SEKAR - 4 (END)

37 4 0
                                    

Gelap .

Aku tak dapat melihat apapun.

Seketika suasana beruba dan menjadi sangat tak bersahabat. Aku sangat takut namun penasaran. Dengan tiba-tiba aku berdiri didepan sebuah rumah. Aku tak mengenali rumah itu.

Dengan rasa penasaran dan ketakutan, aku mencoba masuk ke rumah itu dan melihat isi rumah itu. Aku masih saja melihat wanita itu menangis. Dia menangis dengan duduk di kursi kayu dan tangannya mengepal kain lusuh. Wanita yang aku lihat saat di ruqyah saat itu.

Seketika dia berdiri, aku memundurkan kaki ku selangkah karena ketakutan berfikir dia akan memarahiku karena masuk tanpa izin. " maaf ... aku masuk tanpa izin " aku berbicara.

" siapa kalian ? mau apa kerumahku ? " wanita itu berbicara.

Gigiku bergetar ketakutan, aku takut wanita itu memarahiku.

Aku hanya bergumam .. " Eeeemmmm .. '

" Sekar, keluar dan ikut kami ha ha ha " tiba-tiba suara laki-laki berbicara dari depan rumah. Aku membalikkan badan untuk melihat mereka. Mereka menggunakan pakaian yang sama dan membawa beberapa senjata, kulit mereka putih dengan mata yang sipit .

Aku sangat takut, pemandangan yang belum pernah aku lihat sebelumnya dan suasana ini sangat mencekam. Aku hanya berdiri diam di depan meja kayu ruangan. Kaki ku bergetar dan tanganku menjadi dingin.

" tidak!! Pergi kalian !! aku akan teriak !! " wanita itu melantangkan suaranya.

Satu orang dari mereka masuk ke rumah dan menarik wanita itu dengan paksa. Tangannya ditarik dengan sangat kuat sampai memerah.

" ikut kami !! "

Mereka menarik wanita itu dengan sangat keras sampai terjatuh. Saat diluar rumah, wanita itu berlari sekencang-kencangnya. Sekumpulan lelaki itupun mengikuti dan mengejarnya. Aku mengikuti semampuku dari belakang. Entah apa yang membuatku ikut berlari yang membuatku sangat tak masuk akal.

Wanita itu berhenti tepat di bibir jurang. Kumpulan lelaki itu juga berhenti tak jauh darinya. Dan seketika wanita itu membuka penutup badannya dan aku sangat terkejut .

" kalian, pendatang perusak bumi ini. Lihat perbuatan kalian kepadaku !! " ternyata wanita itu dalam keadaan hamil. Dia pun menurunkan selendang merahnya dan membalut tubuhnya.

Aku berfikir bahwa wanita itu telah mengalami kekerasan oleh sekumpulan lelaki itu.

Sekumpulan lelaki itupun terdiam dan terkejut. Mataku tak dapat menutup meskipun hal ini sangat aneh. " lihat perbuatan kalian !! Aku bersumpah !! kalian akan mendapat balasan yang sesuai dengan perbuatan kalian ini!! Lihat saja sebentar lagi !!" .Wanita itu seketika melantang bersuara sambil menunjuk ke arah mereka. Akupun ketakutan mendengar suaranya yang sedikit serak dan terlihat urat-urat di lehernya dengan sangat jelas.

Lalu wanita itu mengeluarkan pisau dari balik punggungnya. Dan mengarahkan mata pisau itu ke kumpulan lelaki itu. Mereka pun sedikit ketakutan namun seketika salah satu dari mereka berucap

" mau apa kamu Sekar ? kamu mau melawan kami ? tidak akan bisa ".

Mereka pun tertawa dan wanita itu secara tiba-tiba " lihat lah nanti pembalasanku biar kalian tau pembalasan alam. Dan wanita itu menusukkan pisau itu ke perutnya. Mataku terbelalak tanpa henti, mataku berair dan nafasku tertahan. Darah menucuri tubuhnya. Suara yang lantang tadi tak lagi kudengar, hanya rintihan dengan mata terbuka lebar dan berair menahan sakit yang kulihat.

Wanita itu berjalan pelan ke bibir jurang dan menjatuhkan diri ke jurang dibelakangnya hanya dengan selendang merah yang membalutnya. Aku berteriak " tidaaakkkkk .........." dan kemudian berlari ke bibir jurang. Namun aku tak dapat melihatnya. Karena dibawah jurang ada sungai yang cukup deras arusnya dengan batu-batuan yg besar dan tajam di pinggirnya

Tapi secara tiba-tiba seperti ada yang mendorongku dari belakang dan aku seketika tepat berada di samping mayat wanita itu di pinggir sungai. Aku sedikit ketakutan dan mencoba memegang kepala mayat itu. Akun berusaha membalikkannya dan betapa terkejutnya saat melihat wajahnya rusak karena batu-batu tajam. Mata kirinya keluar, wajah sebelah kiri nya hancur bahkan tulang pipinya sudah hancur dan pisau menancap dalam diperutnya. Air mataku sudah menetes di badannya. Tangannya bahkan rusak berdarah karena benturan batu-batuan. Aku hanya meratapinya dengan kesedihan dan darah yang menebar disekitarnya. Namun seketika aku ditarik oleh seseorang.

Dan seketika aku terbangun dan wanita itu tepat berada di atasku dan dia hanya tersenyum. Hanya saja wajah nya tak lagi menyeramkan.

" aku Sekar, aku menyukai anak baik seperti kamu. Sekarang mari berteman " wanita itu tiba-tiba berbicara.

" mmm ... ee .. iya. Aku takut dengan wajahmu yang rusak. Jadi jangan seperti itu didepanku" aku menjawabnya dengan sedikit keberanian. Wanita itu tersenyum dan menghilang dengan cepat. Aku melanjutkan tidurku tepat disebelah Mama.

Pagipun tiba, tanpa mengingat banyak obrolan ku dan Sekar tadi malam aku sudah terlelap begitu saja. Aku menceritakan hal ini ke Mama. Dan Mama mengatakan " Tak apa bermain dengan mereka, asalkan kita tidak mengikuti maunya mereka". Akupun mengangguk dan bergegas mandi. Karena aku harus bersekolah.

Waktu berlalu dan pertemananku kini bertambah. Tidak hanya dengan manusia. Tapi Aldho, ya walaupun di awalnya menjadi aneh tapi aku terbiasa karena ternyata dia anak dari pernikahan orang Belanda dan pribumi saat itu. Ayahnya merupakan kumpulan tentara Belanda. Dia ketahuan berbohong kepada para pemimpin Belanda tentang Ibunya dan terpaksa dia harus dipenggal kepalanya karena menyembunyikan tempat persembunyian sang Ibu agar tak dibunuh penjajah. Dan kemudian Sekar, wanita dewasa, korban kejahatan para penjajah jepang saat itu, aku banyak melewati hari bersama mereka. Hingga akhirnya aku tak lagi takut. Bahkan beberapa kali dia membuatku tertawa karena cerita cerita yang ia buat. Akupun mulai berfikir bahwa mereka juga bisa dijadikan teman. Mereka pun mengikuti kemanapun kaki ini melangkah. Bahkan saat aku kesekolah ataupun bermain dengan teman-teman seusiaku.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SEKARWhere stories live. Discover now