PART XXIV: Rumah Baru

1.5K 55 2
                                    

Lira baru saja akan menghubungi Leo, saat ada sebuah mobil berhenti didepannya. Leo membuka pintu dan menghampiri Lira, Lira mencium tangan Leo. Leo mengusap kepala Lira dan mengecup keningnya pelan. Leo tidak memakai seragam dinasnya, dan terlihat sangat tampan dengan setelan casualnya. Diam-diam Lira memuji ketampanan suaminya itu.

"kita ke Pattimura dulu ya." Lira mengangguk pelan sambil memasang sabuk pengaman. Leo kembali diam sambil mengemudikan mobilnya. Lira hanya memandang sekilas. Walau lagi diam begitu, Leo masih sangat enak buat dipandang mata.

Tidak lama Leo membelokkan mobilnya di depan rumah berlantai dua yang cukup luas dan besar. Rumah itu begitu indah dan sudah menarik perhatian Lira sejak awal melihatnya. Leo mematikan mobil dan mengajaknya masuk kedalam rumah itu. Lira ragu-ragu untuk masuk kedalam, Leo langsung menggandengnya dan membuka pintu rumah.

"ini rumah siapa mas?" Leo tidak menjawab, dia mengajak Lira kelantai dua dan memperlihatkan kamar utama rumah itu. Leo menarik tangan Lira dan memeluknya dari belakang.

"kamu suka?" Lira mengangguk.

"tapi ini rumah siapa mas?" Leo melepaskan pelukannya dan menatap Lira tanpa ekspresi. Di cubit pipi Lira,

"awww"

"ini rumah kita sayang." Lira terkejut.

"yang bener?" Leo diam saja. Lira akhirnya tersenyum gembira. Dipeluk erat Leo,

"kan kamu yang minta kita punya rumah sendirikan. Ini rumah kita sayangku."

"makasih mas. Aku pikir kita akan punya rumah beberapa bulan lagi."

"setelah aku pikir-pikir, kita memang harus mencoba hidup mandiri deh mulai sekarang." Leo memeluk Lira erat-erat.

"kita pindah kapan?"

"hari ini juga."

"tapi barang-barang gimana?" Leo membuka lemari dan semua barang-barang sudah ada disana bahkan sudah tertata rapi.

"semua sudah disiapkan, ayah bunda mama papa dan semuanya akan datang sore nanti dan bakal tidur sini."

"oh ya? mama papa kapan pulang dari Jepangnya kok aku nggak tau."

"aku yang mohon banget supaya mereka mau pulang beberapa hari dan nemeni kita pindahan rumah." Lira tersenyum. Lira menggelayutkan tangannya dileher Leo, disandarkan kepalanya dibahu Leo. Oke, Lira akui hatinya sudah benar-benar mencintai Leo. Manis sekali pria arrogant ini.

"hah akukan sudah nurutin kemauan kamu, harus dapat imbalan dong."

"imbalan?" Leo mengangguk. Lira menatapnya curiga, dilepaskan pelukannya pelan-pelan dan bersiap kabur menjauh Leo. Belum sempat Lira melancarkan niatnya , Leo sudah menahan tangannya.

"kamu selalu begitu, kita ini udah sah sayang. Kenapa kamu selalu takut dan menghindar begini." wajah Lira memelas minta dilepaskan. Leo menarik tangan Lira dan memeluk pinggangnya,

"cara kamu yang salah, makanya jangan salahin aku kalau aku takut sama kamu." Leo diam. Kalau sudah diam begini Leo semakin menakutkan, ditundukkan dalam-dalam kepala Lira. Leo tersenyum,

"ayolah sayang setidaknya kamu kasih aku hadiah kecil aja." Lira tengah berpikir. Wajahnya berubah jahil,

"oke, tapi jangan salahin aku kalau aku jahat sama kamu mas." Leo mengangguk dan menunggu Lira akan berbuat apa padanya. Tiba-tiba Lira mencubit sekencang-kencangnya lengan Leo dan berlari menjauh.

"Lira ini sakit beneran."

"makanya kamu jangan gitu dong, aku takut tau." Leo mengejarnya, Lira berlari kesamping ranjang.

"mas udah ah, capek."

"kamu yang mulaikan, nyerah nggak," Lira menyerah dia terduduk di samping ranjang.

"oke aku menyerah. Capek ih." Leo mendekat dan duduk disampingnya. Mereka saling melempar senyum dan berakhir dengan tawa berderai. Leo duduk disampingnya, Lira memandang suami tergantengnya itu. Lira masih memandang Leo syahdu, Leo hanya menatapnya dengan senyum termanisnya.

"mas makasih untuk semuanya, aku seneng banget. Bukan rumah yang aku senangkan, aku senang kita bisa membangun keluarga kecil kita."Leo mengangguk pelan. Lira meletakkan tangannya di belakang leher Leo dengan senyumnya. Leo menggedikkan kepalanya, Lira tersenyum saja. Ditutup kedua mata Leo dengan sebelah tangannya, mata yang selalu bisa membuat Lira membeku tanpa ekspresi. Digigit bibirnya pelan, akhirnya Lira memberanikan diri untuk mengecup bibir Leo pelan. Leo terkejut dan langsung meraih tangan Lira yang masih menutup kedua matanya.

"untuk kali ini saja." seru Lira salah tingkah. Leo tersenyum,

"dan seterusnya," didorong tubuh Lira kebelakang. Baru saja Leo akan menciumnya, Lira menutup mulutnya dan berlari kedalam kamar mandi.......

tbc

O O LIRA KENAPA YA?

My Husband Police (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang