"Kali ini, kumohon terimalah," bisik Jaehyun serak, kemudian menyimpan kotak tersebut pada saku jasnya.

=***=

"Selamat datang, budak kapitalis."

Jaehyun tertawa atas sebutan Doyoung padanya. Ia meraih pinggang Doyoung yang masih menatapnya kesal, kemudian mencium pipi kekasihnya itu lama.

"Sudah malam masih saja galak." Jaehyun berucap tanpa menjauhkan bibirnya dari pipi Doyoung.

"Bagaimana tidak kalau kau masih saja merusak tubuh dengan lembur hingga tengah malam." Doyoung menjawab disertai dengan satu dengusan. Ia lalu memajukan tubuh, memeluk Jaehyun dan menyandarkan dagunya pada pundak yang lebih muda.

"Duduk di atas kursi selama seharian penuh tidak baik untuk tubuh. Aku sudah mengatakannya padamu 'kan?"

Jaehyun hampir saja mendengkur. Kehangatan tubuh Doyoung, juga aroma vanilla lembut yang mengalir ke Indra penciumannya membuat Jaehyun nyaman. Lengannya otomatis melingkar di pinggang Doyoung, menarik Si lelaki Kim mendekat, lantas menjatuhkan batang hidungnya di ceruk leher lelaki itu.

"Tidak akan kulakukan lagi. Maafkan aku."

Dan ada keheningan nyaman yang mengisi unit apartemen Jaehyun setelahnya. Berlangsung selama beberapa detik, sebelum Doyoung melepas kekehan pelan. Membuat kelopak mata Jaehyun yang nyaris menutup terbuka kembali.

"Kita tidak akan diam di sini sampai pagi 'kan?" Satu tangan Doyoung menelusup di antara helaian rambut Jaehyun, mengacaknya lembut. "Aku tahu kau lelah. Cepat mandi, lalu kita istirahat."

'Kita' yang terucap dari mulut Doyoung membuat dada Jaehyun segera dialiri rasa hangat. Ia mengecup pelipis sang kekasih singkat, sebelum mengurai pelukan dan bergerak mundur selangkah, melontarkan senyum lebar pada Doyoung.

"Sebelum itu, aku mau memberikan sesuatu padamu," Jaehyun melayangkan satu kecupan pada pelipis Doyoung, lalu memutar tubuh sang kekasih dan menggiring punggungnya menuju dapur, tidak memedulikan tatapan penuh tanya yang Doyoung arahkan padanya.

"Ada apa sih, Jae?" Doyoung merengek, kendati tetap menurut kala Jaehyun menekan bahunya lembut, mendudukannya di atas salah satu kursi makan.

Senyum semakin merekah di bibir Jaehyun. Mengedipkan sebelah mata sebagai jwaban non-verbal. Dan tanpa berkata apa-apa lagi, ia berlalu meninggalkan dapur.

Sementara Doyoung menatap direksi kepergiannya dengan kening mengerut bingung. Dalam hati bertanya-tanya, apa yang sedang menggelayuti pikiran Jaehyun hingga ia bersikap sok misterius seperti itu.

Mengangkt bahu, Doyoung pun memutar punggungnya kembali ke depan. Baru saja hendak menjangkau segelas air di atas meja, mendadak lampu di seluruh ruangan padam. Tubuh Doyoung seketika terpaku, matanya mengerjap-ngerjap, berusaha menyesuaikan retinanya dengan kegelapan.

"Jae!" panggil Doyoung keras, panik. Tidak ada sahutan, dan hal itu membuat dadanya segera dialiri perasaan tidak nyaman.

"Jaee!" panggil Doyoung lagi. Masih nihil. Alisnya menekuk cemas. Ia tidak takut, sungguh. Tapi gelap dan sunyi yang tiba-tiba seperti ini jelas membuatnya paranoid.

Mendecak keras, Doyoung kemudian bangkit dari kursi. Berniat untuk pergi mencari Jaehyun ketika suara yang amat dikenalinya merasuki gendang telinga dengan desibel rendah. Sontak, tubuhnya pun membeku.

"Happy birthday, Kim Doyoung."

Dan bersamaan dengan itu, sosok Jaehyun menyeruak masuk dari pintu belakang, membawa sekotak kue besar di tangannya yang berhiaskan dua batang lilin. Membentuk angka dua puluh empat. Terpaan cahaya dari pucuk lilin tersebut membuat Doyoung mampu melihat senyum lembut kekasihnya, disertai lesung pipi khas pria itu.

"J-Jaehyun?" ucap Doyoung lirih.

Nyanyian lagu 'happy birthday' masih mengalun dari mulut Jaehyun dengan nada rendah, sementara Doyoung hanya bergeming di tempatnya berdiri. Matanya melebar, mulutnya terbuka sedikit, menampakkan ketidakpercayaan pada wajah manisnya.

"—happy birthday to you."

Jaehyun menghentikan langkah ketika sampai di hadapan Doyoung. Senyum lembut yang menyiratkan kasih sayang masih tampak di bibirnya. Tangan lelaki itu terulur, menyodorkan kue di tangannya pada Doyoung lalu berucap pelan, "selamat ulang tahun, cintaku."

Kim Doyoung menurunkan pandangannya pada kue yang berada di tangan Jaehyun. Setelahnya, pupil lelaki itu bergetar.

Karena tulisan yang tertera pada kue itu, mebentuk kalimat "would you marry me?" alih-alih ucapan "happy birthday to you".

Doyoung mengangkat pandangannya kembali. Lantas, ia mendapati Jaehyun yang menatapnya dalam—namun, ada sorot kecemasan juga di sana.

"Jadi, bagaimana?" Jaehyun bertanya dengan suara serak, membuat Doyoung merasakan hatinya mencelos. "Ini ... Sudah yang kelima kalinya, hyung."

Kali kelima, Jaehyun melamar Kim Doyoung. Karena empat percobaan sebelumnya, lamaran Jaehyun berakhir dengan penolakan.

Tiga detik berlalu tanpa adanya jawaban. Dan tiap milisekonnya memberi rasa sesak yang terus bertambah di dada Jaehyun.

Jika Doyoung menolaknya lagi, maka—

Kerisauan Jaehyun berakhir sampai di sana, ketika dilihatnya Doyoung tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Lilin yang menjadi satu-satunya penerangan di dalam unit apartemen itu pun padam saat Doyoung meniupnya, seakan meluruhkan pula kegelisahan Jaehyun.

"Aku bersedia, Jae." Doyoung berkata dengan suara pelan, namun tegas. "Aku bersedia. Ayo, kita menikah."

Jaehyun merasa pandangannya memburam karena air mata. Dengan cepat, ia meletakkan kue yang membebani tangannya ke atas meja. Membawa Doyoung ke dalam rengkuhan erat, dan membenamkan wajahnya pada bahu lelaki itu.

"Terima kasih, hyung." Jaehyun menggumam di atas bahu sang kekasih. Ia memeluk Doyoung begitu erat, hingga tubuhnya terangkat dan kakinya melayang di udara. Setelahnya, Jaehyun berucap dengan diselingi oleh isakan, "sungguh, terima kasih. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Aku mencintaimu."

Dan Doyoung turut merasakan dadanya membuncah oleh rasa haru. Membiarkan air mata jatuh membasahi pakaian Jaehyun. Balas memeluk pria yang dalam beberapa waktu ke depan akan berganti status menjadi suaminya itu.

Lalu, setelah menit-menit penuh haru, dan pelukan mereka terlepas, Jaehyun mengernyit heran mendapati wajah Doyoung menampakkan ekspresi kesal—sekaligus geli.









"Tapi Jae, ulang tahunku ... Masih dua hari lagi."

=End=


Aku lupa ternyata masih nyimpen ini di draft astaga :')

💕💕 Anyway, happy birthday my dearest Kim Doyoung. Please be happy, wherever you are. Thank you for being born. Thank you for letting the world hear your beautiful voice. 💕💕

Bhay, aku hiatus lagi wkwkwk.

Flaw of the Perfect || jaedoWhere stories live. Discover now