Naruto selalu mendekati perempuan dengan rayuan dan tindakan manis. Ia tidak mengerti mengapa Hanabi menyuruhnya untuk mendekati Hinata dengan sikap yang agak dingin seperti itu. 

Alis Hanabi turun, ia menatap pria itu penuh curiga. "Kalau kau benar melakukannya, mengapa aku tidak mendengar satupun hal tentangmu dari Nee-chan?"

"TIdak ada satupun?" Naruto memicingkan mata. 

Hanabi menggeleng dengan polosnya, "Ia malah lebih banyak bercerita tentang seorang duda di tempatnya bekerja." 

"Duda?!" mata biru itu membulat, lalu ia terdiam sejenak. "Kau yakin Hinata belum pernah menikah sebelumnya?"

Sebuah cubitan Naruto terima, laki-laki itu mengaduh pelan. Hanabi memberinya cubitan keras di lengan. 

Mata peraknya menatap nyalang pemuda itu, "kau kira nee-chan seorang janda?!"

"A-aduh! oke, oke! aku salah!" Naruto berusaha melepaskan tangan Hanabi. "Itu karena aku tidak menyangka Hinata tertarik pada seorang duda."

Hanabi akhirnya melepaskan cubitannya, tatapan matanya berubah sendu. "Kau akan tahu alasannya, ketika nee-chan telah mempercayaimu sepenuhnya."

Pria itu memandang Hanabi tak mengerti. Mengapa begitu banyak hal yang sulit dipahami. Sebenarnya seperti apa sosok Hyuuga Hinata sebenarnya. Bukankah dia hanya seorang wanita yang tidak tertarik menikah?

Gamophobia Love Story [NARUHINA]Where stories live. Discover now