Tentang Lelaki Yang Sedang Patah Hati

39 1 0
                                    

Bagaimana kalau orang yang sungguh kamu cintai, kekasih yang dengan sepenuh hati kamu jaga, mengkhianati kamu yang sudah memberikan cinta yang teramat dalam kepadanya?

Kepedihan telah membawanya menjadi orang yang sangat berbeda. Ya di kelas dan di luar kelasnya sangatlah berbeda. Di luar kelas dia adalah orang yang sangat aktif bahkan kaka kelas mengenalnya. Mungkin untuk sementara tidak ada yang namanya sakit hati lagi. Baginya, cinta pernah menjadi hal yang sangat berarti baginya kemudian  datanglah rasa sakit yang teramat dalam baginya dan menusuk mati harapannya. Cinta membawa kepada hal yang buruk baginya dan membawa luka yang tidak diharapkan olehnya. Terlalu dalam dan kejam. Dengan berlari sejauh mungkin, dia berharap bisa membawa pergi sakit hatinya. Meski ia tahu bahwa lari dari kenyataan tidak akan menyelesaikan masalah ataupun membuatnya merasa lebih baik. Namun, bertahan dengan rasa sakit ditempat yang sama, melihat orang yang sama, seseorang yang tidak lagi mencintaimu, hanya akan menimbulkan perasaan sesak yang teramat dalam.

Lelaki itu pernah begitu dalam mencintai, menyerahkan seluruh perasaannya, menanam harapan yang setinggi. Namun, tidak dengan kekasihnya. Perempuan itu dengan mudahnya menyudahi hubungannya sendiri. Mengatur rencananya sendiri tanpa ia sadari, sudah tertusuk saja dadanya. Tak berdarah tetapi hampir menghilangkan waras. Tak berbekas namun menyesakkan dada.

Niki Wahyuni, begitulah ia memanggilnya. Gadis yang berumur 15 tahun berambut lurus, berkulit putih itu dengan senyuman seperti itu yang tidak pernah mengisyaratkan bahwa mampu mematahkann hati seorang lelaki. Kenyataanya tidak semua bunga yang bisa menghasilkan madu, ada yang menyimpan racun, membunuh secara perlahan dan menikam dengan pelan. Lelaki itu terluka. Terluka terlalu dalam. Luka yang  kini mengantarkannya kepada alunan melody melody indah. 

Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu dengan seiringnya waktu. Ia masih berusaha untuk tidak lagi membuka hati kepada perampuan maupun itu. Ia sekarang lebih fokus ke kegiatannya. Salah satunya adalah mendaki. Gunung Gede adalah gunung yang ingin ia taklukkan. Dengan menaiki gunung, mungkin ia bisa sedikit melupakan sakit hati yang ia alami. Mungkin juga dengan cara mendaki, ia bisa mendapatkan inspirasi buat puisi ataupun lagu. Pemandagan Gunung Gede, diantara kabupaten Cianjur sama kabupaten Sukabumi, Jawa Barat saat itu sungguh memukau sekali ketika sudah berada di puncak sana. Embun menguap perlahan. Udara masih terlalu dingin, pagi datang dengan malas. Adhikari, lelaki bernama lengkap Adhikari Arka Ardi itu membuka mata dari lelahnya perjalanan mendaki gunung itu, mencoba bangkit dari tidurnya yang indah. Tubuhnya masih terasa lelah. Namun, hatinya menolak rasa lelah itu. Ia tahu kenapa dia sampai sini. Ia ingin memulihkan hati.

"Kalau jatuh ketika perjalanan mendaki. Paling sakitnya tidak seberapa dan itu tidak sesakit ketika kamu menyakitiku." Ia mengingat kembali perempuan yang telah membuatnya sakit hati. Matanya menatap panorama alam yang begitu indahnya.

Beberapa pos lagi ia akan segera sampai ke tempat yang sangat ia nantikan.

"Arka." salah satu teman rombongannya menepuk pundaknya

"Kamu siap?." tanya salah salah satu kaka kelasnya yang bernama Farih

"Ya kang aku siap."

Mereka pun lanjut perjalanan mereka untuk mendaki. Di perjalanan ia pun merasakan hal yang mungkin akan dirasakan ketika pemula menaiki gunung yaitu hipotermia. Ya memang ia baru kali ini mendaki gunung. Makanya ia mengalami hipotermia.

"Arka, kamu tidak apa apa?." salah satu temannya 

"Tidak apa apa kok. Cuman kedinginan aja hehehe." 

Dan perjalanan ia dan teman-temannya pun berlanjut. Tetapi sayangnya pendakian pun harus diberhentikan karena waktu sudah malam dan membawa perempuan.

Setelah ia dan teman-temannya sudah bangun, ada beberapa orang yang menjaga tenda agar tendanya tidak menghilang. Ia dan sisanya melanjutkan pendakiannya dengan hanya berbekal tas kecil dan air minum saja dikarenakan jika membawa barang yang berlebih, akan mengakibatkan kecapean. Ia merasakan terjalnya jalan yang dinaikinya. Sesekali terdengar sorakan dari teman-temannya yang berada di atas, menanyakan apakah Arka baik-baik saja. Lantas Arka memberikan kode bahwa ia baik-baik saja. Sesaat sesudah sampai puncak, ia dan teman-temannya pun menikmati indahnya pemandangan yang berada di puncak Gunung Gede tersebut. 

Sewaktu ia dan teman-temannya melanjutkan pendakian, beberapa pendaki yang datang dari luar daerah bahkan luar negeri juga sedang melakukan hal yang sama. Ada yang dari Jakarta, Jawa Tengah, bahkan ada juga yang dari negara Asia lainnya. Sesekali Arka menebar senyumnya, menunjukkan bahwa orang Indonesia itu ramah. Angin berhembus dengan kencangnya menerpa wajah Rafi, mengeringkan keringat yang berada di tubuhnya.

Setelah merasa cukup untuk melihat pemandangan yang berada di Gunung Gede, ia dan yang lainnya memutuskan untuk kembali ke tenda mereka. Ia dan temannya memutuskan untuk beristirahat kembali di tenda sambil membereskan barang-barang bawaan mereka masing-masing. Jangan lupa ketika sudah mendaki gunung ataupun ke alam bebas agar membersihkan sampah-sampah yang telah dibuang. Atau tidak jangan lupa bawa keresek agar membuangnya langsung ke sana dan jangan lupa dibuang ke tempat yang semestinya.

Angin menyapu lembut wajahnya, sekali lagi ia rasakan tenang melebihi apa yang ia bayangkan dari sebelumnya. Satu hal yang selalu menjadi alasan baginya adalah untuk meneruskan perjuangan tetapi sayang, orang tuanya tidak setuju bahwa anaknya akan mendaki kembali. 

Seusai menjalani kesehariannya, Arka mengenang  perjalanan hidupnya selama ini. Dulu dia adalah orang yang sangat bodo amat akan hidupnya sendiri, sebelum patah hati melanda mengubah alurnya menjadi seorang yang menyukai musik, menyukai film, dan lainnya mengenai seni. 

Sepulang dia dari Gunung Gede, ia langsung menuju ke kamarnya dan langsung merebahkan badannya ke kasur. Ketika ia sedang berbaring di kasur, datanglah bundanya ke kamar. 

"Nak, apakah kamu sudah tenang?." tanya bunda

"Sudah tenang bun. Tapi ya gitu lah masih teringat dia bun."

"Ya kalau gitu jangan maksain ya. Perlahan aja yang penting pasti."

"Oke bun."

Memang sih ia terlalu berlebihan untuk mencintai mantan kekasihnya itu. Maka dari itu ketika ia diselingkuhi, ia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.

"Yaudah kalau kaya gitu bunda keluar dulu. Tenang aja cewe masih banyak kok, ngga hanya dia aja."

"Oke bunda."

Ia pun akhirnya memutuskan untuk membaca buku "Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi" karya Boy Candra sambil mendengarkan lagu yang sendu untuk menemani hari-hari yang sepi ini. Ia menyadari bahwa besok hari harus pergi ke sekolah kembali. Sudah cukup jauh ia membuang rasa sakitnya. Satu hal yang harus perjuangkan selain cinta, adalah keluarga yang sungguh mencintainya.   

Cinta Tak BerujungWhere stories live. Discover now