Empat puluh

Mulai dari awal
                                    

-Sayang, Apa aku benar-benar harus pergi dari mu?-

Ranna menggelengkan kepalanya lebih cepat. Seakan pertanyaan itu baru di tanyakan langsung kepadanya saat itu. Belum cukup menggeleng, Ranna meneriaki jawabannya.

"Tidak..tidak Sam.. Tidak jangan pergi. Jangan kemanapun tanpa aku..tidak Sam.. "

Namun di akhir keheningan yang Ia dapat. Terdapat satu jawaban yang membuat Ranna sungguh tak bisa lagi sekedar menapakan kakinya.

*Ya,Pergilah Sam. Aku mohon*

Ranna terduduk di lantai dengan tangisnya yang pecah. Kini semua suara kembali dapat Ia dengar. Hingga suara tangisannya sendiri. Tangisan yang jauh-jauh lebih pecah dari sebelumnya. Di khianati oleh Sam memang menyakitkan, tapi yang lebih melukai hatinya adalah saat Ia tau Sam ingin membuangnya. Ia bukan terluka, Ia takut, Ia hanya sangat takut akan bagaimana hidupnya tanpa Sam. Harus dimana Ia berada jika Sam adalah rumahnya. Tempatnya untuk kembali pulang.

"Inget gak.. kamu kesini pake kebaya kaya orang kondangan nyasar"

"Ya.  Itukan karna kamu nyulik aku. Bilangnya mau anter aku balik ke panti"

"Aku ngga bilang gitu.. aku bilang aku antar kamu pulang.."

"Iya ..sama aja."

"Hmm beda.. Aku mengantar mu menuju rumah mu yang baru. Hati ku tempat kamu pulang dan kembali" ucap Sam dan menyentuh dadanya.

"Euuh.." ucap Ranna dan melempar bola bola Tisue yang di bikin Ranna pada Sam.

"Geli..tau ngga sih. Lebay"

"Ih..bener loh yang. Aku kan rumah mu. Hari ini aku juga akan mengantar mu pulang..ke rumah kita"

"Ya..ya. Siapa yang akan menyangka seorang Sammy kai Wijaya bisa segombal ini"

"Hmm.. tergantung ke siapa sih ya.." ucap sam.

"Udah ah.  Itu resletingin jaket kamu."

"Ngga mau ah.."

"Oh..biarin aja. Awas ya kalau nanti malem, batuknya kumat lagi, terus demam lagi."

"Kan ada kamu"

"Tuh kan.. kamu sengaja kan ngga mau dateng ke acara diesnatalis. Kamu malu kan ngakuin aku istri kamu di depan banyak orang. Kamu ngga pernah mau dateng ke acara formal berdua sama aku. Aku juga ngga pernah kamu kenalin ke temen-temen kamu yang lain. Aku..." Ucap Ranna yang terhenti karna Sam yang mengecup pipinya kilat.

"Sam.. ini tempat umum ih" bisik Ranna dan mencubit lengan Sam.

"Ah..sakit"

"Kamu sih.. kalau ada yang liat gimana?"

"Biarin aja. Kamu kan istri aku".

"Ya tapi ngga gitu juga..ini kan tempat umum Sammy. Kamu tuh ya biasa deh nyepelein hal-hal kaya gini. Sam bukan cuma kamu yang tinggal di dunia ini ada hak-hak orang lain yang harus kamu hormati..."

Sam semakin melebarkan senyumnya dan tak melepaskan sedikit pun pandangannya dari Ranna. Sekaan Sam menikmati setiap kata omelan dari istrinya itu.

"Tuh ..di bilangin malah senyum-senyum. Kamu dengerin aku ngga sih sam?"

"Dengerin"

"Jangan bercanda kalau aku lagi ngomong. Kamu tuh ngga pernah nganggep aku serius"

"Iya...iya"

Ranna pun terdiam mendapati Sam yang terus tersenyum menatapnya.

"Kenapa sih sam?"

"Ayo dong ngomel lagi.."

Ranna menatap Sam bingung.

"Aku rindu di omeli istri ku. Belakangan ini istri ku menjadi orang aneh yang hanya diam di rumah. Ah.. aku rindu sekali di ceramahi seperti ini"

"Ishh.. bodo ah.. udah makan tuh" ucap Ranna ketika makanan mereka datang.

"I love you.." bisik Sam sebelum mengambil sedotan untuk minumannya. Ranna mengulum senyumnya.

"Love you more.."

"Impossible" jawab sam lagi tak mau kalah dan mulai menyuap makanannya.

Revi berjongkok di hadapan Ranna. Ia memegang pundak Ranna.

"Ranna.. Tenanglah.." ucap Revi. Ranna terus terisak. Ia ingin berhenti namun tidak bisa. Bagaimana jika kata-kata terakhir yang Sam dapatkan darinya kata-kata bahwa Ia sungguh menginginkan Sam pergi. Bagaimana jika tatapan terakhir yang Ia lihat dari mata Sam adalah tatapan terluka. Sam terluka, Ia Ranna kini dapat mengingat bahwa Sam terluka. Jika Sam tak mencintainya untuk apa Sam terlihat begitu terluka. Bagaimana pun sam harus baik-baik saja. Hanya dengan begitu Ia bisa meminta Sam bertanggung jawab atas lukannya. Sam harus bertanggung jawab dengan mencintainya dan menjaganya seumur hidup. Berjanji untuk tak akan pernah meninggalkannya.

"Ranna.. " ucap Revi dan mengusap kepala Ranna. Ranna menangkap tangan Revi. Ia menggenggamnya kuat, lebih seperti meremasnya, dengan mata bengkak dan merahnya nya Ia menatap Revi.

"Dia baik-baik saja bukan?", tanya Ranna. Revi tak dapat mengatakan apapun.

" benar..tentu saja Ia tak dapat di hubungi. Itu hanya karna kejadian itu. Tapi Ia tetap baik-baik saja.." ucap Ranna menyakininya.

Revi semakin merasa pilu. Ia memang mengharapkan hal yang sama. Tapi sulit mengharapkan bahwa Sam benar-benar baik-baik saja.

"Dia akan baik. Dia baik-baik saja. Dia bilang dia akan menunggu ku sampai aku kembali. Dia tau bahwa aku hanya marah. Dia tau bahwa pada akhirnya aku akan kembali pulang. Kembali ke hatinya." ucap Ranna.

Ranna mengangguk cepat dengan wajah frustasinya.

"Dia pasti sedang menungguku.. Aku harus segera ke sana.." ucap Ranna dan cepat-cepat bangun. Ranna akan pergi, namun Revi menariknya. Menahanya dengan peluknya.

"Lepaskan aku Revi.. Aku harus menemui suami ku.. Aku harus menemui Sahabat mu. Dia harus tau kalau aku sudah memilih kembali" ucap Ranna dan meronta meminta di lepaskan. Sikap Ranna tentu semakin membuat Ibu Sam menangis pilu. Ia sama yakinnya dengan Ranna. Sam pasti baik-baik saja. Ia tau itu karna Ia ibunya. Mereka tau itu karna mereka adalah dua wanita yang sangat mencintai Sam.

"Ranna tenanglah.."

"Tidak Revi.. Aku hanya ingin pergi menemui suami ku.  Dia menunggu ku. Dia menungguku di sana. Aku tidak bisa membuatnya menunggu lebih lama."

Revi mengeratkan pelukannya. Mengabaikan pukulan dan dorongan yang di berikan Ranna.

"Lepaskan aku.. Revi..." ucap Ranna dan semakin meronta.

"Ranna.. Tenanglah.. Kita harus tenang.. Sam pasti tidak mau kamu seperti ini"

"Kamu tau apa tentang sam.. Aku istrinya aku lebih tau.."pekik Ranna

"Aku sahabatnya Ranna. Aku mengenalnya jauh sebelum Ia memilih mu untuk ikut masuk dalam hidupnya", ucap Revi.. Ranna masih memukuli Revi, namun perlahan pukulannya memelan. Entah karna tenaganya yang telah habis, atau karna Ia sungguh tak tau lagi apa yang harus Ia lakukan.

" sam menunggu ku.." ucap Ranna pilu.
Revi mengangguk.

"Benar.. Dia akan menunggu mu Ranna. Jadi tenanglah. Sam akan menunggu mu sampai akhir..", ucap Revi.

"Aku mencintainya Revi.." ucap Ranna yang tercekat dengan isakannya.

"Aku tau dia juga mencintai mu.." ucap Revi.

"Dia baik-baik saja bukan?"

Revi mengangguk.
"Bukan Sam, jika Ia tidak baik. Kamu tau seperti apa suami mu bukan?" tanya Revi. Ranna mengangguk. Ia mencoba peraya meskipun rasa takut memenuhi dirinya saat ini. Ia terdiam dalam pelukan Revi. Matanya menatap layar televisi yang baru memberitakan tentang kabar tsunami di banten itu. Air mata Ranna kembali jatuh.

"Aku mencintai mu Sam..sangat", gumam Ranna yang terlihat tak berdaya dalam pelukan Revi.
***
Happy Reading wkwkwk

Pulang (Hanya tentang waktu sampai kau kembali)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang