Semua itu bermula dari Mina yang pulang malam karena urusan di sekolah, tanpa sengaja ia melihat June yang babak belur karena dihajar oleh salah satu lawan judinya. Mina tidak takut sedikitpun ketika melewati jalan yang sepi dan minim penerangan itu, ia hanya berjalan dengan cepat saat melewati June.

  Tapi bukan Junehoe jika tidak menjahili wanita, pria itu menghadangnya  dan meminta uang darinya. Tanpa takut, Mina mengeluarkan 500₩ dan melemparkannya di wajah June. "Jangan usik aku, pulanglah ini sudah malam" itu kalimat pertama yang Mina keluarkan untuk June.

   Sejak saat itu, June jadi sering menghampiri Mina. Awalnya memang hanya untuk memanfaatkan, tapi lama-lama ia mulai senang berteman dengannya. Tak jauh beda dengan Mina yang mulai memaklumi tingkah June yang hadir membuat hari-harinya sedikit berwarna.

Iya sedikit. Hanya dalam skala 2:100. Pada dasarnya Mina menerima anak itu karena kasihan.

"Ini minumnya" Mina menykdorkan June segelas teh Ocha hangat, June mengambilnya dan tersenyum kearah Mina.

"Terimakasih cantik"

Mina mendelikkan matanya, "hm, cepat minum dan dengarkan keluhanku" 

Junhoe segera meneguk habis teh ocha tersebut, "ada apa Minari? Aku sudah siap mendengarkan keluhanmu,"

"Disekolahku ada murid baru, dia seorang junior. Aku ingin kau mencaritahu tentang latar belakangnya dan alamat rumahnya. Waktumu hanya kuberikan 3 hari dari sekarang" jelas Mina,

June melongo "hey, kau hanya memberikanku waktu 3 hari dengan clue yang tidak jelas seperti itu? Edan" ia menggelengkan kepalanya

"Lalu sejak kapan kau sebegitunya mengurusi kehidupan orang lain.. apakah kau punya masalah dengan anak itu? Atau kau jatuh cinta?" Goda June,

"Apa-apaan! Itu tidak mungkin" teriak Mina dengan wajah yang memerah

June terhenyak, "benar juga sih, hal-hal seperti itu sangat bertolak belakang dengan Myoui-san. Iya kan?"

"Sudah tahu begitu kenapa kau masih banyak bertanya heol.." kesal Mina sambil menepuk bahu June bertubi-tubi,

"Oww, santai saja Myoui. Paling tidak berikan aku namanya"

"Chou Tzuyu. Sudah kan? Sana pulang" Mina menarik June keluar dari rumahnya, yang ditarik hanya bisa pasrah.

June kembali mengenakan jaketnya dan helm full-facenya itu, ia memanaskan motornya. Tapi sebelum meninggalkan rumah Mina, ia membisikkan sesuatu ketelinga Mina.

"Jadi seleramu perempuan darah biru ya?"

Mina kesal, wajahnya sudah memerah seperti kepiting rebus. Tapi anehnya ia tidak berkutik, Mina membiarkan June melaju tanpa memukulnya terlebih dahulu.

'Tidak mungkin aku suka dengan perempuan, ya benar.. itu tidak mungkin' batin gadis berdarah Jepang itu.


Di tempat lain, seorang gadis meringkuk di bawah selimutnya. Ruangannya begitu gelap, hanya ada sedikit cahaya rembulan yang berhasil masuk melalui tirai yang tidak tertutup rapat.

Gadis itu menutup kedua telingannya dengan tangan karena suara bising dari luar membuatnya pusing, airmatanya juga tak henti-henti mengalir dengan deras. Dia sudah rapuh, dan ada pada titik jenuhnya.

Selang beberapa menit dalam kegiatan itu, ia bangun dan mengusap air matanya. Tampilannya sangat berantakkan, mata yang bengkak, bibir pucat, serta rambut yang kusut. Benar-benar beda, tidak tampak seperti biasanya.

Ia berjalan sempoyongan ke meja rias, tangannya membuka laci dan mencari-cari sesuatu. Kemudian ia menemukan sesuatu itu, sebuah benda tajam yang biasa dipakai untuk memotong sesuatu -biasa disebut silet.

Diambilnya silet itu lalu ia sentuhkan pisau silet ke lengannya, tangisannya semakin menjadi-jadi.

"Appa, aku capek, aku tidak kuat, hidup ini benar-benar menyiksaku, tapi aku tidak mau mati ... hiks," ucapnya parau,

Dia semakin menekan pisau silet, darah pun mulai bercucuran, "aku lelah, tolong aku, hiks, aarghh" ia semakin menggesekkan silet itu ke lengannya, lukanya pun membesar.

Cairan merah itu semakin mengucur dari bekas luka yang ditimbulkan, tangisan dan teriakkan kekesalan gadis itu juga menggema di ruangannya.

Gadis itu berjalan ke arah jendela, mengintip dibalik tirai besar yang menutupinya. Ia melihat orang-orang masih mengerumuni rumahnya, cahaya flash dari wartawan dimana-mana, polisi juga ikut meramaikan.

"Hufth, aku kira sudah selesai ... ," desahnya,

Ia merebahkan dirinya di kasur dan membenamkan dirinya dibawah selimut hangat, "setidaknya, selimut ini masih bisa memberikanku kehangatan" senyum gadis itu.

-TBC-


Author's note:

Maaf ya baru bisa up lagi, soalnya otakku stuck.
Trs kenapa alurnya gini? Entah ku juga gak tau, jd maaf kalau ini absurd bgt. Udh ada konflik ae gt wkwkwk, maafkan saja penulis amatir ini.

Yg puasa jgn budi ea :v

Sekali lg, votmennya gw apresiasi bgt. THANKS

introvert(s)Where stories live. Discover now